40

212 5 0
                                    

Hahh, tinggal 5 jam lagi menjelang aku meninggalkan dunia ini. Tapi, disaat-saat seperti ini, kenapa dirinya malah terjebak diantara pertikaian dua lelaki yang sedang berlangsung?

Satu jam yang lalu...

"Trisya, sebelum pemberitahuan kelulusan beberapa jam lagi, ada yang ingin aku katakan padamu," ucapnya menatapku serius.

Abhirama, lelaki ini menatapku dengan tajam. Aku dapat melihat tatapan mata serius itu. Seserius apa memangnya hingga membuat lelaki itu begini padanya?

Aku menghela napas sejenak. "Baiklah, apa it---."

"Trisya!" perkataannya dipotong oleh seseorang. Aku melihat orang itu. Ia berlari dan menghampiri kami berdua.

"Ada apa?" tanyaku.

"Jadilah istriku!"

Aku mengernyitkan dahi tak suka. Kenapa lelaki ini datang-datang langsung mengajaknya menikah? Hahh, aku memijit pangkal hidungku, tenagaku langsung lenyap setelah mendengar pernyataan itu.

Kini aku menatap tepat pada mata hitam itu. "Gabriel." Aku kembali mendesah pelan. "Lelucon apa yang sedang kamu katakan sekarang?" sambungku.

"Itu bukan lelucon," jawabnya dengan yakin.

Aku mengepal tangan kesal. "Itu adalah lelucon yang terdengar oleh telinga ku. Jangan main-main dengan hal yang berbau sakral," ucapku menatapnya tajam.

Tangan seseorang kini menengahi antara dia dan Gabriel. Abhirama, lelaki itu melindungi dirinya.

Dan yah, terjadilah pertikaian antara dua lelaki itu.

Dan inilah penyebab sebenarnya. Dia sudah pening dikarenakan dalam 5 jam lagi ia akan meninggalkan dunia ini. Dan sekarang, peningnya bertambah sua kali lipat oleh kedua lelaki yang akan beradu fisik itu.

Tak tahan lagi, akhirnya aku membuka suara. "Jika kalian ingin berkelahi, maka menjauhlah dariku. Jangan berkelahi didepanku. Dan jika tidak ada yang ingin kalian katakan, CEPAT PERGI DARI SINI!" akhirnya aku berteriak pada mereka. Rasanya sangat lega. Sudah berapa lama dia tak berteriak seperti tadi?

"Wow!"

Dan apa-apaan raut kagum itu? Bukannya pergi, kenapa mereka malah terlihat kagum begitu?

"Apa?!" tanyaku nyolot.

"Rasanya, aku seperti melihat Trisya yang dulu lagi," ucap Gabriel yang diangguki Abhirama.

Aku tak peduli apa yang mereka katakan. Aku segera menjauh dari mereka. Dan sepertinya pengumuman kelulusan sebentar lagi akan ditempelkan. Jadi, lebih baik ia pergi ke mading saja.

Namun, kedua tangannya ditahan oleh dua tangan yang berbeda. Aku melihat itu secara bergantian. Dapat aku lihat Gabriel yang menatapnya dengan cengiran khas miliknya. Abhirama dengan senyum tipis miliknya.

Aku segera menghempas kedua tangan itu. "Jangan pegang-pegang," ucapku datar. Walaupun hati ini berdegup dua kali lebih cepat.

Aku melihat anak-anak yang berkerumunan di mading itu. Sepertinya, pengumuman kelulusan telah ditempelkan. Yah, 3 jam lagi dia akan pergi. Ternyata membutuhkan waktu 3 jam ya menghadapi Gabriel dan Abhirama.

Karena tubuhku yang kecil, aku bisa masuk dengan menyelipkan tubuhku antara tubuh besar yang disana. Hingga ia berakhir didepan kaca mading itu. Ia menelisik nama yang ada di kertas itu satu persatu. Tapi sebenarnya tak perlu satu persatu, karena namanya ada diurutan ke 3 dari 300 siswa. Diposisi satu dan kedua ada Abhirama dan Gabriel. Yah, didalam buku pun Trisya juga tak dapat mengalahkan mereka berdua. Ternyata itu juga berlaku pada dirinya. Tapi, setidaknya lumayan. Berada di posisi ketiga itu adalah hal yang luar biasa.

I'm Not Antagonist Character ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang