🍋

1K 11 0
                                    

Chapter 1: First Night (1)

Wajah Hinata memerah saat seorang pria tampan bersurai pirang berjalan mendekat ke arahnya yang tengah duduk di pinggir ranjang, ia kemudian menunduk malu ketika melihat tubuh ideal sang pria yang bertelanjang dada selepas mandi membersihkan diri. Malam ini, malam pertama Hinata bersama sang pria yang berstatus sebagai suaminya mulai dari sekarang.

"Kau tampak gugup, sayang..."

Aroma sabun dan sampo menusuk hidung Hinata mengiringi suara bariton tersebut, kemudian saat ia mengangkat kepala wajah tampan itu telah berada dihadapannya, cukup sepuluh senti jarak yang memisahkan. Senyum tipis kemudian tersungging seolah si pemilik mengejek dirinya, yang pasti si pemilik tampak terhibur oleh kegugupan yang diderita Hinata.

Sebelum bereaksi apapun tubuh Hinata terdorong membuat ia berbaring dengan kedua lutut terangkat, kemudian sebuah kecupan hangat mendarat di keningnya saat ia merasa terkejut oleh dorongan pada tubuhnya. Bibir yang melekat pada kening Hinata terasa hangat, cukup untuk menenangkan pikirannya, namun jantungnya berdetak cepat setelah mendapat ciuman tersebut.

"Hei..." Suara itu membuat Hinata terpaku menatap ke arah mata si pemilik, biru setenang langit itu membuat ia terpukau untuk beberapa saat. Mata setenang langit itulah yang membuat ia jatuh hati pada si pemilik, mengingat hal tersebut keraguan dalam hatinya pun lenyap.

Naruto pun mencium bibir merah Hinata, ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, namun dalam momen ini sensasi aneh tapi menggelitik dapat mereka rasakan, seakan mendorong mereka untuk melakukan ciuman yang lebih dalam.

Hinata berinisiatif membuka mulut dan menjulurkan lidahnya, menjilati bibir Naruto yang kemudian mengikuti lidah yang beraroma apel itu. Saling menjilat dengan pelan, menikmati rasa liur masing-masing, yang kemudian menjadi obat rangsangan bagi mereka berdua.

Mulai saling menyentuh dan meraba tubuh masing-masing pasangan, Naruto meremas payudara Hinata yang masih terbalut sehelai pakaian, sedangkan Hinata mengelus leher Naruto dengan kedua tangannya sembari mencoba terus memperdalam ciuman mereka.

"Mmhhpn..."

Hinata sampai menetaskan liur dierangan pertamanya, liur yang telah bercampur setelah berciuman sekian menit. Walaupun Naruto belum berpengalaman dalam memuaskan wanita, namun naluri jantannya menuntun Naruto sedemikian rupa, ia memperlakukan Hinata dengan lembut.

"Puaahhh..."

Ciuman itu terputus saat Hinata mendorong dada bidang Naruto, kemudian menarik napas untuk mengisi paru-parunya yang kosong.

"Rasanya bikin aku mabuk sayangku..."

Hinata kembali memerah menahan malu saat Naruto mengucapkan kalimat tersebut. "Mesum..." begitulah tanggapannya saat Hinata memalingkan kepala agar menghindar dari tatapan Naruto.

Senyum Naruto lenyap saat melihat leher jenjang Hinata yang terekspos, ia meneguk liur sebelum menciumnya dan menggigitnya gemas.

"Aw..." Hinata sontak memukul dada Naruto, pria itu hanya tersenyum seolah meminta maaf saat menjauhkan kepala dari lehernya. "Jangan seenaknya juga, meskipun aku tuh istrimu tapi jangan sampai menyiksaku dong..."

"Heee, salahkan tubuhmu yang sangat mulus tanpa noda, kewajiban aku sebagai seorang suami untuk menodai tubuhmu,"

Naruto jawab ngasal. Hinata tampak kesal dan ingin mengeluarkan argumennya untuk berdebat, namun sebelum

mengeluarkan sepatah katapun mulutnya kembali dikunci oleh bibir Naruto. Meski terlihat asal tapi ciuman Naruto mampu membuat kepala Hinata menjadi kosong, tanpa upaya apapun Hinata pun pasrah dengan setiap sentuhan Naruto.

Tangan kekar itu membuka kimono tipis Hinata dengan tangkas tanpa paksaan, dilanjutin meremas bongkahan kenyal tanpa pelindung tersebut selembut mungkin. Sekujur tubuh Hinata meregang saat disentuh sedemikian rupa.

Remasan pelan namun teratur itu mampu membuai Hinata, tubuhnya serasa panas saat dirinya mulai terangsang. Lidah Hinata yang terbiasa dengan gerakan lidah lawannya, mulai mengimbangi setiap gerakan, sesaat kemudian ciuman panas itu dipenuhi nafsu oleh sejoli tersebut.

"Ahhh... Mmm..."

Kepala Hinata semakin kosong saat Naruto meremas keras dan mencubit payudaranya, ia sampai memejamkan mata dan menahan napas agar jangan sampai mabuk oleh kenikmatan. "Puah!"

Ciuman itu akhirnya terlepas, mereka bersamaan menarik napas dalam, mengisi paru-paru mereka yang kosong. Lutut Hinata bergetar sesaat karena hasrat dan nafsunya telah berhasil dipancing, terlihat dibalik di balik helai kain yang menutupi bagian bawah, telah basah berlepotan lendir.

Hal itu tidak lepas dari penglihatan Naruto, pemuda itu kemudian membuang helai kainterakhir tersebut, sehingga sekujur tubuh Hinata terekspos dari atas hingga bawah. Wajah Hinata hanya memerah, tapi ia tidak mencoba menutupi bagian bawahnya yang basah, membiarkan sang suami menikmati pemandangan indah tersebut.


Naruto kemudian ikut menelanjangi dirinya, terlihat penis dengan ukuran fantastis. Ia langsung mengarahkan kejantanan miliknya pada selangkangan Hinata, menempel di sela-sela tempat berasal nya cairan licin yang membasahi hingga paha.

"Berani bertaruh?" Ujar Naruto sembari menggerakkan pinggangnya, menggesek diantara kemaluan mereka. Hinata menahan desahnya saat perasaan geli namun menagihkan itu mengaburkan pikirannya.

"Apa?"

"Siapa yang mampu bertahan lebih lama, maka mendapatkan posisi di atas..."

Mata Hinata melotot saat mendengar tantangan Naruto, ia mulai meragukan Naruto saat ini masih perjaka, sebab pikiran suaminya tersebut bukan pikiran yang dimiliki oleh seorang pemula. Emosi Hinata terpancing saat itu juga, "Siapa takut!"

Hinata mendudukan tubuhnya, senyum angkuh terpancar saat melihat reaksi Naruto yang telat ketika bibir Hinata menyambar bibir Naruto secepat kilat. Hinata mengalungkan sebelah lengannya di leher Naruto, yang satunya lagi menjalar ke arah bawah dan meremas penis panjang yang menempel di perutnya.

"Mmm... curang!" Naruto mendesis disela ciumannya, niat awalnya mereka akan melakukan posisi 69 agar adil, tapi ia tak menyangka Hinata mengambil inisiatif yang lebih ofensif kepada dirinya.

Naruto mulai kewalahan mengimbangi permainan Hinata, tangan lembut istrinya berselancar di bawah sana, memberikan serangan tanpa ampun untuk Naruto.

"Oouh.. sayang!"

Hinata tersenyum penuh kemenangan saat Naruto menjerit dengan wajah penuh kegembiraan, ia juga merasakan penis dalam genggamannya semakin terasa panas dan mulai bergetar.

"Suami, biarkan istrimu memberikan service yang lebih sebelum menu utama ya!" Selanjutnya Hinata menunduk, memposisikan penis Naruto di hadapan wajahnya.

Tanpa ragu Hinata menjulurkan lidah, menjilati perlahan seriap sisi penis Naruto sebelum menelannya utuh. Naruto meremas sprei saat sensasi lembut dan hangat merangsang penisnya, ia menahan diri agar tidak orgasme dan bisa menikmati service istrinya lebih lama lagi.

Hinata memaju-mundurkan kepalanya membuat Naruto semakin kejang, terkadang ia menggigit pelan bagian zakar Naruto, membuat sang pria masuk kepalang. Demagenya semakin bertambah saat Hinata menjepit kan payudaranya pada penis Naruto, dan tak lama setelah itu akhirnya Naruto pun ejakulasi.

Crooot! Crooot! Crooot!

Semprotan mani Naruto mengotori wajah dan payudara Hinata, bau pekat dari cairan tersebut menaikkan lebih hasrat Hinata. Sembari menjilat sisa sperma Naruto pada wajahnya, Hinata pun berucap dengan senyum manis, seakan mengisyaratkan Naruto untuk rebahan agar ia bisa menungganginya.

"Sesuai perjanjian, suamiku..."


Naruto vs everybody Место, где живут истории. Откройте их для себя