4. [Bunga tidur]

452 41 113
                                    

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...

Happy reading🦋



"Yang menyakitkan itu bukan mimpinya. Tapi eskpetasinya. Sudah tahu mimpi itu bunga tidur. Lo malah menaruh harapan lebih didalamnya."

-Gempa Denanda-







⎯ Halilintar Argantara⎯

Kota Bandung

Pagi itu pukul 06:30 WIB di meja makan Gempa masih termenung melamun terlihat wajah nya sedih dan kepikiran mimpi buruknya semalam dan tangan kanan nya hanya mengaduk aduk makanan di piringnya saja tanpa menyantapnya.

"Den Gem, gapapa?"

Gempa tersentak kaget saat Pak Arif menyentuh bahunya. Ia sedang melamun sejak kemarin malam.

"Eh, enggak Pak. Saya gapapa." Gempa tersenyum tipis, mencoba menyakinkan supir pribadinya jika dirinya baik-baik saja.

"Ohh kirain kenapa, kamu jangan ngelamun mulu den Gem. Saya khawatir, den pasti mikirin perkataan den Hali 'kan?" tanya Pak Arif hati-hati.

"Udah lah, den. Nggak usah dipikirin. Nanti kalau den sakit gimana? ntar siapa yang ngurus den Gem?"

"Pak Arif 'kan ada," ucap Gempa kelewat enteng.

Pak Arif menggeleng.

"Tugas saya kan cuma mengantar-jemput den saja," pungkas Pak Arif.

"Yaudah kalau begitu. Mulai sekarang Pak Arif jadi asisten pribadi saya. Gimana pak? Pak Arif mau 'kan jadi asisten saya?" tawar Gempa.

Sebuah senyuman terukir di wajah tampannya. "Maaf, Den Gempa. Saya⎯"

"Nggak apa-apa, Pak. Saya memahaminya," sela Gempa tersenyum, "Bapak belum punya pengalaman kan?"

Pak Arif menggeleng. "Belum den, bapak kan ga pernah jadi asisten."

"Oh...." Gempa manggut-manggut sambil berdeham asal. Dia membawa dan meletakkan piring kotor itu ke wastafel cuci piring. Lalu kembali duduk bersama Pak Arif.

"Den, boleh bapak tanya satu hal sama kamu?" tanya Pak Arif memulai percakapan.

Gempa mengangguk. "Tanya aja, Pak."

"Maaf den, kalau saya lancang. Den 'kan pernah bilang, kalau den lagi suka sama seseorang. Apa orang yang den maksud itu non Adeline?"

"Gempa!"

Belum sempat Gempa menjawab, seseorang dari belakang ada yang memanggilnya.

Gempa berbalik dan tersenyum melihat orang yang memanggilnya itu.

"Ada apa, kak? Tumben lo nyariin gue?"

"Kenapa lo geer banget?" ujar Halilintar.

Gempa mengembungkan pipinya, "Aelah bang, tinggal iyain aja napa sih!"

HALILINTAR ARGANTARA 2 (On Going🔥)Where stories live. Discover now