12. Friendships

28 9 2
                                    

Menatap lamat dua manusia di depannya yang masih berpakaian super glamor dan make up kesan garang, Jisung seketika merasa tempat ini berubah jadi lokasi syuting. Kesan artis dan terkenalnya menguar kemana-mana.

Meskipun Jisung tidak kenal mereka siapa di dunia entertainment negara ini, kharismanya tidak membohongi bahwa keduanya pasti seorang artis cukup besar. Ia sekadar tahu beberapa penyanyi solois yang melegenda, yah bertahun-tahun lalu.

Selera musiknya mengikuti sang ayah.

Kedua manusia ini saling menatap tajam sekarang.

Sepertinya mereka sedang bertengkar dengan mata batin.

"Hei! No fighting, no fighting."

Bahkan Chan sampai keluar dari tempatnya berdiri barusan, ke bagian seberang meja. Menengahi mereka. Merangkul keduanya meski ia jadi timpang. Satunya agak lebih tinggi darinya, satu lagi lebih pendek sedikit dari Chan meski sudah menggunakan heels.

"Kalian sudah bekerja keras. Tampilan di panggung awards itu sudah bagus kok. Sangat presisi setiap gerakannya. Kalian kompak dan luwes."

Tadinya Jisung pikir keduanya takkan mendengar ucapan Chan dan terus memaki dengan tatapan. Ternyata tidak.

"Benarkah?" tanya yang perempuan.

Laki-laki itu menimpali dengan hal lain. "Kau ada disini, bagaimana bisa tahu soal performance kami? Huuu menipu." Wajahnya mengejeknya kentara.

Yeji ikut-ikutan mengejek. Bahkan memberikan gestur jempol ke bawah. "Huuuu. Sunbaenim bohong."

Ya... Ternyata mereka juga kompak dalam meledek.

"Kalian ini." Chan merangkul keduanya, lalu mengapit kepala mereka kuat.

"Y-yak! Hei- hei hyung aku bercanda! AMPUN!"

"Ampun sunbaenim. Ampun! Maafkan aku aaak!"

Jisung bagai penonton disini.

Ia biarkan kedua manusia itu dihabisi Chan sampai akhirnya dilepaskan walau harus terengah dulu.

"Jadi, ada apa kalian datang? Aku yakin kalian berdua kemarin sempat menolak."

Baik Yeji maupun Hyunjin berdehem. "Kalau aku sih memang butuh ketenangan. Sunbaenim tahu sendiri sebagai Leader bagaimana, kepalaku isinya penuh sekali." Itu Yeji yang bicara.

Sementara Hyunjin terkekeh ditatap tiga pasang mata dimana ada salah satu pasang mata bundar cantik seperti boneka—walau tidak setajam dan cantik milik Yeji yang seutuhnya perempuan— yang tidak dirinya kenal.

"Aku hanya mau istirahat. Kudengar ada kasurnya. Sepertinya lebih baik daripada pulang mendengar ibu yang rusuh." Hyunjin serius.

Ibunya rusuh kalau ia pula ke rumah keluarganya. Ia mau pulang ke kediaman miliknya sendiri tidak mau. Sepi.

Rusuhnya sang ibu karena katanya ingin melayani anaknya yang harus istirahat setelah bekerja keras sebagai idol papan atas. Masalahnya ia bahkan tidak dibiarkan benar-benar terlelap seutuhnya, pasti ditanya ingin makan apa, besok makan apa, perlu dipesankan layanan spa, dan bla-bla-bla.

Chan pernah ke rumah keluarga Hwang Hyunjin. Hanya Hwang Hyunjin, meski Yeji juga Hwang tapi dalam keturunan berbeda. Bahkan mereka hanya berbagi nama keluarga, tapi bukan seutuhnya keluarga kandung.

Bingung?

Intinya mungkin saja Yeji dan Hyunjin baru ada keterkaitan biologis dari buyut neneknya buyut kakek buyut neneknya kakek buyutnya mereka.

Kembali lagi ke pembahasan.

Di rumah lelaki tinggi yang mengaku tidak suka nasi itu, ia disuguhi banyak hal sampai Chan merasa tidak enak untuk menolak padahal sudah kenyang.

Crying Room [ Han ] Hiatus Sampe Juli/Agustus 2024Where stories live. Discover now