CHAPTER 22

24 5 0
                                    

Saat jam istirahat tiba, Zeya langsung beranjak keluar dari kelas seraya membawa paper bag yang diberikan oleh Jaziel tadi. Tempat tujuannya kini adalah kelas paling ujung dimana kelas Revan berada. Belum sempat ia memasuki kelas seorang siswi dengan seragam yang di kecilkan terlihat keluar dari kelas Revan.

"Nyari siapa lo?" tanyanya sambil bersedekap dada.

Zeya melihat name tag yang dikenakan oleh siswi itu. Azara Priscilla. Siswi yang terkenal karena suka cari perhatian ke orang-orang terutama kaum Adam.

"Gue nyari Revan, dia ada di kelas?"

"Dia di perpus."

"Oh, oke."

Tanpa berniat berpamitan kepada Zara, Zeya langsung melenggang pergi membuat Zara berdecih sinis di depan kelasnya. Zeya mengabaikannya karena ia memang tak menyukai sosok Zara yang bisa membuatnya sakit mata. Lagipula Zara dari kelas sepuluh terlihat sangat membenci Zeya, jadi tuk apa juga beramah-tamah dengannya.

Satu nilai plus dari Zara adalah cewek itu selalu berkata jujur.

Setelah berjalan melewati banyak lorong kelas akhirnya Zeya sampai di perpustakaan. Ia mengisi buku tamu lalu langsung bergegas mencari Revan di setiap sudut. Perpustakaan sekolahnya ini sangat luas plus berlantai dua jadi Zeya akan sedikit kesusahan untuk mencarinya.

Zeya kemudian menaiki tangga menuju lantai atas, ia yakin Revan pasti berada disana. Karena mayoritas yang berada di lantai atas itu para murid yang diberikan tugas oleh guru. Tak jarang pula tempat itu menjadi tempat belajar bersama. Yah, untuk anak-anak ambis tentu saja.

Seperti dugaan Zeya, Revan berada di lantai atas dengan beberapa buku berserakan di atas meja. Cowok itu terlihat membaca dan sesekali mencatat pada buku tulisnya. Well, sejak kapan Revan menjadi cowok ambis seperti itu?

"Halo Mas pacar," sapa Zeya seraya menyeret kursi di sebelah Revan.

Revan hanya menoleh sekilas kemudian lanjut membaca bukunya kembali. Zeya pun menaruh atensi kepada buku yang berada di atas meja. Buku Ekonomi dan Matematika. Pantas saja Revan seserius itu dengan bukunya.

Zeya yang melihat judulnya saja tak minat dengan yang namanya Ekonomi. Zeya payah dalam mata pelajaran itu. Lebih baik mengerjakan soal Fisika daripada Ekonomi.

"Gue temenin lo belajar ya," kata Zeya sembari mengambil sesuatu dari dalam paper bag nya.

Sebuah Tiramisu Dessert Box diletakkan Zeya di atas meja, lengkap dengan sebuah sendok plastik. Zeya membuka penutup Box nya lalu mencoba mencicipi rasa dari Tiramisu khas kota kelahiran Jaziel.

"Asli, Van, ini enak. Cobain deh." Zeya menyodorkan sesendok Tiramisu ke arah Revan.

Revan memalingkan wajahnya kesamping lalu menerima suapan dari Zeya. Ia menganggukkan kepalanya pertanda menyetujui ucapan Zeya.

Akhirnya di sisa jam istirahat ini dilakukan Zeya memakan Tiramisu dengan sesekali menyuapkannya pada Revan. Selagi Revan membaca dan mencatat di bukunya, Zeya berceloteh panjang tentang hal-hal random yang membuat Revan tersenyum tipis karenanya.

Entahlah, keduanya tidak sadar jika kali ini mereka terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Bahkan Zeya yang semula sedikit membenci Revan menjadi antusias di samping cowok itu. Dan lagi, entah sejak kapan keduanya menjadi lebih berdamai dari kenangan masa lalu yang sempat mengusik mereka.

Sayangnya, tidak ada yang mengetahui isi hati masing-masing.


✩₊˚.⋆☾⋆⁺₊✧

Something About YouWhere stories live. Discover now