Eps6

53 6 1
                                    

Gansa beranjak mengambil jaketnya bersiap pergi seperti biasa ekspresi nya dingin. Ia berniat menemui Cia tetapi selalu sulit di hubungi cewek itu. Hana keluar kamar membawa secangkir teh menatap Gansa yang bersiap - siap dari kamarnya. Hana berhenti melangkah dari kejauhan karena ia tau batasan Gansa selalu melarangnya untuk memasuki kamarnya. Hana tidak tau alasannya tetapi ia selalu mematuhi apa kata Gansa.

"Mau kemana?" Hana bertanya dari pintu seberang.

"Nyore" Jawab Gansa cuek, lalu mengunci kamarnya.

"Hana mau ikut" Hana melangkah ke arah Gansa.

"Kamu sakit gak usah ikut" Gansa mengusap pundak Hana.

"Hana mau ikut, Gansa gak  pernah ngajak Hana nyore" Hana menduk percayalah dia hanya ingin bersama Gansa.

Gansa menghela napas, "Ganti pake jaket" .

Hana bergegas ganti pakaian dan memakai hoodie crop sedikit merias tipis. Lalu keluar kamar .

"Cantik, kayak peri" Gansa terkekeh kecil mengusap kepala Hana lembut.

Hana tersenyum mengembang ia senang dipuji Gansa, cowok itu mengubah tujuanya. Semula ingin bertemu Cia tetapi karena Hana ikut ia mengajak Hana ke bukit bandara. Semacam bandara yang sudah tidak terpakai berada di antara bukit yang tidak terlalu tinggi. Disana terkenal dengan sunset indah. Gansa tiba-tiba berpikir untuk mengajak Hana ke sana.

------------------

Yerin memutuskan untuk pulang ke daerah rumahnya. Tapi hanya sebentar karena papa nya melarangnya untuk terlalu lama di rumah daerah daripada di pusat kota. Sejujurnya Yerin hanya ingin bertemu dengan Difa, meskipun hubungan mereka sudah berakhir sejak tahun lalu, Yerin masih berharap Difa kembali padanya. Yerin masih mencintai cowok itu.

Seperti biasa Yerin ke cafe sebelah di sore hari sambil melihat sunset dari lantai atas tempat favorit mereka berdua dulu. Yerin teringat kenangan nya bersama Difa saat itu mereka selalu di sini setiap sore.

Ia melihat sekitar cafe, mendapati cowok mirip Difa sedang menunggu antrian. Yerin beranjak turun dari tangga. Ia menyusul Difa, ia yakin kalau itu Difa.

"Difa .." Yerin memanggil Difa yang sudah berbalik arah hendak pulang.

Difa menoleh tatapanya sendu saat melihat Yerin, gadis yang ia tinggalkan karena sebuah perbedaan keyakinan.

"Hai.." Difa berusaha tersenyum menetralkan keadaan.

"Kamu apa kabar? Kata oma kamu pindah ke daerah ini?" Yerin bertanya.

"Iya aku pindah ke sini, kamu ngapain disini?" Bahkan dari cara menjawab Difa seperti menjaga jarak.

"Aku kangen cafe ini jadi ke sini" Yerin menatap Difa seolah berharap.

Yerin melihat Difa membawa dua gelas es coklat, ia berpikir apa Difa sudah memiliki pacar baru?

"Banyak hal di sini yang gak bisa di lupain" Difa tersenyum kepada Yerin.

"Aku kangen tempat ini juga kamu" Yerin menatap Difa dalam. Ia masih mencintai cowok di hadapannya itu.

"Itu udah berlalu, damai sama keadaan yang sekarang itu pilihan terbaik" Difa teringat Cia dirumahnya menunggu es coklat itu.

Yerin terus menatap es cokelat itu, ia penasaran dan terpaksa bertanya meskipun itu akan menyakiti hatinya sendiri.

"Kamu udah punya pacar?" Tanya Yerin.

Difa tersenyum tipis, melihat es cokelat itu.

"Udah, jadi tolong lupain aku. Aku berharap kamu nemu cowok yang baik dan satu kepercayaan sama kamu.."  Jelas Difa.

Yerin mengangguk dan tersenyum paksa, begitulah kenyataan yang ada. Kini ia harus melepaskan Difa sesulit apapun itu.

Difa berpamitan kepada Yerin, meskipun hatinya masih merasa bersalah karena Yerin terus mengharapkanya.

Difa beranjak pulang, berusaha melupakan kejadian tadi. Yerin matanya berair, kenapa ia masih tak terima kalau Difa mengabaikannya. Bahkan kini tertampar kenyataan yanga ada, Difa sudah milik orang lain. Hatinya benar - benar sakit.

Difa pulang ke rumahnya mengantarkan es coklat itu kepada Cia namun raut wajahnya dingin.

"Difa kenapa?" Cia bertanya sambil meminum es cokelat nya itu.

Difa tak menjawab, ia menuju kamarnya membuka botol bir dan menengguk nya. Cia panik langsung merebut botol itu. Gadis itu menatap Difa tajam.

"Kalo ada masalah tu bilang bukan diem terus mabok gak jelas" Cia meninggikan nadanya.

"Tolol anjing" Cia memaki Difa.

"Aku emang brengsek" Difa melontarkan kata itu.

"Tadi aku ketemu mantan ku"  Difa menatap Cia.

Raut wajah Cia berubah semakin sengit.

"Terus kamu masih suka sama dia?" Cia bertanya to the point.

"Engga, aku cuma merasa bersalah karena selalu bikin dia berharap" Difa menatap Cia melas.

"Terus gara- gara kayak gini doang mabok?" Cia semakin mengintimidasi Difa.

"Biar tenang" Sahut Difa singkat.

"Kalo masih suka balikan, kalo itu bikin kamu bahagia" Cia menghela napas, hatinya sesak padahal baru tadi malam mereka saling mengungkapkan perasaan.

Seolah terjatuh, setelah Gansa menyakiti nya kenapa kini Difa juga?

Cia mengambil jaket dan tasnya, menaruh es cokelat di meja kamar Difa. Ia membenci hari ini. Tanpa pamit Cia pulang. Difa semakin merasa bersalah kepada Cia. Ia menyusul Cia dengan pikiran kacau.

"Cia maaf" Difa sedikit mengeraskan suaranya.

"Ciaa...!" Difa memanggil gadis itu tetapi tidak ada sahutan.

Difa kini sadar lebih menyakitkan jika Cia meninggalkanya. Cia menoleh matanya berair, gadis itu menangis. Menatap Difa sengit. Seolah berkata jangan menemuinya lagi.

Difa menghentikan langkahnya, membiarkan Cia pulang. Ia tidak ingin Cia semakin kecewa.

---------------

Gansa dan Hana melihat senja sore  yang semakin tenggelam. Angin tipis menerpa mereka, sesekali Hana tersenyum sambil menatap Gansa.

"Makasih udah ngajak ke sini aku seneng banget" Hana menatap bukit-bukit.

"Sama-sama, maaf jarang ngajak kamu pergi aku cuma khawatir aja kalo kamu capek terus memburuk keadaanmu.." Gansa menggenggam tangan Hana berharap Hana terus semangat untuk sembuh.

"Apa aku bisa terus kayak gini? Melihat segalanya tanpa merasakan sakit?" Mata Hana berlinang ia benar-benar takut.

"Denger ya, aku bakal jagain kamu sampai kapanpun. Sampai sembuh" Gansa merangkulnya dari samping.

"Gansa punya pacar?" Setelah sekian lama akhirnya Hana berani bertanya.

Gansa terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Pasalnya jika membuat Hana banyak pikiran hanya akan memperparah penyakitnya.

Gansa tersenyum dan menggeleng. Meskipun ia sadar bahwa hanya menyayangi Hana. Tidak mencintai nya. Seluruh cinta dan obsesi memiliki sudah tertuju pada Cia. Gadis yang akhir-akhir ini mulai menghilang dari kehidupannya.

"Aku sayang kamu sampai kapanpun"

Hana memeluk cowok disampingnya itu bahagia, ia selalu berpikir bahwa memiliki Gansa adalah hal terbaik di hidupnya. Meskipun ia tau, ia akan mati kapanpun itu.

------------------

Bersambung....

WAJIB VOTE * (comment juga boleh kak)

DILARANG PLAGIAT !!!

Cool With You (New Jeans x Enhypen x BoyNextDoor)Место, где живут истории. Откройте их для себя