🍋

706 10 0
                                    

Chapter 2: First Night (2)

Naruto menenangkan napasnya yang menderu untuk sesaat, harus ia akui service istrinya sungguh nikmat hingga penis Naruto masih bergetar meski telah memuntahkan banyak isi-nya. Naruto kemudian rileks sebelum berbaring kembali, ia meremas penisnya sendiri mengundang Hinata agar memulai hidangan utama.

Seperti yang disepakati, Hinata yang akan mengambil alih di ronde yang pertama. Gadis yang biasa terlihat polos itu nampak binal saat mulai menaiki tubuh Naruto. Hinata memposisikan batang keras itu menghadap tepat pada senggema-nya, tubuhnya berdesir ketika penis itu menggesek kulit kemaluan-nya.

"Sayang!" Hinata yang sedang bersiap sembari dengan mata terpejam, menatap mata Naruto ketika sang suami memanggilnya lirih. "Jangan terlalu dipaksakan, oke! Pasti ini akan sakit, pelan-pelan dan nikmati."

"Em." Hinata mengangguk lemah. Mendengar nada lembut Naruto, entah kenapa hasrat yang tadinya menggebu perlahan lenyap, tubuhnya pun lemas untuk sesaat.

"Kemarilah!" Naruto mengulurkan kedua tangannya, seakan menjangkau sesuatu, Hinata pun merendahkan kepalanya mengikuti tangan Naruto. Bibir mereka kembali bertemu, dalam ciuman penuh kasih.

Merasa momen yang pas, Naruto pun menyentak kan penisnya lembut, mendorong sebagian penisnya memasuki vagina Hinata. Ciuman mereka terlepas saat Hinata mendengus, ada perasaan sakit tertinggal bersama kehangatan di liang senggema-nya.

Naruto mengelus kulit perut Hinata, diselingi remasan pada bagian pinggul lembut itu, mencoba memberikan rangsangan agar rasa sakit istrinya teralihkan oleh kenikmatan. "Umm..." Upaya Naruto menghasilkan desahan lembut sang istri.

Tubuh Hinata mulai mengikuti alur, ia mulai melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh suaminya, penis Naruto berhasil menembus pertahanan terakhir Hinata, darah segar pun terciprat bersamaan teriakan rasa sakitnya.

"Akhh..." Hinata meremas dada Naruto sekuat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa sakitnya, matanya terpejam dengan setitik air jatuh di sudut mata.

Naruto memahami penderitaan Hinata, namun yang bisa ia lakukan ialah terus memberikan rangsangan lebih. Ia meraih tubuh Hinata agar sedikit tertekuk, kemudian menjilati payudara Hinata yang menggantung di hadapan wajahnya.

Payudara Hinata memang tidak terlalu berisi, namun daging itu sangat kenyal hingga bikin ketagihan ketika menghisap nya. Apalagi ketika pentil merah muda itu digigit, serasa ketika menggigit buah ceri yang memberikan rasa manis pada lidah.

"Oh... ah... mmp.." Desahan akhirnya keluar dari bibir Hinata, wajah yang kesakitan telah berganti dengan kenikmatan. Naruto yang mendengar desahan itupun berhenti bermain dengan payudara Hinata, sang istri memberikan tatapan ambigu saat kenikmatan tersebut hilang.

"Ayolah, bukannya kita sepakat kamu yang akan mengambil alih ronde pertama ini. Harusnya aku yang kau puaskan, sayang!"

"Tch," Hinata berdecak kesal, tapi terlihat senyum binal di bibirnya. Ia pun mulai bergerak, meskipun sedikit kaku Hinata berhasil menggoyang penis Naruto hingga pria itu merem melek. Hinata puas dengan reaksi Naruto.

"Ah... hm... oouh.." Tempo permainan semakin cepat ketika dua sejoli itu tenggelam dalam kenikmatan, kamar pengantin itu dipenuhi suara peraduan dari persetubuhan mereka. Pijatan otot vagina Hinata lebih nikmat daripada kuluman maupun kocokan yang sebelumnya didapatkan Naruto, sedangkan penis keras Naruto selalu menusuk bagian terdalam Hinata, mengisi vaginanya dengan kehangatan lembut.

Pikiran mereka semakin tenggelam oleh kenikmatan, hingga mereka tidak sadar saat masing-masing pasangan akan mendapatkan orgasme. Dalam diam mereka saling memeluk erat sentakkan terakhir, memacu cairan kental saling bercampur yang mengeluarkan aroma pekat.

"Ooohhh..."

Mereka saling menatap dalam jangkauan yang dekat ketika sensasi nikmat yang mendera mereka perlahan hilang, melempar senyum khas seakan saling mendapatkan kepuasan.

"Permainan mu sungguh hebat istriku!"

"Tidak sehebat dirimu yang masih semangat setelah mengisi rahimku penuh..." Senyum Hinata menggoda saat menggoyangkan pantatnya, penis Naruto masih terasa keras di dalam vagina Hinata.

"Kau harus sanggup memuskanku, atau..." Naruto menggantung kalimatnya dengan senyum penuh godaan.

"Atau apa?"

"Hee, kau akan tahu jika kau menyerah sebelum aku puas."

Hinata hanya tersenyum, kemudian menyambar bibir Naruto dan memberikan ciuman ganas pada suaminya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin, suamiku!"

Naruto vs everybody Where stories live. Discover now