-04-

25 8 23
                                    

Dua Minggu berlalu, semua sudah berhasil melewati beberapa tes hingga mereka diterima di kelas masing-masing. Kini, semua kelas mulai kembali sibuk. Semacam praktik, kelas analisa melakukan praktik untuk menganalisa siapa dan apa motif pelaku melakukan hal tersebut.

"Ya, jadi di sini saya akan mengambil beberapa orang untuk melakukan praktik. Yang namanya saya sebut, maju ke depan." 

Semua murid terdiam menunggu nama mereka dipanggil oleh guru. 

"Lulu, Serenity, Indri dan Hikari. Ikut saya ke lapangan, kita akan memulai analisa."

Nama-nama yang disebut maju dan mengikuti guru ke lapangan. Sesampainya di lapangan, semuanya terlihat lengang tanpa ada orang yang berlalu-lalang. Mereka merasa kebingungan, lantas Serenity mengangkat tangannya untuk bertanya.

"Bu, izin bertanya. Apa yang harus kami analisa di lapangan yang sepertinya tidak ada tindakan yang mencurigakan?" tanya Serenity. 

Ketika sang guru hendak menjawab pertanyaan Serenity, ada salah satu security yang datang menghampiri dengan napas yang tersengal-sengal. 

"Selamat pagi. Saya ingin melapor mengenai adanya orang misterius yang merusuh di lab kimia. Ada beberapa tabung reaksi yang rusak dengan beberapa cairan berbahaya merembes ke lantai. Tapi sayangnya orang itu berhasil kabur. Apa Ibu bisa mengirim anak-anak dari kelas Analisa untuk membantu memecahkan masalah ini?"

Mendengar hal itu, mereka berempat saling bertukar pandang dengan raut wajah mereka yang terlihat serius. 

"Saya membawa mereka. Kebetulan kelas saya akan sedang praktik menganalisa. Baiklah, anak-anak, ikut Ibu dan Security ke dalam lab kimia. Pakai juga pakaian khusus, karena di sana banyak bahan-bahan kimia yang berbahaya."

"Baik."

Mereka mengikuti guru pembimbing menuju lab kimia. Begitu mereka tiba di sana, kondisi ruangan lab itu cukup berantakan. Bahkan ada tabung reaksi yang pecah dengan cairan yang berserakan di lantai. 

"Kenapa kelas ini sepi?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Indri. Gadis itu hanya merasa heran, sejak tadi tidak ada orang di kelas ini yang terlihat dievakuasi oleh guru pembimbingnya.

"Mereka yang berada di kelas ini sudah dievakuasi, dan beberapa orang dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut," jawab Security.

Indri mendelik tajam mendengar jawaban dari Security. Tak lama, gadis itu mulai masuk lab paling awal, diikuti oleh teman-temannya dari belakang.

"Ada kaca yang pecah," gumam Hikari. Ia mengambil pecahan kaca tersebut sembari menelitinya. Gadis itu menghampiri Lulu yang sedang berdiskusi.

"Hei, pelakunya ada kemungkinan kabur lewat jendela." Suara Hikari, membuat mereka berdua menoleh ke belakang, melihat beberapa pecahan kaca yang berada di tangan Hikari.

"Bisa jadi, kemungkinan besarnya emang kabur lewat jendela. Tapi Kakak jangan ambil kacanya, nanti tangan Kakak terluka gimana?" tanya Serenity mengambil kaca tersebut dari tangan Hikari menggunakan alat khusus.

"Ya, itu urusan belakangan," sahutnya pelan.

"Tapi gue gak denger suara pecahan atau apapun itulah yang sekiranya bisa mengundang kericuhan. Kelas Analisa gak jauh-jauh banget, loh, dari lab Kimia. Palingan kehalang empat kelas doang." Kali ini, Lulu yang berbicara.

"Gais, liat ini."

Suara Indri yang menginterupsi, membuat mereka bertiga berjalan menghampirinya. Terlihat Indri membawa palu emergency di tangannya.

"Pelakunya pecahin kaca pake palu emergency yang biasa dilakuin kalau lagi dalam keadaan darurat," ucap Indri memberikan tatapan serius. "Pelaku masih gak jauh dari sekitar asrama."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ambisi Where stories live. Discover now