Episode 37

49 41 67
                                    

Episode 37

Jleb…

Tetesan darah mengalir menetes membasahi bumi, wajah pucat menghiasi paras cantik sang Permaisuri.

Syok dan tercengang melihat sang Istri tiba-tiba berpindah di depannya hingga terkena tusukan senjata tongkat dari wanita berbaju merah.

Wanita berbaju merah itu juga tidak kalah terkejut melihat Arsy terkena tusukan tongkat miliknya, tidak ingin terkena amukan sang Pangeran Mahkota, wanita itu segera kabur.

Arsy memuntahkan darah dari mulut sebelum tubuhnya tersungkur di pelukan sang Suami.

"Kamu sengaja mengorbankan nyawa demi melindungi wanita itu atau memang tulus?"

Tidak ada jawaban atas pertanyaan Zain, namun pria itu tetap mengangkat tubuh mungil tersebut meski keraguan menyerang relung hatinya.

Tidak ada yang berani bertanya namun mereka tahu bahwa sang Pangeran khawatir dan ragu, Mahesa berjalan mengikuti majikannya.

Zain menaruh Arsy di atas tempat tidur, setelah itu menyalurkan tenaga dalam pada sang Istri.

Seorang pangeran Mahkota Kerajaan Bintang Tenggara berambut emas panjang berdiri tegap di samping tempat tidur Permaisuri cantik. Cahaya tenaga internal memancar dari telapak tangannya, mengalir ke tubuh Permaisuri yang terbaring lemah. Wajahnya penuh perhatian dan kelembutan saat dia mentransfer energi ke Permaisuri, memulihkan kekuatannya.

Permaisuri mengenakan gaun sutra merah yang kontras dengan kulitnya yang pucat. Matanya terpejam, tetapi bibirnya membentuk senyum lembut. Rambut hitamnya terurai di sekelilingnya, menciptakan lingkaran gelap di atas bantal sutra. Dia adalah lambang kecantikan dan keanggunan, meskipun saat ini dia tampak rapuh dan lemah.

Pangeran Zein Zulkarnain menutup matanya, fokus pada aliran energi yang dia berikan. Dia merasakan getaran lembut dari Permaisuri, tanda bahwa tenaganya mulai memperbaiki luka dan kelelahannya. Dia berjanji untuk melindunginya, bahkan jika itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.

Di sekitar mereka, ruangan istana dipenuhi dengan bau bunga dan lilin harum. Tirai sutra merah melambai lembut, menambah nuansa misterius dan romantis. Di sudut ruangan, seorang penjaga setia berdiri dengan pedangnya, siap melindungi kedua penguasa ini.

Mahesa diam memperhatikan sang Pangeran, namun tidak berselang lama wajah rupawan itu berubah pucat.

Mahesa curiga kalau Zain menggunakan ilmu pertukaran jiwa pada Arsy hingga gadis itu akan baik-baik saja.

"Yang Mulia, apa yang Anda lakukan ?!"

Mahesa berusaha menghentikan Zain, tapi pria berambut panjang itu tetap menyelesaikan pertukaran jiwa dengan sang Istri.

Tak lama kemudian Arsy mulai membuka matanya, pemandangan pertama yang dilihat adalah sosok sang Suami, pria itu terlihat mentransfer energi pada dirinya.

"Yang-Yang Mulia, apa yang Anda lakukan?" tanyanya lemah.

Zain menyudahi mentransfer energi pada sang Istri, iris safir itu menatap sang Istri penuh selidik.

"Kau sudah baik-baik saja, jangan melakukan hal konyol lagi."

"Yang Mulia, apakah Anda marah?" tanya Arsy takut.

Zain membalikkan tubuh enggan memandang sang Istri, pupil mata pria itu berubah warna menjadi emas senada dengan warna rambut, pupil mata emas itu artinya dia telah membagi jiwa pada seseorang.

"Mulai sekarang, jangan melakukan hal yang berbahaya tanpa izin dariku."

Arsy mengangguk meski ia tidak mengerti kenapa pria itu tiba-tiba berbicara seperti itu.

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang