🍋

620 2 0
                                    

Chapter 4: Hate but Love (1)


'Temui aku di atap pas jam istirahat!' Ino menemukan sepucuk surat saat ia duduk di mejanya, hanya sebaris kalimat dengan sebuah nama di ujung kertas. "Uzumaki Naruto?" Gumamnya saat membaca nama sipengirim.

Untuk sesaat Ino termenung dalam pikiran yang mendalam. Soalnya nama yang tertulis di surat itu merupakan sebuah nama yang paling ditakuti disekolah ini, bahkan kepala sekolah pun menyerah jika telah berusaha dengan siswa tersebut.

Naruto, pemuda tampan bersurai pirang, bola mata sapphire yang dingin, kecerdasan yang luar biasa, dan kepribadian yang tidak bisa ditebak. Jika pemuda itu tidak memiliki kepribadian yang sedikit aneh, maka banyak murid yang mau dekat dengannya, mau itu sebagai sahabat, teman, bahkan pacar.

Namun disebabkan kepribadiannya yang eksentrik, pemuda itu ditakuti oleh semua murid. Guru pun acuh dan cuek padanya.

—Tetapi ada satu alasan yang membuat para warga sekolah takut padanya, karena keluarganya merupakan seorang mafia. Penguasa tanah Jepang dari balik bayangan.

Ino sungguh tidak ingin berurusan dengan orang seperti Naruto. Jika diingat lagi, ia pun bahkan menghindar ketika berselisih jalan dengannya, Ino pun merasa sama sekali membuat marah naga sekolahan tersebut.

Jika Ino tak pergi menemui Naruto, ia takut berurusan lebih jauh dengan si pemuda, namun disatu sisi Ino juga takut bertemu Naruto.

"Ada masalah Ino?" Di saat Ino melamun, sebuah suara terdengar dengan nada heran. Ino mendapati pacarnya baru saja duduk di sebelahnya, seorang pemuda berambut raven.

"Ini..." Ino ragu, tetapi ia tetap menyodorkan kertas surat yang sedari ia pegang. Alis Sasuke naik saat menerima surat tersebut, setelah membaca sekilas, raut wajahnya pun berubah, jelas ia terlihat ketakutan.

Ino tersenyum canggung saat Sasuke meletakkan kembali kertas itu di meja Ino, sang pemuda hanya diam sebelum berjalan ke arah mejanya dan duduk diam dengan tenang. Ekspresinya menunjukan pada Ino, bahwa Sasuke pun menyerah.

Ino terdiam, ia tenggelam dalam lamunan meskipun jam pelajaran telah dimulai, bahkan sampai istirahat wajahnya sama sekali tak bergeming, ia tetap melamun dalam pemikiran mendalam.

Jam pelajaran pun berlalu, semua murid dengan ceria keluar dari kelas dan berlari menuju kantin, bahkan ada beberapa yang teriak-teriak untuk giliran pertama yang memakai toilet. Kelas langsung sepi, meninggal dua sejoli di bangku masing-masing yang masih belum bergeming.

Setelah diam beberapa menit, Sasuke pun akhirnya berdiri dan berlalu meninggalkan kelas, menyisakan Ino yang menatap benci pada sang pacar. Gusar dan tak punya pilihan yang lebih baik, akhirnya Ino mengalah dan memutuskan pergi menemui Naruto.

Ino bahkan berharap sesuatu yang buruk terjadi padanya di perjalanan menuju atap, agar tidak jadi pergi menemui Naruto. Waktu seakan bergerak cepat, ketika tanpa sadar ia telah berada di depan pintu atap.

Umpama, saat ini Ino berada di gerbang kematian.

Dengan menarik napas dalam, Ino pun membuka pintu secara perlahan. Seorang pemuda pirang terlihat setelah ia membuka pintu lebar, pemuda itu duduk bersandar pada dinding semakin membaca sebuah buku.

Angin segar terlihat berhembus meniup rambut pirang itu, mata sapphire yang tadinya fokus ke buku, tiba-tiba melirik ke arah Ino.

Naruto vs everybody Where stories live. Discover now