Kebusukan

245 18 5
                                    

Hari sudah menjelang malam, namun apartemen Ravin masih ramai oleh mereka yang menghabiskan waktu bersama, terlihat enam orang duduk di sofa yang menghadap televisi, terkadang terdengar jeritan, tak jarang juga terdengar suara tawa dari atas sofa itu.

Serena menyandarkan kepala pada Ravin, tangannya tak pernah berhenti mengambil keripik kentang yang berada di pangkuan sang kekasih. Kadang gadis itu menyembunyikan wajahnya di bahu lebar Ravin, kadang juga ia menjerit ketika layar televisi tiba-tiba menampakan sosok menyeramkan.

Lain halnya dengan Olivia, gadis itu terlihat antusias ketika adegan demi adegan terlihat oleh netranya, ia yang selalu berceloteh, menebak apa yang akan terjadi di adegan selanjutnya dan berteriak senang ketika apa yang ia prediksi benar.

"Mau kemana?" Rialdi bertanya ketika sang kekasih turun dari pahanya.

"Ke wc, mau nemenin?"

"Gak boleh, lo aja sana sendiri!" teriak Serena membuat Rialdi maupun Vivy tertawa.

Vivy berjalan di bawah cahaya remang, netranya tak pernah lepas dari interior yang ada di apartemen itu, entah kenapa ada rasa tak nyaman ketika memperhatikan barang-barang yang sengaja Ravin pajang di setiap sudut apartemen itu.

Selepas keluar dari kamar mandi perhatian Vivy tertuju pada satu ruangan yang berada di pojok, pintu ruangan itu sedikit terbuka membuat cahaya berwarna kuning berhasil menyita perhatiannya. Dengan perlahan kaki jenjang itu mendekati ruangan kecil yang begitu mencurigakan. Tangan Vivy terulur, membuka pintu yang sedikit menderit.

Ruangan itu cukup sempit, namun isi di dalamnya sukses membuat kepala Vivy hampir meledak, di sana terlihat beberapa barang Serena yang ia tahu sudah dibuang oleh sang pemilik, banyak foto Serena yang di gantung di sisi ruangan dan satu komputer mencuri perhatiannya, bagaimana tidak komputer itu menyala dengan layar menampilkan sosok yang sangat ia kenal.

Tanpa berpikir dua kali Vivy memegang mouse di depannya dan mencari tahu apa saja yang Ravin sembunyikan darinya, jari lentik itu menekan file bernama 'mine' yang sangat mencurigakan.

Seketika netra itu melebar melihat apartemen Serena, kenapa Ravin memiliki rekaman cctv di apartemen Serena? Mungkinkah ia menyeledupkan cctv? Dimana dia menyembunyikannya? Sederet pertanyaan muncul begitu saja di kepala Vivy.

Keterkejutannya bertambah saat melihat satu rekaman yang menampilkan kamar mandi, kenapa ada cctv di kamar mandi? Seingatnya ia tak pernah melihat kamera disana, atau jangan-jangan.. tak ingin pikiran kotornya menguasai, Vivy segera membuka video itu dan menontonnya.

Seketika mulutnya terbuka melihat adegan yang ada di depannya, Serena terlihat tak menggunakan sehelai bajupun. Gadis itu menyalakan shower dan mandi dengan tenang seolah tak menyadari jika dirinya di awasi oleh kamera kecil.

Telunjuknya terus menggeser mouse, memperhatikan sejauh mana Ravin bertindak. Kenapa Ravin melakukan hal semenjijikan ini? Ia kira mempercayai Ravin adalah langkah terbaik untuk menyembuhkan luka Serena, namun ternyata itu kesalahan fatal yang ia lakukan.

Tumpukan foto di samping komputer kini mencuri perhatian Vivy, tangannya beralih membawa semua kertas itu dan memperhatikan satu persatu. Disana terlihat potret Serena yang berada di luar ruangan, entah Ravin membayar orang atau bagaimana tapi setiap kegiatan yang Serena lakukan terlihat jelas dari sana.

Belum hilang rasa penasaran Vivy, kini kakinya membawa ia ke sudut ruangan. Sudut itu terlihat penuh dengan... barang-barang Serena? Tangan Vivy mengambil satu tumbler yang sangat ia kenal, bagaimana tidak, itu tumbler sepasang yang Serena beli untuk memperingati persahabatan mereka dan beberapa hari yang lalu gadis itu mengeluh karena kehilangan tumbler miliknya.

ObsesiWhere stories live. Discover now