31. LoVe?

27 12 13
                                    

>>>Rasa masih bisa diperjuangan, bukan dipermainkan.

°°°Di kamar tamu lantai bawah, Zura terkapar tak berdaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

°°°
Di kamar tamu lantai bawah, Zura terkapar tak berdaya. Setelah dibawa ke rumah sakit, gadis itu sudah mendapatkan penanganan tentang tangannya yang patah dan obat memar sisa kemarin.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Candra yang langsung dihubungi oleh pak Beni setelah kecelakaan itu.

Selepas sadar dari pingsan, pak Beni mencari nonanya yang tidak ada di tempat. Dia langsung mencari ke sekeliling lokasi sambil menghubungi Candra tentang apa yang terjadi. Setelah sekian lama pak Beni meninggalkan mobil untuk mencari Zura, gadis itu sudah ada di dalam mobil lagi dengan gitar disampingnya. Pak Beni yang khawatir pun langsung membawa mobil yang peyok depannya itu ke rumah sakit hingga Candra datang dan mereka semua pulang--untuk perawatan di rumah.

"Maaf, Tuan Candra. Saya juga tidak tahu, seperti yang sudah saya katakan tadi, Non Zura sudah ada di mobil saat saya kembali," jelas pak Beni dengan wajah yang khawatir. Ada luka memar di dahinya uang sudah dibalut dengan perban oleh dokter.

"Ya sudah, nanti tunggu Zura sadar saja. Sekarang Bapak boleh istirahat, Bapak juga pasti lelah," ujar Candra yang langsung diangguki oleh pak Beni.

"Baik, Pak. Kalo begitu saya izin ke pos dulu."

Sepeninggalan pak Beni, Candra langsung duduk di samping Zura yang tengah berbaring. Hari sudah mulai sore saat mereka sampai di rumah, hingga dokter pun langsung berpamitan.

"Tuan Candra, kalau begitu saya permisi dulu. Obat-obatannya sudah saya siapkan di sini, jangan lupa soal jadwal makannya juga. Penyembuhan tiga jari yang patah itu, kemungkinan memakan waktu 1-2 bulan Tuan. Saya harap Nona Zura bisa bersabar, besok saya akan datang lagi," ujar dokter wanita kenalan Candra.

"Baik, Dok. Terimakasih."

"Mari, saya antar." Candra kemudian mengantar dokter itu sampai ke depan pintu, berbarengan dengan mbok Mina yang tergopoh-gopoh memasuki kawasan rumah.

"Tuan! Tuan! Bagaimana keadaan non Zura?!" risau mbok Mina sambil tergesa.

"Sedang tidur, Mbok. Mbok apa kabar?" tanya Candra yang sudah lama tidak melihat pembantunya itu.

"Baik, Tuan. Boleh saya lihat non Zura?" tanya Mbok Mina ragu-ragu.

"Silahkan, Mbok."

Akhirnya mereka pun pergi ke kamar tamu, melihat Zura yang masih belum sadarkan diri. Tapi dia masih meracau karena efek alkohol yang sudah diketahui oleh dokter dan Candra sendiri.

Mbok Mina menangis tersedu-sedu melihat Zura, dia mengusap rambut gadis itu dengan sayang sebelum akhirnya bangkit dari duduknya. "Tuan Candra belum makan? Kalau begitu saya izin siapkan dulu makan, Ya?"

"Iya, Mbok. Makasih banyak, maaf jadi mengganggu liburannya," tutur Candra yang sudah mengetahui kalau mbok Mina sedang berlibur dengan anaknya.

"Iya, Tuan. Tidak apa-apa, non Zura terpenting buat saya. Kalo gitu saya permisi," pamit mbok Mina lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.

ZURA (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now