Chapter 25, Bertemu Ibu

294 14 0
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, bagi Aziza semua masih terasa gelap dan sesak. Ia belum menemukan siapa dan dimana ibu kandungnya, juga tidak ada kabar apa pun dari mama Wanda atau pun Sonia, apalagi di media sosial mulai banyak berita tentang kebangkrutan Bayu. Semua berita yang Aziza terima semakin membuat hatinya kacau. Ia tidak menyangka rumah dan keluarga yang selama ini ia tinggali hancur total.

Semua masih seperti mimpi. Ia mungkin sangat membenci papanya, tapi ia tak pernah menginginkan kehancuran seperti ini. Setetes airmata kembali mengalir, namun ia lekas mengusap wajahnya dan berusaha kuat lagi dan lagi.

Sebuah pesan masuk dari Arhan di  handphone-nya. Aziza  mengambil dan membacanya

Jika hari ini ada waktu, aku ingin bertemu denganmu di alun-alun kota sore ini. Bisakah?

Aziza diam berfikir, sebelum akhirnya membalas pesan tersebut.

Baik, Pak
Send

Arhan ada dalam setiap kesulitannya, dia selalu membantunya, tapi entah kenapa kini begitu berat untuk membuka hati kembali. Aziza sadar betul bahwa semua permasalahan hidupnya adalah karena kedatangan Arhan.

"Ya Allah, apakah kehadirannya dalam hidupku adalah kebaikan atau justru sebaliknya. Aku hanya merasa takut membuka hati lagi. Aku takut mencintainya justru membuatku kehilangan segalanya." Tangis Aziza sambil meraba dadanya yang kembali terasa sesak.

***

Di sisi yang lain, meski rumah mewah itu sudah disita bank, namun Bayu tetap memutuskan untuk tinggal di sana seorang diri sampai batas waktu yang diberikan bank habis. Ia sudah tidak punya apa-apa, bahkan mungkin seorang gelandangan yang numpang tidur. Uang dan kehidupan mewah yang selama ini ia banggakan sudah hancur, kini ia tidak punya apa-apa lagi, tidak hanya bisnis dan rumah yang hilang, tapi keluarga pun juga hilang.

Kini Bayu hanya bisa termenung duduk di lantai sambil meratapi hidupnya. Tidak ada lagi orang yang peduli apalagi mau bersamanya di saat terpuruk semacam ini. Di saat sempit dan hancur semacam itu ia ingat pada Dewi, atau ibu kandung Aziza yang pernah nyaris ingin ia bunuh karena telah melahirkan Aziza.

"Aziza.." suara lirih Bayu, dan setitik penyesalan merayap di hatinya.

***

Sore itu, langit nampak mendung namun belum menurunkan setitik pun hujan. Aziza duduk di kursi kayu yang terletak di bawah pohon besar. Alun-alun kota nampak lebih sepi, hanya ada segelintir orang yang sedang duduk ngobrol maupun beberapa anak-anak yang sedang bermain di playground.

Melihat tiga anak yang sedang bermain itu membuat Aziza ingat masa lalunya. Dulu ia juga seorang anak kecil polos yang hanya tahu bermain tanpa tahu bagaiaman dunia menempanya di masa depan. Senyum polos dan bahagia tanpa beban dari anak-anak itu membuat Aziza merasa sedikit terhibur.

Arhan datang diam-diam saat Aziza memandang anak-anak itu. Ia tak ingin mengganggu konsentrasi gadis itu menikmati kebahagiaan kecilnya, sehingga Arhan hanya berdiri di belakangnya.

"Apa kamu ingin bermain di sana?" Suara Arhan berbisik di telinga Aziza, membuat Aziza terkejut dan lekas menggeser menjauh.

"Maafkan aku, membuatmu terkejut." Kata Arhan sambil memgambil posisi duduk.

Satu helaan napas, Arhan mencoba untuk fokus dan menenangkan pikirannya sebelum bicara. Ia melihat wajah Aziza, sorot mata gadis itu masih sama seperti kemarin, hampa.

"Kamu sudah makan?" Tanya Arhan, pertanyaan yang selalu ia ajukan tiap bertemu Aziza, karena gadis itu memang terlihat kurus daripada saat pertama kali bertemu dulu.

Aziza mengangguk.

"Baguslah, aku selalu khawatir kalau kamu melewatkan waktu makan." Gumam Arhan mencoba memecah susana canggung di sekitar mereka.

Our Wedding Days (SELESAI)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora