VII. Hidden

547 53 0
                                    

"Sunghoon.." Merasa namanya terpangil, atensi lelaki yang diketahui bernama Sunghoon itu teralihkan. Dihadapannya kini berdiri Arim dengan senyuman semerkah, ia berlari kecil kearah Sunghoon lalu memeluknya begitu erat, "Aku merindukanmu.."

"Berhenti.." Pinta lelaki itu pelan, tetapi─ sepertinya, Arim tidak mendengar. Lalu, Sunghoon beralih menatap kepala Arim dengan datar, "Ada apa datang kesini?" Tanya Sunghoon, heran, karena dengan tidak biasa gadis itu kini mengunjungi tepat direstoran milik keluarga kecilnya.

"Terima kasih atas semuanya, aku hampir sampai.."Adunya pelan, masih dengan senyuman indah yang jarang ia keluarkan dengan ikhlas.

Arim lebih mengeratkan pelukannya lagi pada Sunghoon, mengingat, jika saja ia tidak sengaja menyadari Sunghoon yang sering membuntuti Heeseung ketika mereka pergi bersama, mungkin Arim belum bisa sejauh ini. Menurutnya, menemukan dan menjadikan Sunghooon berada disisinya menjadi salah satu penghasilan terbesarnya.

Lelaki bermarga Park itu, memberikan dorongan mental yang kuat padanya. Termasuk, kehangatan keluarga yang tidak bisa Arim rasakan sebelum itu.

"Ayahmu.. Bagaimana?" Tanyanya khawatir, karena ia tahu tuan Park kini masih tergeletak lemas diranjang rumah mereka karena kecelakaan dilingkungan kerja beberapa tahun yang lalu. Dan─ seluruh petinggi perusahaan keluarga Lee setuju untuk menutup kasus ini dengan memberikan uang pesangon untuk tuan Park.

Arim menghadap pada lelaki itu, menangkup pipinya dengan lembut, "Kita.. Masih dalam satu kubu yang sama, 'kan?"

Perlahan pandangan Sunghoon terangkat untuk menatap Arim, "Kita?"

Mata mereka bertemu, tetapi─ pandangan yang diberikan satu sama lain, terlihat sangat berbeda, "Bukankah─ kita?"

"Aku akan berhenti.."

Arim mengerutkan dahinya, ia menggenggam lengan Sunghoon cukup erat, "Ada apa?"

Sunghoon melepaskan genggaman Arim, "Pergilah.." Ucapnya seraya melanjutkan aktivitas untuk mengeringkan alat-alat makan yang baru saja dicuci.

"Ah─ Arim kembali?" Sapa nyonya Park, wanita paruh baya itu baru selesai beres dengan sayur-sayuran didapur.

Arim tersenyum ramah, ia memberi hormat dan menghampiri nyonya Park, "Bagaimana kabarmu, nyonya Park?"

"Baik.." Jawab wanita itu sedikit pelan, dan─ Arim tahu, keluarga ini sedang tidak baik-baik saja.

"Kena─"

"Arim." Tiba-tiba Sunghoon memanggil, jelas, gadis itu segera mengalihkan perhatiannya, "Bukankah aku sudah bilang untuk menyuruhmu pergi?"

"Sunghoon.." Tegur nyonya Park pelan.

Belum sempat Arim melanjutkan pertanyaan untuk nyonya Park, lelaki itu segera berjalan cepat menuju kearah mereka dan menyeret Arim agar keluar dari restoran milik keluarganya itu.

"Pergi." Ketus Sunghoon.

Arim menatap Sunghoon tidak percaya, lalu perlahan, pandangannya menurun. Terpaksa, dengan berat hati─ ia melangkahkan kakinya perlahan untuk meninggalkan tempat tersebut.

"Mengapa begitu kasar?" Tanya nyonya Park setelah lelaki itu kembali masuk dan melanjutkan pekerjaanya seperti biasa tidak.

"Kita terpaksa.. Jika saja ayah tidak meminjam uang untuk mempertahankan restoran ini.." Sunghoon menjeda perkataannya, karena, begitu berat untuk menerima fakta yang baru saja ia dapatkan. "Aku tidak akan meninggalkannya sendiri."

"Mengapa? Apa ia juga terlibat dengan keluarga Lee?"

Sunghoon dengan perlahan menatap sang ibu, "Tunggu saja, aku akan mengambil seluruh warisan milik kakek, kelak.." Ucapnya arogan, dan─ sejak saat itu. Sunghoon benar-benar memegang ucapannya, ia bekerja tidak kalah keras dari Arim untuk mendapatkan atensi sang kakek; pemilik rumah sakit keluarga besarnya beserta perusahaan-perusahaan yang juga bekerja dibidang kesehatan.

StereotypeWhere stories live. Discover now