BAB - 03

1.6K 292 70
                                    


Bantu koreksi typo, ya.

Garis miring adalah flashback.

[ BAB 03 — Spacing  ]
























Beberapa bulan sebelumnya ....

Hestya mengabaikan ponselnya yang berdering, ia enggan menjawab panggilan telepon. Sampai detik di mana panggilan tersebut terputus, baru lah dirinya tergerak meraih ponsel—kemudian mengetik pesan permintaan maaf di aplikasi WhatsApp, juga pesan yang berisi bahwa tadi ia tidak sempat menjawab telepon dengan dalih dirinya tengah di kamar mandi.

Salah satu badhabit yang sukar dihilangkan Hestya, yakni dirinya yang malas berinteraksi lewat ponsel. Alih-alih menjawab—ia dipastikan akan menghindar segenap jiwa. Toh, komunikasi bisa melalui chat.

Ia menaruh ponsel ke nakas selepas mengirim. Lalu, beranjak keluar kamar. Di living room, ia mendapati papa dan mamanya berlovey-dovey. Jika masih usia muda; Hestya yakin sekali—mamanya akan hamil setiap tahun. Lihat saja? Zaynuddin seakan tidak pernah puas menghujami Risna dengan ciuman brutal. Padahal, anaknya wara-wiri sana-sini. Makin tua, makin minim pula rasa malu orangtuanya.

Hebatnya, Hestya tidak iri nan dengki menyaksikan momen tersebut. Sebaliknya—ia bergidik ngeri.

“Tetta!”

“Astagfirullah, kenapa?”

“Tetta beneran tega banget, Tetta tau gimana kondisi operasional sekolah sahabatnya, Tetta? Ngapain nyuruh aku jadi wakasek? Gila, ya—semua serba kacau-balau. Bikin sakit kepala, aja. Lama-lama, aku yang ubanan!”

Zaynuddin menggaruk telinga yang pengang, sebab suara pekikan Hestya yang menggelegar. Tak lupa, ia membantu istrinya tercinta menyampul kuping—guna melindungi indra pendengar.

“Jabatan kamu, tanggung-jawab kamu, Tya. Beresin masalah internal di sana. Tetta, udah sibuk. Kamu pikir Tetta enggak ada kerjaan?”

“Mana bisa gitu, Tetta. Gini, ya, problemnya tentang uang. Masa aku dituntut ganti anggaran pakai uang pribadi buat nambal kepentingan sekolah?”

“Tetta enggak tau ....”

Zaynuddin mengambil remote, ia menyalakan tv— memilih channel yang menayangkan berita terkini. Secara terang-terangan tidak memperdulikan protes yang diungkapkan Hestya.

Kebetulan sekali, Mendikbud melakukan wawancara yang membahas program kerja.

‘Berarti, Bapak Jusran sudah yakin enggak bakalan ada perombakan kurikulum dan bertahan dengan kurikulum yang sekarang sedang berjalan?’

Si bapak Menteri tersenyum, gesture-nya nampak tenang.

‘Tujuan saya satu, mengurangi beban guru dalam melakukan admitrasi pembelajaran, dan berfokus mengajari siswa di kelas. Menurut asumsi saya pribadi, terlepas dari apapun kurikulum yang berjalan, guru punya prioritas kepada siswa.

‘Benar, ya, Bapak menjawab keresahan guru yang selama ini beredar. Ah, iya— Bagaimana Bapak mengimplementasikan program Indonesia Strata? Apa programnya sudah sesuai dengan tujuan yang ingin Bapak capai?’

Indonesia Strata merupakan program yang digadang akan dilaksanakan oleh Mendikbud. Strata sendiri merupakan singkatan Setara, Rata dan Tertata— di mana visi-misinya menyetarakan kebutuhan fasilitas pendidikan di segala pelosok Indonesia terutama daerah 3T.

MY SHITTY HUBBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang