》Andai saja...

834 87 12
                                    

Bacalah dengan tenang dan teliti. Mohon dibantu apabila terdapat typo mohon diberitahukan 🙏 Book, ini memiliki unsur BxB dan Shipper dari Naruto dan Boruto. Kim hanya meminjam karakter dari Anime tersebut. Karakter tetaplah milik Kishimoto - san seorang. Berikan Vote dan Comment kalian. Biar Kim semangat nulisnya. So, lechugo!

Warning, Sad Chap 😥

Please listen, Dandelions by Ruth B untuk mendapatkan feelnya

••••••••••■■■■■■■■■■••••••••••

Hal yang pertama kali pria berambut kuning itu lihat adalah langit putih. Tak hanya itu aroma khas yang ia benci yakni, bau obat obatan menyapa indra penciumannya. Menyadari dimana posisinya saat ini dan kenyataan bahwa kesempatannya untuk lari tidak ada membuat Boruto menutup kembali matanya lalu menghela nafas.

"Kau terlihat sangat menggoda dalam keadaan terkulai lemah seperti itu," ucap seseorang membuat Boruto tersentak kaget dengan mata yang terbuka dan melirik ke arah kanan. Disana ia menemukan satu pria sialan tengah terduduk di atas kursi dengan kedua kaki yang ditumpu dan tangan kanan yang menumpu dagunya sambil memperhatikan dirinya.

"Kau puas sekarang, Kawaki ?," tanya Boruto kemudian menutup kedua matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kawaki menatap lekukan wajah Boruto yang terlihat sempurna. Dia memilih ruang inap yang memiliki view terbaik untuk Boruto. Dengan jendela besar, sehingga cahaya matahari bisa masuk ke dalam ruang inap.

"Puas ? Mana mungkin. Aku akan puas setelah aku menjadikanmu milikku. Jika perlu, Catatan Tinggi Konoha harus mencatat nama kita berdua sebagai pasangan suami istri," ucap Kawaki kemudian menegapkan tubuhnya dengan wajah yang terlihat tenang lalu menyandarkan dirinya ke kursi tanpa mengalihkan pandangan dari Mataharinya.

"Ini bukan cinta, Kawaki. Apa kau masih tidak mengerti dengan apa yang aku katakan ?," tanya Boruto dengan tangan yang mengepal dari balik selimut brankar. Kawaki berdengus dengan senyum di wajahnya. Ia membungkukkan badannya dan menyatukan tangannya lalu menumpu dagunya dengan kedua tangannya.

"Boruto, obsesi muncul ketika ada keinginan seseorang untuk memiliki seseorang yang ia cintai dengan cara yang berbeda. Jadi, apa yang salah ?," tanya Kawaki lalu berdiri kemudian berjalan perlahan ke arah brankar Boruto dan duduk di pinggir brankar. Kawaki mengangkat tangannya dan perlahan menyentuh anak rambut yang menutupi wajah Boruto.

Boruto menutup kedua matanya, sesuatu berdesir di dalam tubuhnya. Rasa tak nyaman dan sesuatu yang aneh dan tidak ia mengerti. Kawaki menyingkirkan beberapa anak rambut milik Boruto agar ia dapat melihat wajah indah seseorang yang berhasil menarik perhatiannya. Perlahan tangannya perlahan menyentuh pipi Boruto.

Pipi yang pucat yang kini tak berisi membuatnya sedih karena keadaan Boruto yang kini sangat memprihatinkan. Jujur, Kawaki merasa khawatir dengan kondisi yang dialami oleh Boruto. Selama ini ia diluar sana tanpa perlindungan dan juga tidak mendapat makanan yang layak untuknya sendiri. Hal itu membuatnya khawatir.

"Kau terlihat indah saat terkulai tak berdaya dihadapanku saat ini, Boru," ucap Kawaki dengan senyum miring di wajahnya lalu elusan itu perlahan turun ke leher milik Boruto. Kawaki menutup kedua matanya dan merasakan kulit yang lembut milik Boruto. Ia menundukkan kepalanya saat mengelus pelan leher Boruto.

"Kau tau Boruto, aku membayangkan betapa indahnya jika aku berhasil memilikimu dan menjadikanmu milikku. Aku membayangkan betapa panasnya apa yang kita lakukan di atas kasur," ucap Kawaki dengan suara yang memberat dan bergetar lalu diakhiri dengan geraman. Ia menundukkan kepalanya dengan tangan yang tidak berhenti mengelus leher milik Boruto.

"Suara desahan, decitan kasur, dan geraman akan menjadi perpaduan yang luar biasa di dalam kamar pernikahan kita, Boruto," ucap Kawaki membayangkan indahnya malam pertama pernikahan mereka. Boruto menolehkan kepalanya dan menatap tajam Kawaki. Merasa ditatap, Kawaki membuka matanya dan tersenyum.

Elusan itu kembali naik ke pipi Boruto. Ia membungkukkan badannya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Boruto. Ia memiringkan kepalanya dan hal itu membuat Boruto was was. Saat bibir Kawaki hendak menyentuh bibir Boruto. Ia menghentikan pergerakannya kemudian beralih mengecup keningnya lembut.

Pintu ruang inap terbuka dari luar tanpa sepengetahuan Kawaki dan Boruto. Ah, salah tapi tanpa sepengetahuan Boruto. Pemandangan itu terlihat sangat menyakitkan bagi orang yang melihatnya. Mereka adalah para kage, Sakura, dan teman temannya. Dalam diamnya mereka, mereka menangkap satu tetes air mata yang turun dari mata Kawaki.

Elusan di pipi Boruto, sejujurnya membuat Boruto lebih tenang. Ia tidak bisa menepis bahwa jika semua ini tidak terjadi. Ia ingin bisa lebih dekat dengan Kawaki. Selain memiliki takdir yang sama yakni sebagai wadah. Boruto merasa nyaman ada di sekitar Kawaki. Dia terlahir sebagai anak sulung dengan ayah yang sibuk.

Tentu saja kehadiran Kawaki membuat ruang kosong di hatinya sedikit demi sedikit terisi. Tapi, apa yang ia dapatkan ? Pengkhianatan atas dasar yang tak masuk akal. Ia harus kembali mendapati kenyataan bahwa laki laki yang ia anggap sebagai sahabat dan saudaranya menyimpan perasaan dengan ayahnya sendiri.

Hal lainnya yang membuat Boruto merasa sedih adalah ketika kehadirannya hanyalah sebagai pengganti dari seseorang yang tak dapat Kawaki miliki. Sakit.

Flashback~

Mata biru itu dalam diam memperhatikan sosok berambut hitam kuning yang kini tengah duduk berdua dengan seorang gadis berambut ungu. Mereka saling berbicara satu sama lain. Apakah pantas orang sepertinya yang dianggap sebagai seorang saudara olehnya menyimpan perasaan ini ?

Satu satunya orang yang dapat jelas mengerti apa yang ia rasakan terutama dalam hal segel karma. Satu satunya lawan yang seimbang menurutnya. Orang yang dapat mengerti posisinya sebagai seorang anak yang membutuhkan perhatian orang tuanya. Hanya dia, dengan satu tetes air mata yang turun dari matanya ia menundukkan kepalanya.

"Maafkan aku, Kawaki. Maaf, karena aku menyimpan perasaan ini untukmu. Tapi, tak apa," batin Boruto kemudian menghela nafas dan mendongakkan kepalanya mendapati Kawaki dan Sumire, ketus kelas saling berbagi makan siang. Dengan gusar, Boruto menghapus air matanya dan menatap Bunga Dandelions disekitarnya.

Di atas bukit dan di ladang bunga Dandelions, pria itu mengambil satu Bunga Dandelions dan menatapnya lekat lekat. Matanya perlahan beralih pada Kawaki dan Sumire kembali. Ia menutup kedua matanya dengan air mata yang menetes.

"Aku hanya berharap di ladang Bunga Dandelions ini, suatu saat nanti aku bisa menjadi milikmu. Jika aku tidak bisa memilikimu. Tak masalah, tapi izinkan aku menjadi salah satu alasanmu untuk tersenyum," batin laki laki itu dan dengan nafas berat.

Ia meniup bunga Dandelions itu yang membuat kelopak bunga itu kini terbang dan menyatu dengan alam membawa keinginannya. Laki laki itu membalikkan badannya dengan tangan yang gusar menghapus air matanya sendiri dan menghela nafas berat lalu meninggalkan tempat nya tadi pergi dengan senyum palsu terukir diwajahnya.

Flashback~



"Kawaki, andai dulu kau tidak melakukan hal itu. Tidak menukar keadaan kita dan dapat menahan rasa emosimu. Mungkin, aku akan dengan suka rela jatuh ke pelukanmu. Karena, aku mencintaimu. Tapi, kini cinta itu musnah, hilang tak berjejak. Aku tidak bisa, Kawaki. Aku tidak sanggup," batin Boruto tanpa sadar meneteskan air matanya.

執着。(Obsession)Where stories live. Discover now