8 : [ terror, lagi? ]

2K 150 41
                                    

——FAMILY SUFERRING——

-happy reading-


Suasana kini kian hening. Bukan karena kesengajaan, melainkan karena tiba-tibanya 3 kata yang terucap dari mulut Ying pada saat itu.

Ke-18 remaja itu dibuat heran dengan ucapannya. Lantaran, perkataan yang mereka dengar dengan yang mereka lihat amat berbeda.

Ying, seorang anak tunggal. Kedua orang tuanya pun sepertinya memberikan perhatian penuh padanya, juga mereka jarang bertengkar. Lantas, mengapa Ying mengatakan itu?

Ying tersadar, jikalau teman-temannya tak akan mengerti dengan apa yang diucapkannya. Entah dirinya melantur atau sekedar kesepian karena tidak mempunyai saudara.

"Ah..., maksud gue kalau gue udah nikah, semoga anak gue ngerasain gimana rasanya punya keluarga cemara." Jelas Ying.

"Oh? gua kira keluarga lo kenapa-kenapa."

Ke-17 teman laki-lakinya kini lega, namun tidak dengan satu orang sahabat perempuannya, Yaya. Ia tahu betul bagaimana kondisi keluarga Ying.

Begitu topik habis, dari kejauhan tampak seorang pria berbadan besar dan tinggi sedang menghampiri mereka, gerak-geriknya tak asing. Tak diragukan lagi, itu adalah salah satu guru disana, Pak Aksamana, namun anak-anak NEOSURGANTARA lebih sering memanggilnya dengan sebutan 'Pak Aksa'.

Kaos biru dan celana training yang ia kenakan. Senyum lebar juga terpampang jelas di wajahnya. Pak Aksa adalah salah satu Guru Olahraga disana.

Setibanya Pak Aksa diKantin, ia menyapa ke-19 remaja itu yang kebetulan adalah murid-muridnya.

"Siang, anak-anak." Sapanya.

"Siang juga, Pak." Balas ke-19 remaja itu bersamaan.

Pak Aksa duduk disamping Ice yang tengah menyandarkan kepalanya dibahu Blaze. Namun tak lama dari situ, Pak Aksa menyadari beberapa dari muridnya gemetaran, terutama Blaze.

"Kenapa kalian gemetaran?" tanya Pak Aksa, masih dengan senyum manisnya.

"Bapak galak soalnya." Celetuk Ice, tanpa berpikir dua kali untuk mengucapkannya.

Deg...

Ucapan Ice mampu membuat Pak Aksa tertegun. Pasalnya, Pak Aksa sendiri tak merasa jikalau dirinya sering marah pada murid-muridnya.

"Bapak tuh enggak galak, tapi imut."

Seketika mendengar ucapan itu, Blaze yang tadinya gemetaran menjadi lebih percaya diri dan bangkit dari kursinya, membuat Ice terjatuh kebelakang.

Gedebug!

"Nah iya, Bapak itu imut kayak Bagas dribble!"

Begitu Blaze menyelesaikan perkataannya, bel sekolah langsung berbunyi, menandakan bahwa waktu istirahat telah berakhir.

Kring! Kring! Kring!

"APA?!!!" pekik Pak Aksa, yang tiba-tiba berubah menjadi garang.

"A-anu Pak——"

. . . .

Gempa berjalan kembali menuju kelasnya, bersama ke-6 remaja lainnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat satu buah buku yang tergeletak dijalan yang hendak dipijaknya.

FS [ PENEBUSAN DOSA ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang