🍋

693 7 0
                                    


Chapter 3: First Night (3)


Hinata pasrah saat tubuhnya didorong Naruto, ia memekik singkat saat penis Naruto terlepas dari vaginanya. Ia hanya melempar senyum pada Naruto sembari menyentuh vaginanya dan membuka lebar paha, terlihat lelehan sperma Naruto keluar membasahi sprei.

"Istriku, ronde kedua ini milikku."

Naruto menarik pergelangan kaki Hinata, meskipun agak kasar, ia berhasil memposisikan tubuh Hinata menelungkup, dengan satu kaki sedikit miring hingga vagina berlumuran sperma itu terekspos.

Hinata belum siap dengan pergantian posisi itu, sebelum Naruto menghimpit tubuh Hinata dengan penis menempel di lubang vagina Hinata. Naruto mengecup punggung Hinata, menghirup aroma khas dari tubuh tanpa cela itu hingga ke atas, dan memberikan tanda di leher belakang Hinata.

Tubuh Hinata kembali berdesir saat darahnya kembali panas karena perbuatan Naruto. Payudara Hinata kemudian yang menjadi sasaran Naruto selanjutnya, dari belakang ia meremas nya keras dengan sedikit cubitan di puting merah merekah itu.

"Ahh..." Hinata semakin merasa kenikmatan setelah penis Naruto yang tadinya diam mulai masuk perlahan ke dalam vaginanya, karena dipenuhi cairan licin penis keras itu masuk dengan lancar hingga ke ujung.

Penis keras itu bergerak cepat dengan ritme teratur, memberikan sensasi baru bagi Hinata, meskipun permainan Naruto kasar tetapi Hinata menikmatinya. "Ah.. mnh.. sa-ngat-nikmath!"

Hinata kehilangan kendali atas tubuhnya, tenaganya lenyap bagai asap saat Naruto mampu mempertahankan ritme goyangannya hingga beberapa menit. Sembari terus menggoyang vaginanya, sang suami juga terus menggigit pelan punggungnya, payudara kanannya pun ikut kena sasaran kepuasan Naruto.

Merasa pegal dengan posisi tersebut, Naruto mulai bertukar posisi, kali ini menggunakan tangan sebagai tumpuan di ranjang, ia bergerak lebih cepat menggenjot vagina Hinata. Gadis yang baru saja kehilangan perawan itu, mendesah dengan napas tersenggal dibuatnya.

"Ahh... uhh... o-ohn!" Kepala dengan surai dark blue itu terbaring lemas saat orgasme kedua yang ia dapatkan.

Naruto berhenti bergerak saat cairan hangat Hinata menyiram penisnya, membiarkan istrinya mengambil napas untuk menikmati saat-saat puncak dari kenikmatan tersebut. Untuk beberapa detik Naruto hanya merengkuh tubuh Hinata dari belakang sembari menikmati aroma keringat yang membasahi tubuh istri, dengan penis yang masih berkedut gembira berkat meningkatnya remasan dinding vagina Hinata akibat orgasme.

"Sayang, aku masih belum selesai. Bertahan bentar lagi ya!"

"Aku mengaku kalah, suamiku. Bisakah kita lanjutkan besok pagi?"

"Bisa sih, tapi kalau begitu aku tidak bisa menemanimu tidur malam ini."

"Sialan kau, suami!"

Naruto hanya terkekeh pelan, sebelum mencabut penisnya dari liang senggama Hinata. Sang istri hanya pasrah saat Naruto mengangkat tubuh lemah itu, Hinata benar-benar kehilangan tenaga selepas orgasmenya.

"Ooouuuuh..." Hinata mendongak kuat dengan mata terpejam, ketika penis Naruto kembali menembus lancar memasuki vaginanya. Hinata yang kehabisan tenaga hanya bisa mengalungkan lengan-nya di leher Naruto, dengan posisi berlutut mereka berdua kembali memasuki ronde ke-tiga.

"Ahh... huuhm...," Meskipun tubuhnya tidak bertenaga lagi, tapi berkat permainan Naruto, darahnya kembali menggelegak dengan birahi. Hinata hanya bisa mendesah menikmati setiap tusukan Naruto yang mampu menggetarkan pikirannya.

Naruto menelusupkan wajahnya di leher jenjang Hinata, aroma sang istri menjadi obat perangsang nya. Tangan kekar itu melingkar diperut mulus Hinata, terkadang sesekali jarinya akan bermain dengan klitoris yang terekspos berkat posisi mereka begitu liar.

Tak lama berselang penis Naruto mulai berkedut, Hinata bersiap menerima semprotan sperma Naruto dengan rahimnya. Naruto mempercepat kembali tempo permainannya, bahkan mampu membuat ranjang yang kokoh berderak oleh goncangan kuat mereka.

"Sayang, aku keluar!" Naruto merengkuh erat tubuh Hinata ditusukan terakhir, memejamkan mata saat penisnya mulai menyiram bagian terdalam vagina Hinata. Wanitanya ikut memejamkan mata saat cairan panas itu mulai mengisi rahimnya, bahkan perutnya sampai berkedut karena kegembiraan batin yang ia dapatkan.

"Ohh..." Hinata seakan melayang di angkasa saat menikmati sensasi tersebut. Tubuhnya kembali kehilangan tenaga, jika Naruto tidak memeluknya erat ia akan terbaring lemas tak berdaya.

Naruto tentu mengerti kelelahan yang dirasakan oleh sang istri, saat penisnya masih tertanam utuh dengan kekuatan maksimal, ia memposisikan Hinata berbaring miring agar bisa beristirahat. Kemudian menarik selimut menutupi tubuh telanjang mereka.

"Kenapa penis itu masih menancap di dalam sana?" Hinata bertanya lemah saat merasakan penis keras Naruto di dalam tubuhnya.

"Nanti kalau dilepas, cairan ku meluber keluar, itukan anak-anak masa depanku." Naruto menjawab asal, ia mulai memejamkan mata dengan posisi merengkuh sang istri dari belakang.

"Terserah deh,"

"Istri, kau luar biasa. Aku janji tak akan mencari istri kedua setelah ini,"

"Memang ada niat?"

"Ada. Jika satu istri belum bisa membuatku puas,"

"Tak nyangka aku nikah sama lelaki nafsuan."

"Jika tak nafsuan, Namikaze tak memiliki pewaris. Ayahku saja punya tujuh istri,"

"Iya-ya. Jadi tiap hari beda dong istri yang ngelayanin, aku janji akan kuat biar aku selalu di sisimu, suami!"

"Iya sayangku,"

Dalam diamnya malam, sejoli itu pun tidur dengan penuh senyum kebahagiaan.


Naruto vs everybody Where stories live. Discover now