4 - ALIBI KECEMBURUAN

48 8 0
                                    

Cinta itu memang tentang berjuang. Namun jika hanya berjuang sendiri rasanya sakit juga.

.

Ashel

The next episode>>

***

Bugh!

Pria bertato itu terpelanting ke belakang akibat tendangan sang empu.

Cowok dengan headband di kepalanya tidak berhenti sampai di situ. Ia menendang area sensitif pria satunya dengan kencang. Mereka berdua berhasil kabur.

"Lo nggak apa?" Cowok itu mengambil sebotol air mineral yang berada di tasnya kemudian memberikannya pada Ashel. Ashel menerimanya lalu meminum dengan cepat.

"Makasih ya lo."

"Nama gue Atlas, bukan lo"

"Iya. Iya deh."

"Lo kok bisa ada di sini?" tanya Ashel penasaran. Pasalnya mana bisa secepat ini Atlas datang dan mengetahui di mana lokasinya berada?

Atlas mendengus geli. "Gue bisa kali ngelacak lokasi pake nomor telepon. Lo tau nggak? Gue langsung buru-buru Dateng padahal show-nya belum selesai. Mana belum dapet benefit lagi,"

"Oh aja." jawab Ashel singkat membuat Atlas kesal. Cowok itu menyentil jidat Ashel pelan.

Ashel tidak mau kalah. Ia juga memukul pelan kepala Atlas.

"Ngelunjak kali Lo,"

"Dih orang elo yang mulai duluan,"

"Udah dibantuin nggak tau terimakasih,"

"Makasih. Udah kelar kan? Yaudah gue mau pulang."

Ashel pergi dari sana. Meninggalkan Atlas dengan segala keheningan yang terjadi.

***

"Hahaha. Kamu lucu banget sih Del," Roa tak henti-hentinya tertawa saat Delion membicarakan hal lucu bersamanya. Delion sepertinya sudah ada kemajuan. Ia sudah mulai mengajak Roa berbicara, berkenalan, dan lain-lain sampai ia melupakan satu hal : Ashel.

Gadis itu dari tadi tidak terlihat. Ada panggilan tak terjawab darinya. Namun Delion yakin, Ashel baik-baik saja.

Mereka berdua bercanda ria bagaikan sepasang kekasih yang sedang memadu kasih di bawah pohon mangga. Sembari memakan eskrim rasa vanila dan stroberi.

Namun yang Delion tidak ketahui, dari kejauhan Ashel memandang mereka dengan tatapan sendu.

"Gue harus gimana Del?" Rasanya ada kobaran api di dalam hatinya. Ashel tak rela!

Namun melihat senyum Delion yang tak pudar membuatnya berpikir jauh lebih dalam.

"Gue nggak boleh egois,"

***

"Hah?! Orang bertato?" tanya Levi–teman sebangku Ashel setengah berteriak. Kini mereka berdua sedang berada di pojok kelas. Mengobrol beberapa hal.

"Iya,"

"Kok bisa Shel?" Levi sekarang tampak seperti orang kepo yang haus akan informasi.

Ya pada dasarnya memang begitu. Setiap kali ada berita terbaru pasti Levi-lah yang selalu paling update. Jikalau pun terasa belum cukup mendapatkan informasi, Levi tak akan puas. Walaupun begitu, Levi ini orangnya baik kok.

"Jangan keras-keras, napa." Ashel menyuapi keripik singkong ke mulut Levi. Levi ini volumenya memang nggak bisa dikecilin.

"Ya gue kan kepo Shel,"

"Jadi gini."

"Oh gitu."

"Gue belum cerita geblek!" Ashel memukul kepala Levi. Berbicara dengannya membuat emosi memang.

"Gue habis belanja dari mall sama Roa. Pas gue sampe di parkiran gue dipukul dari belakang sama orang misterius. Habis itu gue nggak inget apa-apa sampe gue terbangun di gudang dan diselamatin sama Atlas,"

"Yaampun. Parah, parah."

"Eh Shel coba lihat sana deh," Levi menunjuk pada Delion yang sedang menyerahkan air mineral kepada Roa. Keringat mengucur deras di pelipisnya.

"Terlalu baik," gumam Ashel.

"Halah bilang aja Lo cemburu,"

"Ih nggak–"

"WOI CEPAT KE WARUNG SEKARANG! ATLAS SAMA QIAR OPEN WAR!"

***

504 word.

Short chapter, sorry.

Jangan lupa klik bintang!

Tq.

DELSHEL : AISHITERUWhere stories live. Discover now