Di KK sudah extra part ya. Silahkan kesana bagi yang mau. Oke..
"Selamat pagi, Non." Sapa Buk Titin begitu melihat Cia memasuki ruang makan
"Selamat pagi juga Buk." Cia menarik salah satu kursi yang ada di sana.
"Bang Jangkar belum pulang, Buk?"
"Belum, Non." Cia mengangguk. Ia melirik jam besar yang ada di sudut rumah sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
Jangkar jam tiga subuh berangkat ke kota untuk memasok hasil panen salah satu warga di sini. Awalnya Jangkar menyuruh Zaki, namun Zaki ada sesuatu yang harus di urus nya ke kelurahan. Jadilah, Jangkar yang pergi ke kota.
Cia menghidupkan layar handphone nya dan mencari nomor Jangkar. Cia terpekur melihat nama Jangkar di handphone nya. Segera saja Cia mengubah nya menjadi 'Husband ♥️ '.
Cia tereenyum menatap layar handphone nya. Ia pun langsung mendial nomor Jangkar.
Tidak di angkat. Cia kembali mencoba. Masih juga tidak di angkat.
"Kenapa Non? Nggak di angkat sama Bang Jangkar?"
Cia mengangguk. " Iya, Buk. Biasa nya jam segini udah balik kan."
"Mana tahu ada penumpang yang belanja dulu, Non. Kan Bang Jangkar juga bawa warga yang menumpang ke kota."
"Iya, Buk. Seperti nya memang begitu." Cia akhirnya meletakkan handphone di atas meja.
Ia memutuskan untuk sarapan sendirian. Selesai sarapan Cia kembali ke kamar. Tubuh nya benar-benar lelah sekali rasa nya. Padahal ia tidak melakukan pekerjaan berat selain melayani Jangkar di atas ranjang.
Saat hendak memejamkan mata nya, pintu kamar terbuka. Cia membalik tubuh dan melihat Jangkar masuk ke dalam kamar dengan senyum yang mengembang di bibir nya.
"Abang," panggil Cia manja.
Jangkar naik dan duduk di tepi kasur. Ia mengusap pipi Cia. "Abang kok lama pulang nya?"
"Tadi Abang nunggu warga yang belanja dulu sayang. Maka nya sedikit lama."
Cia mengangguk. "Sayang sudah sarapan?"
"Sudah. Abang udah?"
"Sudah tadi di pasar. Abang mandi dulu ya. Berkeringat ini. Bau."
Cia mengangguk. "Iya."
Jangkar tersenyum. Ia mengecup bibir sang istri dan masuk ke dalam kamar mandi.
Cia segera bangkit dari tidur nya. Ia menyiapkan pakaian untuk Jangkar.
Selesai menyiapkan pakaian, Cia kembali merebahkan tubuh nya di atas kasur sembari memainkan handphone nya.
Tak lama Jangkar keluar dari kamar mandi. Jangkar segera memakai pakaian yang telah di siapkan istrinya.
Hati Jangkar sangat senang. Sekarang mau makan ada yang menyiapkan, selesai mandi pakaian nya juga sudah tersedia tinggal pakai. Mau tidur lun ada yang menemani plus bisa di peluk dan menghangatkan tubuh.
Jangkar naik ke atas tempat tidur. Cia segera menyimpan handphone nya.
Cia langsung masuk ke dalam pelukan Jangkar dan menghidu aroma Jangkar yang baru selesai mandi.
"Hmm. Wangi." gumam Cia pelan. Jangkar tertawa kecil. Ia memeluk erat tubuh Cia.
"Manjanya istriku."
"Kangen,"
Lagi-lagi Jangkar tertawa. Ia kecup gemas kepala Cia. "Padahal baru beberapa jam berpisah. Udah kangen lagi."
Cia ikut tertawa. Ia semakin merangsek masuk ke dalam pelukan Jangkar.
"Badan Ara pegel Abang. Bawaan nya capek. Pengen istirahat deh seharian ini."
Jangkar meringis. Ia mengusap rambut Cia. Ia merasa bersalah karena telah memforsir tubuh Cia selama beberapa hari ini.
"Maaf ya sayang. Abang kayak nya terlalu bersemangat sekali."
Cia menggeleng. "Abang nggak boleh minta maaf. Karena Ara juga suka."
Cia segera menyembunyikan wajah nya karena malu.
"Yaudah. Hari ini kita istirahat aja di rumah. Memulihkan kondisi tubuh. Nanti kalau sudah seger kita bercinta lagi." Jangkar berbisik di telinga Cia di akhir kalimat nya.
"Aaaww. Sakit sayang," Jangkar mengaduh karena cubitan Cia di perut nya.
"Lagian Abang sih. Belum juga istirahat udah ke sana aja mau nya."
Jangkar terbahak. "Mau gimana lagi sayang. Abang candu." Sahut Jangkar santai.
"Iya, Nanti Ara kasih servis full lagi. Sekarang kita bobok. Abang pasti juga capek dan ngantuk kan?"
"Iya sayang. Badan Abang rasa nya memang butuh istirahat sebentar."
Akhirnya Cia dan Jangkar tertidur berpelukan.
Sedangkan di luar Buk Titin sedang memberi makan ikan dalam kolam.
"Kok Ibuk yang kasih makan ikan nya? Biasa nya Non Cia." Pak Mamat datang menghampiri Buk Titin.
"Buk Cia seperti nya capek, Pak. Tadi katanya hari ini pengen istirahat."
"Oh begitu. Bang Jangkar tadi udah masuk ke dalam?"
"Sudah. Seperti nya juga istirahat di kamar."
"Oh yasudah lah. Biar Bapak yang kasih makan ikan nya. Ibuk lanjut aja pekerjaan nya."
"Iya, Pak. Ini Ibuk masih harus membersihkan lemari di dapur. Tadi Ibuk lihat kecoa keluar dari dalam lemari. Mau Ibuk bersihkan." sahut Buk Titin sembari memberikan toples pakan kepada Pak Mamat.
"Yaudah. Ibuk lanjut saja!"
"Ibuk masuk ke dalam dulu, Pak."
"Iya."
*****
Menjelang siang, Jangkar terbangun. Di lihat Cia masih tidur pulas. Jangkar pun merasa enggan untuk turun dari atas ranjang. Ia memutuskan untuk kembali tidur, namun mata nya tidak mau di ajak kerja sama.
Akhir nya Jangkar bangun dan mencuci muka. Saat keluar dari kamar mandi, Cia menggeliat.
Jangkar menunggu Cia membuka mata.
Perlahan Mata itu terbuka dan langsung bertatapan dengan wajah Jangkar yang hanya beberapa senti saja dari wajah nya.
"Bangun sayang!" ujar Jangkar lembut. Jangkar mengecup bibir istri nya. Cia tersenyum. Ia langsung mengalungkan tangan nya di leher Jangkar.
"Uumm. Masih mau bobok." jawab Cia dengan suara serak khas bangun tidur. Dan kedengaran nya sexy di teli nya Jangkar.
"Sudah jam tiga. Kita belum makan siang sayang."
"Ummm," Cia merengek manja. Jangkar menarik tangan Cia dan menggendong nya ke kamar mandi
"Cuci muka dulu sayang. Biar fresh."
Cia mengangguk. Selesai cuci muka, Jangkar kembali menggendong nya ke dalam kamar. Jangkar mengeringkan wajah Cia dengan handuk lembut.
"Sekarang ganti baju dulu sebelum keluar kamar ya!"
Cia kembali mengangguk. Pasal nya saat ini Cia hanya mengenakan pakaian tipis sepanjang paha atas nya.
"Sudah siap?"
"Sudah."
Cia sudah merapikan rambut nya. Ia keluar bersama Jangkar sembari berpegangan tangan layaknya remaja yang baru saja di landa kasmaran.
Tbc!
17/03/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangkar Cinta (EBOOK READY DI GOOGLEBOOK/PLAYSTORE.)
RomanceKalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan dirinya. Bukan hal mudah untuk meninggalkan semua kenangan yang telah berlalu sepanjang hidup Ciara...