Arim kini sudah kembali ketempat kerja paruh waktunya, saat datang. Suasana restoran sedang ramai, ia segera berlari kecil menuju lantai 2, tempat dimana ia akan bekerja, menghitung pemasukan uang beserta mengecek kembali order-order yang sudah tercatat dan menyamakan seluruh total pengeluaran penjualan.
Sibuk dengan ketikan keyboard dan beberapa kalkulator digitalnya, Arim tidak sadar. Kini sudah habis sekitar 4 jam ia lewatkan diruang khusus pencatatan manajemen toko tersebut. Setelah tidak sengaja melihat jam, ia memutuskan untuk pergi keluar sebentar untuk mencari makanan karena perutnya mulai keroncongan.
Ketika Arim menuruni tangga, pandangannya langsung tertuju pada salah satu sosok yang sangat tidak asing baginya─ itu Heeseung. Lelaki itu sempat bertukar pandangan dengan Arim, sampai pada akhirnya, Heeseung kembali melahap burger ayam yang dipesannya dengan tenang.
Dari mimiknya pun, Heeseung nampak tidak perduli, atau─ berakting layaknya tidak mengenal Arim. Atau─ memang sebenarnya belum mengenal?
"Apa masih ada sisa salad?" Tanya Arim pada salah satu rekan kerja paruh waktunya, yang saat itu juga sedang sibuk dibagian kasir, menghitung uang─ lelaki itu ber-name tag Choi Boemgyu.
"Sepertinya ada.." Responnya cepat, lalu segera menarik Arim menuju kedapur, tempat yang cukup tertutup, dari gerak-geriknya, Boemgyu seperti ingin membicarakan sesuatu. Setelah meminta rekan satunya lagi untuk mengganti berjaga, Boemgyu segera menutup pintu dan menatap Arim, "Apa ada seseorang yang mengikutimu lagi?"
Ah─ fakta acak, Arim sudah beberapa kali mengalami perdebatan dengan penguntit. Alasannya, tentu saja karena wajahnya yang mungkin bisa dibilang ada dimana-mana, karena Arim sering bekerja paruh waktu dimanapun ketika ia sempat saat masih menginjak bangkus sekolah dan sampai lulus─ lalu akhirnya, bisa diterima untuk pekerjaan tetap di restoran cepat saji tuan Kang, saat itulah. Boemgyu dan para pekerja lain sadar, Arim beberapa kali sering diikuti oleh entitas tidak dikenal ketika ia pulang dari toko cepat saji ini.
Maka dari itu, setelah sekian lama kejadian terakhir, Beomgyu bertanya, untuk memastikan. Jika orang asing yang baru ia temui tidak ada sangkut pautnya dengan Arim. Wanita itu diam untuk beberapa saat, berpura-pura sedang mengingat. Dan perlahan, kepalanya menggeleng. Tanda ia tidak tahu, siapa lelaki itu.
"Ia sangat asing, maksudku.. Apa ia seseorang yang baru saja pindah rumah?"
Beomgyu lugu. Heeseung bukan penduduk baru, tetapi─ lelaki itu tidak pernah menyentuh makanan─ atau lebih tepatnya restoran pinggir jalan seperti ditempat mereka bekerja. Dan, ini patut dicurigai.
"Mungkin.. Sudahlah, aku lapar.."
"Kau pulang cepat?" Tanya Boemgyu lagi, ketika aku sedang ingin membuat sandwich didapur.
"Pekerjaanku sedikit lagi, se─"
"Boemgyu.."
Ucapan Arim tertahan karena pekerja lain tiba-tiba masuk dan menatap lelaki yang baru saja ia panggil, "Ada pelanggan.." Lanjut Minju─ gadis yang sebelumnya memotong ucapan nya.
Saat Arim keluar dari dapur─
"Oh? Arim?" Jaehyuk. Arim menatap lelaki yang baru saja memanggilnya itu dengan keheranan, gadis itu berpikir, apa Heeseung baru saja mengundang teman-temannya untuk makan disini?
Arim tersenyum lembut seraya membungkukkan tubuhnya, bagaimana pun juga, Jaehyuk adalah seniornya, "Bagaimana kalian menemukan tempat kerjaku?"
"Heeseung mengundang kami, katanya ingin mentraktir!" Saut salah satu pemuda lain.
Arim kembali tersenyum manis dan memgangguk paham, "Semoga kalian menikmati.." Ucapnya dan segera kembali kedapur, dan menatap Chaewon─ ya, gadis yang sebelumnya menggantikan Boemgyu untuk menjaga kasir.
"Catat saja menu yang mereka inginkan, tenang.. Dan jangan gugup, mengerti?"
Minju mengangguk, sebelum ia pergi dari ruang memasak, gadis itu menarik nafasnya dalam terlebih dahulu. Arim tahu, jika gadis itu memiliki serangan panik, dan itu akan muncul ketika situasi restoran sedang ramai. Karena kebetulan, restoran tempatnya bekerja juga masih membutuhkan karyawan. Saat ini, seluruh karyawan full time maupun paruh waktu terpaksa untuk bekerja diluar keahlian mereka terlebih dahulu untuk sementara.
"Aku harus ikut memasak kali ini, bukan?" Eluh Arim kesal.
Beomgyu memijat bahu gadis itu pelan, "Fighting!!"
Kerja pun dimulai, Arim benar-benar ikut memasak lagi setelah sekian lama. Tetapi, saat sedang asik memotong sayuran, Minju datang kembali, dengan wajah kusutnya ia memberikan gadis itu 1 kertas dengan isi full pesanan mereka. "Aku belum bisa, Arim.." Eluhnya, keringatpun tidak luput dari kening bersih gadis itu.
Arim menerima kertas tersebut dan tersenyum hangat, "Tetapi, kau sudah meningkat, li─"
"Ayolah, Arim! Bukan saatnya untuk berkonsultasi!" Tukas Boemgyu yang sudah kewalahan sendiri ketika sedang memasak.
Arim segera pergi keluar, menjaga kasir beserta menjadi waiter dadakan. Ruangan resto jadi sangat penuh karena teman Heeseung, begitupun pelanggan-pelanggan yang juga terus-terusan datang. 5 pesanan untuk meja sudah Heeseung datang, ia segera meraih baki dan mengarah ke mereka.
"Arim, ikut berkumpul saja dengan kami!" Saut salah satu teman─ baru Arim? Dan gadis itu sepertinya, tidak ingat siapa yang baru saja menegur.
"Kapan-kapan saja, aku disini harus bekerja juga.." Balas Arim sopan, tidak lupa. Diakhiri senyuman andalannya, "Selamat menikmati.." Ucapnya sekali lagi sebelum kembali kedapur untuk mengantarkan kembali pesanan-pesanan mereka.
Habis sudah sekitar 1 jam lebih hanya untuk pesanan mereka, Arim pun kembali ikut fokus pada pelanggan lain. Sebelumnya, tuan Kang juga ikut berpartisipasi dalam membantu. Walaupun restoran ini miliknya. Tetapi, mau bagaimana lagi? Mereka memang kekurangan orang.
Setelah melayani satu orang terakhir, Arim izin pada tuan Kang untuk ke toilet, ingin bernafas sebentar. Karena menurutnya─ ini cukup melelahkan, mungkin karena faktor sebelumnya ia hanya mengurus administrasi. Duduk seraya memakan cemilan, kini kaki beserta tangannya perlu lebih bekerja sangat keras.
Setelah gadis itu masuk kebilik toilet, Heeseung menyadari itu. Dan─
"Oh! Ya Tuhan! Maafkan aku Heeseung!" Dengan sengaja, Heeseung menyenggol lengan temannya yang sedang memegang minuman disekitarnya. Menyebabkan, minuman itu tumpah dibaju biru mudanya.
"Ya ampun, Taehyun! Minta maaflah!" Saut Jaehyuk.
"Tidak apa-apa, aku akan izin ke toilet.." Ucap Heeseung pada teman-temannya, dan akhirnya. Lelaki itu berdiri dan menghampiri, Minju─ yang sedang menjaga kasir.
"Toilet?"
"E-Eum.. Sebentar.." Karena tatapan yang mengintimidasi dari Heeseung, Minju gugup. Sampai─ gadis itu lupa. Jika yang diberikan adalah kunci cadangan, karena sebenarnya. Kunci yang asli sudah Arim bawa dan tercantel pada lubang pintu.
"Terima kasih.." Ucap Heeseung dengan senyuman tipis.
Lelaki itu segera masuk kedalam kamar toilet yang memiliki beberapa bilik dan westafel. Tetapi, ia tidak menemukan seseorang yang dicarinya.
Melihat ada kunci lain yang bertengger pada lubang pintu, Heeseung dengan sigap mengunci dan menariknya. Menaruh kedua kunci tersebut di dalam kantongnya.
Bertepatan setelah saat itu, Arim keluar dari bilik salah satu toilet. Ia mencuci tangannya dan menatap Heeseung dari pantulan cermin, "Apa yang kau lakukan?" Tanyanya.
Heeseung mendekat, "Tidak lihat? Bajuku basah.." Jawab Heeseung.
Arim hanya melihat spot basah itu sekilas dan segera ingin keluar dari sana, tetapi─ ketika ia berusaha membuka pintu. Itu tidak bisa, membuatnya kebingungan.
"Apa yang kau lakukan?"
Arim tertawa tidak percaya, apa kini Heeseung membalikkan kondisi mereka?
Gadis itu membalikkan tubuhnya, "Ingin mengancam?"
"Berhenti menggunakan sarana teman-temanku untuk mendekat, Jung. Kau tidak tahu apa yang sedang kau perbuat.."

YOU ARE READING
Stereotype
Fanfiction[Complete] [ ft. Heeseung ENHYPEN ] He's un─touchable. He's Desire. He's all that I want. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀© ddeluns, 2023