Episode 43

67 43 78
                                    

Episode 43

Satu persatu anak tangga telah dilewati, dengan rasa kesal serta kecewa ia terus berjalan mengekor tanpa berani lagi membuka suara.

Terlalu terhanyut dalam perasaan kesal, Arsy tidak menyadari ketika sang Suami telah berhenti di depan pintu hingga ia menabrak punggung tegap Suaminya.

“Aduh!”

Zain menoleh kebelakang dengan tatapan jengah, Arsy menundukkan kepala sambil curi-curi pandang, pipinya menggembung.

“Masuklah.”

Arsy mengangkat kepala mendengar perintah dari sang Suami, menatap pria lebih tinggi di depannya itu dengan penuh tanda tanya.

“Ada yang ingin ku bicarakan dengan Mahesa.”

Zein kembali membuka suara setelah diam beberapa detik.

Arsy mengangguk, setelah itu ia melangkah kaki memasuki kamar inap tersebut.

Permaisuri cantik itu tidak langsung berjalan ke tempat tidur melainkan masih berdiri di depan pintu, ada perasaan tidak rela membiarkan pria itu pergi.

“Yang Mulia…”

Zain menunggu Arsy melanjutkan ucapannya, ia tahu kalau istrinya gusar bukan hanya karena dirinya melainkan menyembunyikan sesuatu.

Arsy tidak tahu apakah harus dikatakan atau tidak, perasaan ragu dan takut kalau ternyata dirinya memang adalah keturunan Iblis.

“Arsy, kau harus ingat satu hal! Kau adalah Istri dari Pangeran Mahkota, kau akan menjadi Ratu kerajaan Bintang Tenggara. Kau adalah manusia sejati, jangan terlalu banyak berpikir. Aku tidak akan memaksamu bicara.”

Arsy terdiam haru mendengar ucapan Zain, disaat dirinya ragu kalau pria itu akan bersikap buruk padanya ketika dirinya jujur.

Greb…

Arsy menubruk tubuh sang Suami, mendekap erat menumpahkan segala kegelisahan dalam dada.

Zain diam membiarkan Arsy menenangkan diri, sudah menjadi rahasia umum sikap agresif Arsy yang suka memeluknya.

“Menangislah jika itu membuatmu merasa lebih baik.”

Arsy menggeleng, setelah lebih tenang ia pun melepaskan tubuh sang Suami, mundur beberapa langkah dan menatap dengan raut wajah penuh kebahagiaan serta senyum manis.

Zein memutar tubuhnya lalu pergi meninggalkan Arsy, di lantai satu Mahesa sudah duduk di meja dengan beberapa cangkir teh di depannya, ia segera bangkit dari tempat duduk setelah melihat Zein lalu memberi hormat dan mempersilahkan Zein duduk.

“Yang Mulia, kabar terbaru dari kerajaan Hundan.”

Mahesa memberikan sebuah gulungan, Zein mengambil gulungan tersebut lalu membukanya.

“Hundan semakin kejam, mereka memperkosa tahanan wanita kerajaan Bulan.”

Zein memberikan tanggapan pada gulungan dari Mahesa.

Mahesa kembali duduk di tempatnya memikirkan betapa jahat tentara Hundan pada rakyat Bulan.

“Tapi banyak manusia yang membenarkan tindakan Hundan.”

“Itu karena hati dan pikiran mereka sama kotor dengan Hundan…” Zein mengambil cangkir kosong, dengan cepat Mahesa menuangkan teh ke dalam cangkir tersebut.

“Peperangan haruslah lawan yang sepadan, Tentara haruslah berperang dengan Tentara bukan dengan rakyat kecil. Bukan pula dengan memperkosa tahanan wanita, atau membunuh anak-anak, itu adalah kejahatan dalam perang.”

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Where stories live. Discover now