Bagian 28

2.4K 289 13
                                    

Cuma mau bilang, siapin pelampung takutnya kita tenggelam wkwkwk.

.

Tangis Gracia pecah mendengar ucapan Keenan. Ia langsung terduduk merasakan seluruh tubuhnya lemas tak berdaya. Bukan ini yang ingin dia dengar. Berita ini bahkan lebih buruk dari saat Shani jatuh sakit berminggu-minggu. Gracia telah kehilangan separuh jiwanya, buah hatinya yang baru menginjak tiga bulan.

Calon anak yang setiap malam diberikan dongeng sebelum tidur. Diberikan kecupan hangat walaupun terhalang perut ibunya. Diberikan nutrisi cukup dari buah dan sayuran yang setiap hari ia beli. Bahkan sampai rela menghabiskan uang jajan demi memenuhi keinginan ibu dan calon anaknya.

Dan sekarang apa? Mimpi memiliki anak lucu yang mirip dengan dirinya itu pupus begitu saja. Gracia tidak ingin menyalahkan siapapun termasuk Shani. Tetapi entah kenapa ada rasa tidak rela saat tahu jika calon anaknya telah tiada.

Setiap hari dia mengurus Shani. Memberikan perhatian dan larangan-larangan tentang apa saja yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Ada sedikit rasa kecewa karena setiap larangan itu tak diindahkan oleh Shani padahal itu semua demi kebaikannya.

Hari ini bukan hanya duka yang ia rasakan, rasa sakit hati karena semua orang seperti tidak mendengarkan kata-katanya juga ikut bercampur menjadi satu. Sakit hati karena selama ini Shani menomorsatukan pekerjaannya dan tidak beristirahat sama sekali. Sakit hati karena Desy tidak menjaga Shani dengan baik sesuai arahannya. Dan sakit hati karena dokter yang menangani Shani tidak berusaha semaksimal mungkin untuk menyelematkan kandungan Shani.

"Ikhlasin, Ge. Mau kamu menangis darah pun janinnya nggak bakal balik." Ujar Boby yang semakin memperkeruh suasana.

Tidak lama kemudian di tengah duka yang menyelimuti keluarga bahagia itu, dokter yang menangani Shani keluar dari ruangan hingga mereka semua langsung mengerumuninya.

"Dok, gimana keadaan anak saya?" Tanya Keenan.

"Pasien sudah baik-baik saja tinggal perbanyak istirahat dan bed rest." Jawab sang dokter.

"Kalo boleh tau, apa yang menyebabkan dia keguguran, dok?" Tanya Boby.

"Baik, saya jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi lemahnya kandungan pasien. Pertama, pasien terlalu kelelahan hingga baik tubuh maupun janinnya melemah. Kedua, pasien terlalu banyak memikirkan sesuatu atau bisa kita bilang stres berlebihan. Ketiga, masalah lingkungan. Mungkin akhir-akhir ini pasien berada pada lingkungan yang kotor, misal di tempat yang banyak asap rokok atau yang memiliki zat-zat berbahaya.

Tapi yang pertama dan kedua sebenarnya tidak langsung menyebabkan keguguran, namun kedua hal itu juga mendukung janin harus gugur. Tapi faktor utama yang membuat janin kami keluarkan adalah karna janin mengalami keracunan. Sepertinya saat berada di kantor atau di sebuah tempat, pasien menghirup sesuatu zat yang berbahaya."

Semua orang tentu terkejut mendengar penuturan sang dokter.

"K-kami emang lagi ada di pabrik obat buat liat progres proyek kita yang mau selesai." Lirih Desy membuat semua orang menatapnya termasuk Gracia.

"Mungkin dari aroma obat atau bisa jadi serpihan dari zat kimia yang ada pada obat itu masuk ke dalam tubuh pasien sehingga membuat janinnya keracunan." Jelas sang dokter.

"Ya tuhan!" Kaget mereka semua.

"Cici kenapa nggak bilang?! Kalo tau gitu aku ngelarang ci Shani buat pergi!! Kenapa sih orang-orang nggak pernah mau dengerin kata-kata aku! Aku udah bilang ke ci Des biar larang ci Shani kalo misal terlalu capek di tempat kerja! Aku juga udah bilang selalu laporin ke aku dimana pun ci Shani berada! Tapi kenapa ci Des nggak bilang kalo ci Shani perginya ke pabrik?! Ci Shani juga nggak bilang kalo ternyata terjun lapangannya di pabrik!" Gracia meluapkan amarahnya. Tidak ada yang berani membantah apalagi Desy yang kini menunduk dan menangis. Ia merasa bersalah.

Tetangga Masa Gitu? (COMPLETED)Where stories live. Discover now