9 : [ Pembunuhan biasa, atau pembantaian? ]

2K 142 36
                                    

——FAMILY SUFFERING——

-happy reading-


Kini langit sudah gelap, menandakan bahwa hari sudah malam. Ke-7 remaja yang menjadi Tuan Rumah kediaman Abara juga melakukan aktivitas remaja normal lainnya.

Halilintar yang sedang mendengarkan musik dari Headphone-nya yang berwarna hitam. Taufan yang sedang bermain Game online bersama Blaze dan Thorn. Gempa yang sedang berbaring diatas sofa, termenung menatap atap rumahnya sendiri. Ice yang sedang tidur dan bersandar pada bahu Halilintar. Dan yanh terakhir, Solar yang sedang membaca buku novel miliknya sendiri.

Masing-masing mereka fokus pada dirinya sendiri, terkecuali ketiga remaja yang paling aktif diantara mereka, Taufan, Blaze, dan juga Thorn.

Teriak dan jerit dari ketiga remaja itu mampu membuat kebisingan didalam rumah. Namun, sudah tak heran bagi saudaranya yang lain. Mereka saling mengumpat, menyanyi asal, juga tertawa terbahak-bahak, membuat ruang tamu sangat berisik.

Ditengah-tengah TTM sedang asik bermain bersama, tiba-tiba saja Handphone milik Blaze mendapat telepon dari Gentar, sahabatnya. Untungnya saja karena Karakter game miliknya sudah mati, Blaze akhirnya mengangkat telepon dari Gentar.

"Halo, Gen? ada apa?"

"B-B-Blaze..., tolong j-jemput g-gua dirumah... b-bokap gua mabuk l-l-lagi, gua takut..." jawab Gentar dengan gemetar.

Suara Gentar yang terdengar bergetar mampu membuat Blaze panik, ditambah Gentar mengatakan bahwa Ayahnya sedang mabuk. Dengan cepat, Blaze kembali angkat bicara.

"Gen? lo enggak apa-apa kan? lo tenangin diri dulu sementara gua kesana, dan jangan lupa bertahan, gua berangkat." Cakapnya, seraya mencoba membuat Gentar tenang.

Blaze menutup telepon. Blaze dengan cepat mengambil jaketnya yang ia letakkan diatas meja ruangan, namun aksinya terhenti oleh Halilintar yang tiba-tiba menahan pergelangan lengannya.

"Mau kemana?" tanya Halilintar cuek.

"Gua mau jemput Gentar, bokapnya mabuk." Jelas Blaze sambil terburu-buru memakai jaketnya.

Halilintar yang mendengar itu pun sontak terkejut dan melepaskan cengkeramannya dari lengan Blaze. Begitu Halilintar melepaskan lengannya, Blaze dengan sigap berlari menuju pintu rumah, namun lagi-lagi Halilintar menghentikannya. Halilintar kembali menahan lengan Blaze.

"Tunggu, biar gua sama Gempa yang jemput Gentar."

Blaze memiringkan kepalanya, menandakan ia keheranan dengan apa yang diucapkannya Halilintar.

"Ini udah malem, gua takut kalau lo yang jemput malah kalian berdua kenapa-kenapa." Tambah Halilintar menjelaskan.

Merasa sudah mengerti, Blaze mengangguk pelan, juga dibalas dengan anggukan dari Halilintar.

"Gempa!!!" teriak Halilintar, memanggil nama Gempa.

Gempa, si-pemilik nama itu berjalan menghampiri kedua remaja dengan terburu-buru. Gempa menghentikan langkahnya dihadapan Halilintar, dan disamping Blaze.

FS [ PENEBUSAN DOSA ]Onde histórias criam vida. Descubra agora