37

88 3 0
                                    

Acara Prom Night

Ia memasuki gerbang sekolah dengan dress yang telah dibeli waktu itu. Melangkah dengan anggun menuju lapangan sekolah, tempat panggung diadakan. Semuanya tampak indah dengan balutan dress dan jas yang mereka kenakan.

Langkah kakinya terhenti dikala dua orang yang tengah berdiri dihadapannya. Ia menengadah menatap mereka, wajah sumringah itu cemberut seketika.

"Hai," sapanya.

Ia sendiri menjawab dengan senyuman dan anggukan kepala sedikit.

"Dress mu terlihat indah," pujinya.

"Terima kasih Rasya, dress mu juga indah," balasnya dengan tersenyum lembut.

Loli kini menatap Lastri, wajah gadis itu tampak tak suka. Dilihat dari raut wajahnya yang mengkerut.

"Kalau begitu, aku permisi dulu. Kania sudah menungguku disana," pamitnya kemudian berlalu pergi.

Loli berjalan dengan percaya diri menghampiri Kania yang tengah melambai kearahnya. Ia tak tahu apa yang sedang direncanakan oleh keduanya. Bukan berburuk sangka. Hanya saja, gerak gerik mereka terlalu mencurigakan. Karena akhir-akhir ini, peringatan dari notifikasi itu selalu muncul. Bertuliskan 'seseorang ingin membunuhmu, berhati-hati lah'. Itu selalu muncul. Dan ketika kedua orang itu menghampiri dirinya, notifikasi itu juga muncul dengan tulisan yang sama. Untuk saat ini, lebih baik ia menjauhi keduanya. Jangan sampai dia mati untuk kesekian kalinya.

Kania mulai menghampiri dirinya. "Wow, kamu kelihatan cantik sekali dalam balutan dress itu," pujinya.

Loli membalas dengan senyuman dan berkata, "Kamu juga sangat cantik dalam balutan dress itu."

Mereka berdua tertawa menanggapinya.

Dalam tawa itu, sebuah tangan merambat melalui pinggang Loli, membuat gadis itu terpekik kaget. "Akh."

Ia melepaskan tangan itu dan berbalik dengan cepat untuk melihat siapa pelaku yang telah kurang ajar menyentuh pinggangnya.

"Kau?!" Tunjuk Loli pada orang itu.

"Apa-apaan kamu? Kenapa melakukan hal itu? Sial, jantung ku," keluhnya kesal.

Loli melepas tangan itu kasar.

"Maaf, aku tak tahu kalau itu mengejutkanmu," ucapnya penuh sesal.

Loli mengerutkan alisnya kesal. "Hallo tuan Abhirama! Siapapun itu, mereka pasti akan terkejut ketika mendapat serangan tiba-tiba seperti tadi!"

"Hmm."

Ahh sudahlah, meladeni pria itu sama saja dengan berbicara sama orang gila. Tak sambung.

Kania yang melihat itu hanya diam saja. Entah kenapa, rasanya ia sudah terbiasa melihat adegan itu. Jadi, tak ada keterkejutan sedikitpun yang ia rasakan.

Loli menarik tangan Kania menjauhi Abhirama. Mereka pergi menuju tenda dan duduk di kursi yang telah disiapkan. Ia duduk, mengambil segelas jus jeruk, kemudian meneguknya kasar.

"Hahh." Ia menaruh gelasnya diatas meja dengan kasar pula. Untung gelas itu tak pecah.

"Tenanglah, kenapa kamu kesal?" tanya Kania.

"Kamu lihat kan tadi? Bagaimana aku tidak kesal dengan hal itu? Sial!" rutuknya.

Kania menggelengkan kepalanya kemudian terkekeh pelan. Loli menatap Kania tak terima, kenapa pula gadis itu tertawa?

"Kamu mentertawaiku?" tanyanya kesal.

"Oh? Tidak," ujarnya menggelengkan kepala.

"Hanya saja, kamu terlihat lucu disaat kamu kesal. Walaupun aku sudah terbiasa melihatmu kesal. Tapi, baru kali ini kamu lebih kesal karena Abhirama," sambungnya.

I'm Not Antagonist Character ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang