2. Alora is a Shy Elf

32 6 2
                                    

"Vey, kau sedang melihat apa?" Avery baru saja bangun dari tidurnya dan mendapati Veyanna yang duduk tenang di tempatnya sembari memandang ke arah danau.

"Hanya menonton mereka bermain," jawab Veyanna tanpa menatap Avery.

"Angsa?"

"Dan mereka bertiga," sambung Veyanna.

"Bertiga?" gumam Avery. "Lizy, Lucy dan Fuly, mereka ada di sini?"

"Iya, sejak tadi pagi, bahkan sinar matahari belum terpancar sempurna."

"Kau sudah bangun sejak tadi? Mengapa tidak membangunkanku. Vey, aku akan pergi untuk mengerjakan rumahku, kau ikut tidak?"

Veyanna yang sejak tadi menjawab Avery tanpa menatap akhirnya pertanyaan Avery yang ini membuatnya menoleh.

"Aku akan menyusul nanti," jawabnya dengan tersenyum ramah.

"Oh, baik, sampai jumpa." Avery segera turun dari pohon.

"Vey," panggilnya dari bawah.

Veyanna menunduk untuk melihat Avery. "Ada apa?"

"Sampai jumpa di sana." Avery melambaikan tangan.

Veyanna tersenyum dan melambaikan tangan. "Hati-hati."

Kemudian Avery segera pergi dari tempat itu, sedangkan Veyanna masih melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu.

"Ini karena kamu, Avery, aku jadi penasaran mengapa di sana tidak ada angsa," gumam Veyanna.

Dia masih setia memandang para peri kecil yang sangat menikmati waktu bermain mereka, terasa seperti menonton pertunjukan.

Mereka bertiga bergantian naik di atas punggung sepasang angsa yang sedang berenang di danau. Mereka juga sesekali menggunakan sihir alami untuk memancing ikan agar mendekat bahkan melompat dari air dan angsa-angsa itu dengan mudah mendapat makanannya.

Peri kecil selalu tahu bagaimana cara membuat hewan liar menjadi jinak. Mereka tercipta untuk membawa keharmonisan dan kelestarian bumi. Sihir mereka adalah sebuah anugerah, membuat mereka merasa mudah dalam melaksanakan tugas mereka. Seiring berjalannya waktu, sihir mereka bahkan bisa berkembang lebih baik tanpa mereka sadari, itulah sisi negatif mereka. Tidak suka berpikir, tidak suka dipaksa atau dilarang, tidak terlalu suka diatur, sering kali mereka ceroboh. Mereka hanya ingin bermain dan bahagia sembari berharap segala yang di sekitarnya juga ikut bahagia.

"Mereka mudah sekali berbaur dengan hewan liar, bahkan hewan-hewan buas bisa menjadi penurut," katanya bermonolog.

Entah berapa lama Veyanna sibuk dengan pikirannya sendiri sampai dia hampir lupa dengan sesuatu.

"Hah! Avery." Veyanna segera turun dari pohon.

Dia tidak langsung menyusul Avery melainkan kembali ke istana untuk berganti pakaian yang lebih sederhana dari yang dia gunakan kemarin.

~>🦋<~

"Avery." Veyanna menepuk pundak Avery berniat untuk mengejutkannya.

Avery tersentak pelan, kemudian berbalik badan.

"Veyanna." Avery mendengus.

Veyanna terkekeh. "Maafkan aku."

"Aku kira kau tidak jadi datang,"

"Kau menungguku?" Veyanna mengangkat kedua alisnya.

"Tidak."

Veyanna tampak lesu mendengar jawaban singkat Avery.

The Greenmistyque Kingdom and it's Hidden StoryWhere stories live. Discover now