Selamat sore. Maaf ya baru bisa update sekarang. Bang Jangkar sama Non Cia lagi sibuk jadi anggota kpps gaes🤣🤣. Harap di maklumi yaa😁
Cia bersama Buk Titin datang ke kebun. Cia mengendarai motor nya dengan Buk Titin berbonceng di belakang dengan memangku rantang dan plastik yang berisi makanan untuk pekerja di kebun.
Saat mereka sampai di sana. Cia di sambut oleh Pak Slamet dan beberapa pekerja di kebun nya.
Pak Slamet memperkenal kan Cia kepada mereka semua.
" Selamat siang Ibu-ibu semua. Kenalkan saya Ciara. Cucu tertua dari Kakek Darma. Salam kenal semuanya ya Bapak dan Ibuk."
Cia tersenyum ramah.
" Wah, jadi ini cucu Pak Darma itu. Cantik sekali ya. Pantesan lah Bang Jangkar suka ini mah." Celetuk Bu Roh tertawa.
Cia langsung meringis.
" Hush jangan ngomong begitu Roh. Kamu ini!" Bu Roh tampak malu saat di tepuk sama teman nya.
" Maaf, Non Cia. Buk Roh ini memang begini. Suka nggak di saring dulu omongan nya."
" Nggak papa, Ibuk. Ini saya juga mau jelaskan kalau saya dan Bang Jangkar itu sebenarnya tidak mempunyai hubungan yang dekat. Kami hanya sebatas berteman saja."
" Ooh begitu. Kami kira memang ada hubungan gitu, Non. Sudah senang pula kami kan." Ada lagi seorang Ibu yang berceletuk.
" Tidak Bu. Kami tidak ada punya hubungan begitu. Nanti kalau ada gosip ini lagi jangan di dengarkan ya Buk-ibuk. Takut nya nanti kasihan sama Bang Jangkar dan pasangan nya."
Buk Roh kembali menghempaskan tangan nya di udara
" Alah. Bang jangkar itu tidak punya pasangan, Non. Tapi yang suka sih banyak. Rata-rata gadis di sini yang belum menikah pada suka sama Bang Jangkar. Apalagi tuh si Sinta."
" Betul, Non. Saya suka heran lah sama si Sinta itu. Nggak ada kapok nya dia memang. Bebal itu muka nya."
Cia meringis mendengar perbincangan kali ini. Ia sangka mereka akan berkenalan dan mengakrabkan diri tetapi malah berujung gosip tentang dirinya lalu merambah kepada si Sinta Sinta yang menyukai Bang Jangkar ini.
" Buk-ibuk. Ini di makan dulu. Saya ada bawa beberapa cemilan. Semoga Ibuk dan Bapak semua suka ya."
Cia menatap Buk Titin untuk membagi-bagikan makanan.
" Sudah bergosip nya di lanjut nanti lagi Buk. Makan ini dulu. Iai dulu perut nya. Nanti cacing nya berteriak kepalaran. Nggak kan asyik, Buk." Ujar Buk Titin berkelakar.
" Wah. Ini enak kayak nya nih. Tampilan nya aja menggoda begitu." Bisik-bisik Ibu pekerja. Sedangkan yang Bapak-bapak. Mereka asyik sendiri entah membicarakan apa sambil mengopi.
" Ini apa nama nya Buk Titin?"
" Ini nama nya tom yam. Non Cia yang buat. Enak loh. Mari di coba ibuk-ibuk semua. Tolong di kasih juga buat Bapak disana."
Mereka saling memuji hasil masakan Cia.
" Wah benar. Enak sekalim saya boleh nambah kan ya?"
" Boleh. Boleh. Silahkan Buk!" Cia mengangsurkan piring berisi tom yam ke tengah. Cia tersenyum dan sangat senang melihat ekspresi para ibuk-ibuk yang bahagia.
Sesederhana ini lah kebahagian yang di dapat Cia di kampung ini.
Selesai mereka istirahat. Mereka kembali bekerja.
" Lho itu seperti nya Bang Jangkar kan, Buk?" Tanya Cia kepada Buk Titin.
" Oh iya. Kan itu memang kebun nya Bang Jangkar, Non."
" Sendiri aja memang dia kerja nya?" Tanya Cia penasaran.
" Kalau tidak panen. Memang begitu, Non. Kadang ada bawa orang-orang di sini juga. Mungkin sedang membersihkan rumput dan semak aja Non. Maka nya sendirian "
" Oh begitu." Cia tampak mengangguk angguk.
" Eh Non ini makanan nya masih ada sisa. Apa kata kalau Non kasihkan buat Bang Jangkar. Kemaren beliau juga ada bantu Non kan?"
Cia tampak berpikir. " Iya juga ya ,Buk. Boleh deh, biar saya antar, Buk."
" Non yakin mau sendiri?"
" Iya. Lewat nya kemana?"
" Kesini, Non. Ikuti saja jalan ini."
" Oke. Buk Titin tunggu saya di sini ya!"
" Iya, Non!"
*****
Jangkar sedang asyik berjongkok dan mencabut semak-semak. Ia tidak sadar kalau Cia sudah berdiri memandang nya.
" Bang Jangkar,"
Jangkar terkesiap. Ia langsung menoleh dan menatap Cia yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapan nya.
Jangkar segera berdiri. Ia menatap sekitar nya.
Ia kembali menatap Cia dengan pandangan tidak percaya karena sekarang ada di depan nya.
" Maaf saya menganggu ya?" Cia tampak merasa tidak enak dan sedikit bersalah.
" Tidak. Kamu di sini sedang apa?"
" Kita bisa berteduh dulu nggak? Ini panas banget ini."
Jangkar meringis melihat keringat di dahi Cia.
Jangkar berpindah ke tempat yang lebih teduh yang di lindungi pohon kacang panjang.
" Di sini sedikit teduh dan terhalang dari cahaya matahari."
Jangkar duduk di tepi pematang yang di ikuti Cia.
" Ini saya mau nganterin makanan. Saya harap Bang Jangkar suka." Cia meletakkan rantang nya dan membuka isi nya.
" Tidak perlu repot." Tolak Jangkar padahal mata nya tetap mengawasi gerakan Cia membuka rantang.
" Nggak kok. Kebetulan saya tadi bawa banyak buat pekerja yang panen cabe. Nah saya lihat Bang Jangkar di sini. Saya samperin sekalian bawa ini." Ucap Cia tersenyum tipis.
" Bang Jangkar sudah banyak membantu saya. Tidak apa-apa kan kalau saya cuma bisa ngasih ini."
Jangkar menatap isi rantang.
" Tom yam?"
Cia langsung menatap Jangkar. " Bang Jangkar tahu nama makanan ini?"
Jangkar berdehem karena Pertanyaan dan Tatapan Cia yang lekat menatap nya.
" Saya nggak sengaja lihat di hp."
" Oh begitu." Cia bergumam.
" Ayo di coba, Bang. Maaf ya kalau misal nya nggak enak dan nggak cocok di lidah Bang Jangkar. Tapi saya harap Bang Jangkar suka sih."
Cia tampak malu dan sedikit gugup karena di tatap lekat oleh sepasang mata kelam milik Jangkar.
" Ada sendok?"
" Ha sendok?"
" Tangan saya kotor ." Tunjuk Jangkar. Cia baru paham.
" Nggak bawa sih ini. Nggak papa deh. Biar saya bantuin aja."
Cia langsung menyodorkan ke mulut Jangkar. Ia tidak tahu kalau apa yang di lakukan nya ini membuat Jangkar tidak bisa berkutip dengan jantung yang berdegup kencang.
" Ayo Bang di buka mulut nya."
Muka Jangkar sontak merah. Jangkar pun seperti terkena hipnotis membuka mulut nya.
Cia tersenyum. Jangkar mengunyah dan mengalihkan pandangan nya asal tidak bertatapan dan berhadapan dengan Cia.
" Bagaimana? Enak?"
Cia tampak penasaran. Jangkar mengangguk.
" Enak."
Cia tersenyum lebar. Entah kenapa ia suka mendengar jawaban dari Jangkar.
" Kalau begitu di habiskan ya, Bang."
Cia tampak belum sadar apa yang di lakukan nya dan Jangkar pun hanya diam membiarkan.
Tbc!
13/02/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangkar Cinta (EBOOK READY DI GOOGLEBOOK/PLAYSTORE.)
RomanceKalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan dirinya. Bukan hal mudah untuk meninggalkan semua kenangan yang telah berlalu sepanjang hidup Ciara...