VIII. Bad Luck

639 65 2
                                    

Ketukan nyaring yang berasal dari pintu utama, membuat sang pemilik kamar sewa itu mengalihkan atensinya. Tepat sekali, Arim baru saja selesai menata rambut, "Gotcha!" Gumam gadis itu senang. Dan, Masih belum mengetahui jika ada pesan masuk dari Jake.

"Hai, Ja─" Bibir Arim berhenti untuk berucap, ketika sadar. Jika, seorang yang ditunggunya, bukanlah dalang dari ketukan pintu tersebut. Melainkan, Sunghoon.

"Ada apa?" Tanya gadis itu langsung, Arim segera mengalihkan pandangan-nya kearah samping. Mengingat, konflik yang baru saja terjadi diantara mereka.

Sunghoon secara otomatis langsung memperhatikan penampilan Arim dari kepala hingga ujung kakinya, "Kau ingin kemana?"

"Eum─ pergi.. Bersama teman.."

"Berhenti.."

Saat itu juga, kedua mata Arim menatap mata Sunghoon, ada kerutkan di dahinya, "Apa yang kau maksud berhenti?" Tanya gadis itu jengkel.

"Berhenti mengusik Sungchan, Arim.."

Arim kembali bungkam untuk beberapa detik, "Aku tidak mengusiknya.."

"Kau mengusik." Tekan Sunghoon, "Kau melakukan hal-hal ini demi dirinya, 'kan? Demi diakui olehnya, jika kau adalah adik kandung lelaki itu?" Tanya lelaki itu bertubi-tubi, yang makin membuat lidah Arim kebas. Karena, ia bingung ingin merespon seperti apa.

"Tidak.."

Sunghoon tertawa sinis, "Kalian berdua sama." Ucap Sunghoon lagi, "Sama-sama keras kepala dan menghalalkan segara cara."

Arim baru saja ingin meraih tangan Sunghoon, tetapi─ lelaki itu dengan sigap menghindarinya, "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, Sunghoon.." Eluh Arim gusar, setelah tidak mendapatkan lengan lelaki di depannya, kini kedua tangan Arim beralih untuk mencengram kuat ujung pakaiannya.

"Ada apa denganmu?" Tanya Arim pelan, ia tiada habis pikir. Sunghoon bisa pergi jauh-jauh menuju ke kamar sewanya untuk mengatakan hal yang sulit untuk dipahami.

"Aku benci basa-basi. Intinya, berhenti." Final lelaki itu.

Dan Arim─ menolak. Ia menggeleng, "Kau tidak tahu.."

Sunghoon menyisir rambutnya dengan frustasi, tanpa diduga. Ia menarik kerah kemeja Arim dengan begitu lantangnya, membuat suasana diantara mereka berdua semakin tidak kondusif. "Jangan berpura-pura bodoh, Arim.." Peringat Sunghoon, "Kau pikir aku tidak tahu apa yang sedang kau lakukan, huh?"

"Lep─ Ah!" Belum sempat ia ingin menarik tangan Sunghoon dari kerah bajunya, tubuh Arim sudah terlebih dahulu di dorong paksa sampai dirinya sendiri tersungkur ke lantai, ia menatap Sunghoon dengan genangan pada kedua matanya. Tidak percaya, dengan apa yang baru saja Sunghoon lakukan.

"Kau kenapa?" Gadis itu bertanya. Ia dengan kikuk berusaha menghindar dari Sunghoo. Takut─ jika lelakinitu melakukan sesuatu yang lebih buruk padanya kelak.

"Cukup.." Ucap Sunghoon sekali lagi dengan pelan, "Kau tidak tahu siapa keluarga Lee, Arim.." Peringatnya seraya merendahkan tubuhnya agar pandangan mereka sejajar.

Arim berhenti bergerak, ia balik menatap lelaki itu dengan kuat. Lebih tepatnya, berpura-pura untuk kuat.

"Kau tidak tahu, 'kan? Rasanya berharap selama bertahun-tahun untuk dijenguk? Kau tidak tahu, betapa beratnya aku mendorong diriku agar ia bisa melihatku, Sunghoon?"

"Hentik─"

"Berhenti memperdulikanku, kau sama seperti mereka. Hanya ingin memanfaatkanku.." Tukas Arim, ia berdiri dan perlahan berjalan mundur, menjauhi posisi lelaki didepannya. "Pergi.." Ucap Arim sekali lagi.

StereotypeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant