Misstruck 22

160 40 64
                                    

Sebelum orang itu menyerangnya lagi, Reygan lebih dulu menendang orang serba hitam itu. Dan ia kembali menyerangnya. Mereka saling menendang, memukul, hingga beberapa kali Reygan mencoba membuka masker yang menutupi wajah itu, namun selalu gagal. Ia sangat gesit dibanding dirinya.

Reygan menyipitkan matanya, pandangannya fokus pada satu titik, ia yakin kali ini berhasil. Reygan membalikkan tubuh orang itu, kemudian memukulnya pada bagian belakang kepala. Dan berhasil. Orang itu terlihat kesakitan bahkan terjatuh seraya memegangi belakang kepalanya. Ketika Reygan membuka penutup wajah orang itu, ia sangat terkejut, ternyata orang itu adalah Aluna.

Kepala Aluna terasa begitu sakit akibat pukulan yang diberikan Reygan padanya. Itu adalah kelemahan Aluna yang akan membuatnya sulit untuk menyerang lagi.

"Kenapa lo menduga gue adalah ketua Thunder?"

Aluna tidak menjawab, ia merasa kesakitan, "Jawab gue Aluna!"

Aluna menatap Reygan dengan tajam meskipun tubuhnya begitu lemas, "Lo menutupi identitas lo dari anggota lo kan?!"

Reygan tertawa emosi, "Kalau iya, lo akan bunuh gue?" tanya Reygan.

"Lo bubarkan Thunder, setelah itu gue akan akhiri hidup lo," balas Aluna dengan suara semakin lemas.

Lagi-lagi Reygan tertawa, "Untuk apa lo lakuin ini?"

"Gue, gak terima sahabat gue mati! Itu semua karena lo! Lo ada dalam kejadian ketika dia ditabrak. Dan gue yakin, lo ada sangkut pautnya dengan si penabrak."

"Gue lihat lo bertemu pelaku yang nabrak dia. Lo—"

"Maksud lo Andra?" potong Reygan.

"Lo salah sasaran, Aluna!" tegas Reygan.

"Gue teman Andra yang juga mencari tau siapa pemilik mobil itu. Gue juga mencari tau siapa ketua Thunder dan apa penyebab mereka tidak memilih gue sebagai target," jelasnya.

Aluna mengerutkan dahinya, ia dibuat semakin pusing. Semua ini begitu rumit. Jadi ia salah sasaran jika ingin membunuh Reygan? Ternyata Reygan pun sedang mencari tahu tentang ini? Lalu siapa jika bukan Reygan?

"Tapi topeng hitam itu ada di kamar lo," ucap Aluna.

Reygan mengangguk, "Gue emang memiliki topeng itu, tapi gue gak pernah sekalipun memakainya. Dan yang harus lo tau, banyak orang memiliki topeng yang sama."

Aluna tidak percaya, bisa saja Reygan berbohong dengan semua alasan untuk menjebak dirinya. Aluna mengambil sebuah benda dari sakunya, ia berdiri dan menegapkan tubuhnya, kemudian mengulurkan benda tersebut ke arah Reygan. Laki-laki itu terkejut ketika Aluna mengeluarkan benda itu.

"Pelaku akan mengatakan berbagai alasan agar di percaya, tapi sayangnya gue sama sekali gak percaya," ucap Aluna.

Reygan menarik nafasnya dalam-dalam, kemudian memegang lengan Aluna dan mengarahkan pistol itu ke dada sebelah kirinya. Aluna terkejut, apakah laki-laki itu memang ingin mengakhiri hidupnya?

"Silahkan bunuh gue. Gue berkata yang sebenarnya. Kalau lo gak percaya silahkan, gue gak maksa lo buat percaya. Dan lo akan menyesal jika semuanya telah terungkap," tutur Reygan.

Aluna terdiam, ia menjadi ragu untuk membunuh Reygan, "Kenapa diam? Lo mau bunuh gue kan?"

Aluna menatap mata Reygan dengan lekat, mencari letak kebohongan di matanya, namun ia sama sekali tidak melihat kebohongan itu. Yang dikatakan Reygan adalah kenyataan, tidak dilebihkan dan dikurangi. Lalu dirinya sekarang harus bagaimana?

"Ayo, gue udah siap," ucap Reygan.

"Mungkin banyak orang yang senang jika gue mati, gue bukan orang penting yang di harapkan kehadirannya," lanjutnya.

Aluna manarik tangannya dari dada Reygan, namun laki-laki itu menahan tangan Aluna dengan erat. Benarkah ia ingin mengakhiri hidupnya? Mengapa ia ingin dibunuh? Tidak, Aluna mengurungkan niatnya untuk membunuh Reygan.

"Lepasin!" tegas Aluna meminta Reygan untuk melepaskan tangannya.

"Tarik pelatuknya," titah Reygan. Aluna menggeleng, ia berusaha untuk menarik tangannya yang sedari tadi berada di dada bidang laki-laki itu.

"Reygan!"

Aluna menarik nafas dalam, "Gue percaya lo, Rey," ucapnya.

Reygan tersenyum tipis, "Gue gak akan maksa lo buat percaya, Aluna. Kalau mau bunuh gue silahkan. Daripada dendam lo semakin menggebu-gebu."

Aluna menendang kaki Reygan agar terjatuh, namun justru kali ini Aluna ikut terjatuh. Dan tangannya masih berada di dada Reygan. Aluna tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah.

"Rey, gue gak akan bunuh lo," ucap Aluna semakin lemas.

"Lepasin tangan gue," lanjutnya.

Semakin lama, Aluna merasa tidak dapat menahan tubuhnya lagi, pandangannya kabur, kepalanya terasa semakin berat, ia kehilangan banyak tenaga. Perlahan mata Aluna tertutup, tubuhnya terkulai lemas, dan akhirnya Aluna tidak sadarkan diri.

Reygan terkejut, mengapa gadis itu tiba-tiba lemas setelah ia pukul pada bagian belakang kepalanya? Reygan melepaskan tangan Aluna. Kemudian menepuk pelan pipi gadis itu untuk menyadarkannya. Reygan nampak panik, mungkinkah pukulannya begitu kencang?

"Lun? Aluna?" panggil Reygan. Gadis itu tidak merespon, ia benar-benar tidak sadarkan diri.

Reygan memasukan pistol ke saku Aluna, kemudian membopong tubuh Aluna yang lemas dan membawanya ke rumah sakit. Ia khawatir jika gadis itu terluka. Reygan mempercepat langkahnya dan ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

▪︎■▪︎

Mata Aluna terbuka secara perlahan, ia melihat sekeliling ruangan bernuansa putih. Gadis itu memegang kepalanya yang terasa sakit, ia tidak menyadari apa yang terjadi setelah ia terjatuh saat menendang Reygan. Aluna mengedarkan pandangan mencari seseorang. Apa mungkin ia telah mengakhiri hidupnya dan tewas? Lalu siapa yang membawa Aluna ke rumah sakit? Ia akan sangat merasa bersalah jika Reygan telah tewas.

"Udah sadar?" tanya seseorang yang baru saja datang. Rasanya sangat lega ketika Aluna melihat Reygan di hadapannya.

"Maaf," ucap Aluna.

Reygan duduk di bangku samping brankar, ia menatap Aluna dengan lekat, "Gue gak tau Andra siapa lo, tapi tujuan kita sama," ucap Reygan.

Aluna menghela nafasnya, "Andra sahabat terbaik gue sejak kecil, gue pindah sekolah agar kita bersama lagi, tapi Andra justru pergi sebelum kita bertemu," singkat Aluna.

Reygan mengangguk mengerti, mungkin Aluna akan menceritakan lebih rinci suatu saat nanti. Reygan merasakan apa yang Aluna rasakan, yang pasti gadis di hadapannya ini akan membalaskan dendamnya pada orang yang ada sangkut pautnya dengan kematian Andra.

"Kita bekerja sama?" tanya Reygan.

Aluna berpikir sejenak, kemudian ia mengangguk dan tersenyum tipis. Reygan mengulurkan tangannya untuk kesepakatan dan Aluna menerima uluran itu. Ini adalah awal dari penyelidikan mereka berdua.

"Kalau lo mau tau, gue udah lama menyelidiki Thunder. Nanti gue kasih liat hasilnya setelah lo pulih," ucap Reygan.

Aluna terkekeh, ia merasa malu karena salah mencurigai dan menjadikannya target, "Sekali lagi, maaf," ucap Aluna merasa bersalah.

"Gue juga minta maaf karena buat lo masuk rumah sakit," balas Reygan.

Aluna menggeleng, "Lo mengenai titik yang tepat."

"Gue akan melindungi ketepatan itu," balas Reygan.

▪︎■▪︎

Dibuat 7 Februari 2024
Dipublish 12 Maret 2024

Misstruck [END]Where stories live. Discover now