37

4K 260 11
                                    

⚠️WARNING! WARNING!⚠️

Adegan brutal

Ada perkataan yang mungkin kurang nyaman

Bijak membaca

sorry for typo

•••••

Suara elektrokardiogram mengalun dengan mengerikan menemani Azka di ruangan hening itu.

Sudah jam 2 dini hari dan Azka bahkan tidak mampu memejamkan mata sekedar untuk istirahat.

Mata nya masih merah, kantong mata nya bengkak dan menghitam menghiasi wajah lelah yang sayangnya tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Memandang sendu gadis nya yang berbaring dengan menyedihkan. Tangannya mengelus punggung tangan Fera yang terbalut inpus sesekali mengecupnya.

"Az? Kamu gak tidur?"

Azka menoleh walaupun hanya lampu tengah sebagai penerang tapi ia dapat melihat guratan pada kening Arthur. "Nanti opa"

Terjadi keheningan beberapa menit Azka yang kembali menatap Fera dan Arthur tidak tau mau berkata apa.

"..besok kamu sekolah?" Azka menggeleng samar dalam keadaan seperti ini bagaimana ia bisa fokus bersekolah.

Arthur mengganguk ia menepuk singkat bahu Azka. "Tidur Az.. kamu gak mau liat Fera khawatir kan?" Setelah mengatakan itu Arthur kembali kekamar yang ada diruangan itu.

Saat ini hanya ia dan Azka yang menjaga Fera yang lain sudah dipaksa pulang.

Arthur terbangun saat hendak buang air kecil tapi siapa sangka pemandangan menyedihkan sebagai objek pertama yang dilihatnya membuat hasrat Arthur ke toilet hilang seketika.

Doakan semoga beliau tidak mengompol ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

Mendengar perkataan sang opa entah mengapa Azka kepikiran dan membuat nya mengantuk. Tanpa sadar ia meletakan kepalanya disamping tangan Fera lalu mulai memasuki dunia mimpi.

Belum juga fajar menyingsing Azka sudah terbangun dengan napas memburu dan peluh disekujur tubuhnya.

Ia menatap linglung sekitarnya lalu berdiri dengan panik. Mendekatkan telinga pada dada Fera memeriksa apakah masih berdetak atau tidak. Tanganya ditempatkan dibawah hidung nya memastikan udara masih berhembus disana.

Bernapas lega ia kembali duduk, memandang sendu sang pujaan.

"Sayang.. kamu pasti bangun kan? Kamu.. gak pergi kayak di mimpi aku kan? Jangan tinggalin aku ya?" Suaranya kian melemah.

"Disini.. sakit." Azka mencengkram dada nya yang berdetak dengan cepat.

"Rasa nya seperti kenyataan," tambahnya diiringi air mata. Azka kembali menangis hanya saja kali ini tidak mengeluarkan suara. Ia tidak mau kesayangannya tau kali dirinya menangis.

Mimpi itu kembali hadir.

•••••

Ceklek

Lusyna masuk dengan beberapa totebag di tangannya.

"Az?" Saat menghidupkan lampu mata nya langsung menangkap Azka sebagai objek pertama yang dilihatnya. Duduk membelakanginya dan tidak bergerak.

Azka sedikit menoleh membuat Lusyna melotot garang dengan cepat ia menghampiri sang cucu.

Lusyna berdecak sebel. "Kenapa gak tidur Az? Ini mata kamu jadi hitam kan."

"Aku tidur Oma," ujar nya pelan

FERAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang