Chapter 24

264 12 6
                                    

Sejak memutuskan pergi dari rumah, Sonia dan mamanya menyewa sebuah apartemen yang tak jauh dari pusat kota. Bagi Wanda, ia masih begitu berat dengan semua kenyataan yang terjadi, keluarga yang berusaha ia pertahankan selama ini harus tercerai-berai, terutama Aziza.

Di depan jendela kaca yang basah akan hujan beberapa saat lalu, Wanda mengingat-ingat ulang kejadian dua puluh tiga tahun yang lalu, saat Aziza lahir, juga bagaimana perjuangan dia selama ini dalam membesarkan Aziza dan membuang semua egonya.

Gadis itu bukan anak kandungnya, tapi ia tahu betapa berat penderitaan yang akan dia jalani setelah lahir di dunia, dan itulah alasan Wanda menyayanginya, karena ia pun tahu betapa sakitnya hidup bersama Bayu. Laki-laki kejam itu memang harus membayar semua.

Setetes airmata mengalir, Wanda menyesal tidak bisa menjadi ibu sambung yang baik, bahkan sering kali menempatkan Aziza dalam kesedihan.

"Bisnis Papa semua sudah bangkrut, rumah kita bahkan sudah di sita bank. Haaah, apa selanjutnya dia akan meminta kita kembali dan bersujud meminta maaf?" Gumam Sonia kesal sambil melihat layar iPhone yang menampilkan berita kebangkrutan papanya.

Wanda mengusap airmata dan menoleh kearah Sonia.

"Bagaimana dengan Aziza? Apa kamu tidak ingin mendengar kabarnya?" Tanya Wanda.

Sonia tertegun sesaat, ia ingat bagaimana semua cacian dan tamparan itu ia lemparkan pada Aziza hanya demi seorang lelaki. Jika ingat semua itu Sonia merasa antara benci dan menyesal.

"Kenapa mama sangat peduli dengan Aziza. Dia bahkan hanya anak seorang pembantu yang dibesarkan oleh majikannya?"

Wanda lekas mendekat dan duduk di samping Sonia.

"Aziza itu adik kamu, dia bukan orang lain dalam keluarga kita. Dia lahir dari benih yang papamu tanamkan pada seorang pembantu. Meski lahir dari rahim yang berbeda, tapi ia tetap saudaramu. Adik tiri kamu."

Apa? Jantung Sonia terasa melompat mendengarnya. Selama ini yang ditanamkan cerita Bayu adalah Aziza anak pungut, dan secara diam-diam dibesarkan mereka, Bayu tak pernah mengatakan itu anak kandungnya juga.

"Apakah yang mama katakan itu benar? Lalu kenapa papa tidak jujur? Bahkan dia menolak mengakui Aziza anaknya? Dan jika pun papa menutupi semua, tapi kenapa Aziza diizinkan tinggal dan besar di rumah kita? Ini tidak masuk akal." Sergah Sonia, masih tidak percaya jika selama ini Bayu berbohong.

Wanda terdiam sejenak meremas kedua tangannya yang tertumpu di atas lutut.

"Karena dia tidak mau bisnisnya hancur."

Mendengar itu tubuh Sonia gemetar, ia tidak pernah membayangkan jika Aziza sungguh adiknya, dulu ia menutupi identitas Aziza demi kebaikan Aziza sendiri juga karena permintaan Bayu, tapi kini ia tahu semua rahasia itu.

Rasa bersalah mulai menyusup menyesakkan dadanya.

"Meski bukan satu ibu, tapi dia tetap adik kamu, Sonia. Dia tetap anak papa kamu, dan mama sangat berharap kamu bisa membuang semua kebencian itu. Selama ini Aziza sudah hidup sulit, mama tidak ingin kita menjadikan hidupnya semakin sulit." Pinta Wanda dengan wajah serius.

Sonia terdiam, pikiran dan hatinya saling berbenturan.

***

"Azizaaaa!" Teriak Tara yang berlari menyambut kedatangan Aziza. Baru saja Aziza turun dari mobil, tapi Tara lekas menghambur memeluk sahabatnya itu.

"Kamu dari mana saja? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Tara sambil melihat Aziza dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Iya, aku baik-baik saja."

Our Wedding Days (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora