• 04 || asrar

1.4K 187 105
                                    

❝ Tidak ada yang bertahan selamanya. Bahkan malam yang paling gelap pun akan berakhir dan matahari akan terbit. Segala sesuatu terjadi karena suatu alasan, tidak ada yang abadi. Selamat datang di kehidupan. ❞

─ 'Petir Halilintar Aryasatya

─ 𝐒𝐀𝐃𝐑𝐀𝐇 : ᴇsᴄᴀᴘᴇ ᴏʀ ᴅɪᴇ ─
a story by :: kimuurume















Senin, Siang, Kuala Lumpur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senin,
Siang, Kuala Lumpur.

PAGI yang indah, sama seperti biasanya. Lantunan burung merpati saling sahut-menyahut bagaikan sebuah melodi lagu yang indah. Matahari menyapa dunia dengan sinarnya, diiringi dengan angin sejuk yang juga ikut menyapa dunia.

Halilintar berbaring di ladang rumput rumahnya. Walaupun rumahnya berada di perkotaan, keluarga nya memilih untuk tinggal di perdesaan yang berada di Kuala Lumpur. Rumah yang ia tempati bisa dibilang sangat besar. Terdapat sebuah halaman belakang yang amat luas.

Bukan milik mereka sih, hanya saja tak ada yang menempati tanah itu, membuat keluarga besar itu menjadikan halaman belakang tersebut sebagai Base Camp, dan tempat bersantai.

Di ladang yang besar itu, terdapat sebuah pohon besar yang melindungi nya dari cahaya matahari yang begitu terik. Halilintar semakin betah berada disini.

"Petir, Petir!"

Suara itu lagi.

Halilintar menghela nafasnya. Dia pikir dia dapat tidur dengan tenang di ladang rumput ini, menikmati me time nya. Namun seperti nya dunia tak mengizinkan nya. Lihatlah, kembarannya mendatangi nya sekarang.

Mata sapphire milik kembarannya itu tampak berbinar, kaki kecilnya terus melangkah mendekati Halilintar yang sedang berbaring di ladang rumputbitu. Taufan kecil tertawa riang, "Petir, Petir! ngapain disini?"

"Namaku Halilintar..."

Halilintar sudah lelah dengan adiknya yang selalu saja memanggilnya dengan embel embel 'Petir', jelas jelas namanya Halilintar. Petir Halilintar Aryasatya. Ya, walaupun ada Petir nya juga sih─

Intinya, Halilintar tak pernah ingin dipanggil Petir. Cukup Halilintar saja. Semua orang memanggilnya begitu.

Taufan terkekeh, ikut berbaring di samping Halilintar. "Gapapa dong, itu kan nama panggilan dari Ufan. Bagus kan?" Taufan tertawa renyah. Halilintar menghela nafasnya, "Bagus sih... cuma kejauhan. Semua orang manggil aku Halilintar. Kenapa kamu tiba tiba manggil Petir? Kan jadi ga nyambung,"

"Nyambung!" bantah Taufan. Anak itu langsung beranjak dari posisi berbaring nya. "Halilintar itu apa coba?" tanya Taufan. Halilintar mendengus, dia malas menjawab pertanyaan aneh itu, tapi kalau tidak menjawab pertanyaan bocah ini, nanti dia dianggap bodoh.

𝗦𝗔𝗗𝗥𝗔𝗛 : escape or die || BoBoiBoy Fanfic [ 𝗢𝗚 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang