Misstruck 19

176 42 64
                                    

Seorang gadis ditemukan tewas di atas gedung hiburan akibat memutus urat nadinya dalam keadaan mabuk berat.

Berita itu menyebar cepat di sekolah tersebut. Di dalam penjelasan tertulis gadis itu bersekolah di Pelita High School. Tidak diketahui masalahnya, pastinya masalah pribadi yang tidak perlu disebar luaskan. Gadis itu tewas pada malam hari di atas gedung tempat hiburan atau lebih tepatnya rooftop. Semua murid membicarakannya, mereka penasaran dengan masalah yang menimpa Zoya hingga berani melakukan bunuh diri.

Padahal sore itu, Zoya masih bersenang-senang merundung seseorang. Apa mungkin Zoya menutupi masalahnya dengan melakukan perundungan? Bisa jadi hal itu adalah hiburan baginya. Entahlah, mereka tidak mengerti.

Berita itu tidak akan mengalihkan perundungan yang terjadi. Thunder tetap harus merundung gadis yang menjadi targetnya. Akhirnya yang ditunggu pun datang, Via diseret menuju lapangan. Suara sorakan itu meramaikan heningnya pagi.

Mungkin kalian akan bertanya, mengapa masih tetap masuk sekolah? Percuma jika mereka tidak masuk sekolah, hari berikutnya setelah target masuk kembali statusnya tetaplah target. Pindah sekolah? Tidak semudah itu untuk pindah sekolah, apalagi pertengahan semester satu.

Lagi-lagi Aluna diawasi oleh kedua laki-laki. Gadis itu diikuti sejak ia turun dari taxi dan disambut di gerbang sekolah. Seniat itukah Reygan dan Liam mengawasi dirinya untuk tidak membantu target perundungan?

Aluna berjalan melewati kerumunan untuk menuju kelasnya. Kedua laki-laki itu pun mengikutinya. Kini Aluna memiliki dua ekor yang akan ikut kemana pun Aluna pergi. Dasar kurang kerjaan. Aluna melempar tas nya ke atas meja, kemudian menelungkupkan wajahnya untuk tertidur, ia akan memanfaatkan waktunya untuk tidur.

Berbeda dengan kedua laki-laki itu, mereka membuka buku yang akan dipelajari hari ini. Rajin, namun menurut Aluna itu berlebihan. Mesin bisa saja rusak jika terlalu sering digunakan, begitu juga dengan otak yang sewaktu-waktu akan rusak jika selalu dilatih. Latih sewajarnya, pakai semampunya.

Seorang gadis memasuki kelas dengan senyuman yang ceria. Ia duduk di sembarang tempat, tidak peduli siapa pemilik bangku tersebut. Ia memilih duduk di sisi Reygan. Gadis itu menyapa Reygan dengan hangat dan senyum manisnya. Sedangkan Reygan hanya diam tidak memedulikannya, menoleh pun tidak.

"Hai," sapa gadis itu. Liam yang mendengarnya menoleh ke asal suara.

"Masih ingat gue kan Rey?" lagi-lagi Reygan diam tidak menjawab.

"Gue Oline, kita ketemu di pertemuan antar perusahaan waktu itu," jelasnya, Reygan tidak peduli, ia tetap fokus pada buku yang ia baca.

"Lo kaget ya gue disini? Gue udah lama sekolah disini bahkan berada di kelas ini. Mungkin lo gak pernah liat gue ya? Karena gue memilih untuk sekolah di rumah. Gue sibuk ikut perlombaan ballet, makanya gue meminta untuk sekolah di rumah."

"Nama gue ada kok di absen, cek aja kalau gak percaya. Oh iya, kita pernah ketemu kok waktu awal pembagian kelas. Dari situ gue kenal lo, dan sekian lama ternyata kita bertemu di acara itu."

"Sekarang gue udah free, jadi gue bisa kembali ke sekolah dan fokus sekolah. Gue kangen banget sama sekolah ini dan teman-teman. Semua orang kenal gue kok, mungkin lo aja yang gak kenal gue," jelasnya panjang lebar kali tinggi tidak dibagi.

Liam menghela nafas setelah mendengar celotehan Oline yang mengganggu telinganya, "Gak ada yang minta lo cerita," ucap Liam dingin.

Aluna membuka matanya, ia terganggu dengan suara seseorang yang bercerita itu, suara kecil yang nyaring menganggu singa yang sedang tertidur. Aluna menatap tajam gadis yang duduk sebelah Reygan. Siapakah gadis itu? Apakah murid baru? Ah, Aluna tidak peduli. Waktu tidurnya terbuang sia-sia karena suara gadis itu.

"Eh, hai," sapa Oline pada Aluna yang hendak menelungkupkan kepalanya kembali.

Aluna tersenyum tipis membalas sapaannya, dasar gadis so kenal, so akrab, so dekat. Rasanya ia sudah tidak enak untuk tertidur. Lebih baik ia membasuh wajahnya agar tidak mengantuk lagi. Aluna beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi.

Kedua laki-laki itu mengikuti dirinya dari belakang, mereka memang sungguh-sungguh menjadi ekor Aluna yang akan ikut kemanapun ia pergi. Aluna membalikkan tubuhnya menghadap kedua lelaki di belakangnya.

"Gue gak akan bantu dia, gue mau ke kamar mandi," ucap Aluna.

"Gak percaya," balas Liam.

Aluna memutar bola matanya malas, terserah, Aluna lelah memberitahu mereka untuk berhenti mengikutinya. Disisi lain, Oline menatap Aluna tidak suka. Siapakah gadis itu? Lalu mengapa gadis itu bisa dekat dengan Reygan? Bahkan Reygan ikut kemanapun Aluna pergi.

"Liat aja nanti."

▪︎■▪︎

Reygan menarik busur panahnya, diikuti oleh Aluna. Mereka menatap fokus ke depan, kemudian melepaskannya hingga menancap pada target. Aluna berhasil menancapkan panah pada lingkaran bewarna merah. Aluna tersenyum tipis, usahanya untuk berlatih tidak sia-sia. Reygan yang melihatnya pun merasa senang, gadis itu dapat menyesuaikan dengan cepat.

Aluna mengambil anak panah lainnya, ia kembali memanah untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Dengan percaya diri Aluna menarik busur panah, dan melepaskannya. Panah menancap di perbatasan merah dan kuning. Ada kemajuan lagi, meskipun ia belum bisa menancapkan tepat di tengah lingkaran.

"Mau sampai kapan lo latihan?" tanya Reygan seraya berjalan menuju kursi untuk beristirahat.

"Belum mencapai target," balas Aluna.

"Udah mulai gelap, lo gak mau pulang?" tanyanya lagi.

Aluna melihat jam tangannya, menunjukkan pukul lima lebih. Aluna menghela nafasnya kemudian menghentikan aktivitas memanahnya dan duduk di sebelah Reygan untuk beristirahat. Gadis itu sangat gemas dengan permainan panah yang tak kunjung menancap di tengah lingkaran.

"Nanti juga lo bisa," ucap Reygan seraya merapikan barang bawaannya.

"Pulang bareng gue aja, gue tunggu di parkiran," ucap Reygan sebelum melangkahkan kakinya.

Aluna tidak menjawab, ia sibuk merapikan barangnya. Kemudian Aluna menatap tubuh Reygan yang mulai menjauh. Laki-laki yang ia curigai mengajaknya pulang? Apa mungkin ini waktunya untuk Aluna menghabisinya? Namun ia belum ada bukti yang pasti bahwa Reygan adalah ketua Thunder.

Aluna berjalan menuju parkiran, terlihat Reygan telah siap dengan jaket dan helm fullfacenya. Reygan menaiki motornya dan menghampiri Aluna yang sedang berjalan ke arahnya. Reygan menolehkan kepalanya menyuruh Aluna untuk segera naik.

"Langsung pulang?" tanya Reygan sebelum menancapkan gasnya.

"Rumah lo sekitar rumah gue?" tanya Aluna, dengan cepat Reygan menggeleng.

"Mau ke rumah gue?" tanya Reygan, sedangkan Aluna terdiam tidak menjawab.

Laki-laki itu menghela nafasnya, sedikit kesal, namun ia tidak peduli dengan jawaban Aluna. Mau tidak mau, gadis itu harus menerima kemana Reygan akan membawanya. Suruh siapa tidak menjawab.

▪︎■▪︎

Dibuat 7 Februari 2024
Dipublish 11 Maret 2024

Cewek mah gitu, kalau gak jawab terserah ya diem.

Misstruck [END]Where stories live. Discover now