Episode 69

4 1 0
                                    

Sang permaisuri duduk di teras perguruan silat Rajawali, tatapannya kosong ke kejauhan. Angin senja membelai rambutnya yang terurai. Di dadanya, kerinduan menggelora, menanti sang suami yang berperang di medan luar.

Belum sampai seminggu Suaminya pergi, rasa rindu sudah tidak tertahankan. Berulang kali sang Permaisuri menarik nafas berat, ia berharap pria itu segera kembali dalam keadaan baik-baik saja.

Avei melihat Arsy dari kejauhan, Shi Ying melarang Avei untuk melatih Arsy seperti murid yang lainnya karena gadis itu disini bukan untuk menjadi seorang Pendekar melainkan hanya dititipkan dengan alasan berlatih ilmu beladiri.

Pria jelmaan rubah spiritual itu merubah dirinya menjadi seekor rubah mungil,  berjalan mendekati Arsy dan melompat ke pangkuan wanita itu.

Arsy terkejut melihat seekor rubah cantik bersurai jingga putih di atas pangkuannya, bibir mungil itu tersenyum manis dan tangan itu membelai lembut surai sang rubah.

"Rubah darimana ini? Cantik sekali."

Avei sang rubah menggesekkan kepala di jemari lentik Arsy, seakan mengatakan agar gadis itu tidak bersedih.

"Aku bukan sedih, aku hanya khawatir kalau Suamiku tidak kembali. Bagaimana pun juga medan perang sangat bahaya," kata Arsy sambil terus membelai surai jingga rubah.

Rubah itu kesal, ia pun melompat turun dan berdiri menatap Arsy jengkel.

Arsy bingung dengan ekspresi sang rubah، ia belum menyadari kalau rubah itu adalah Avei.

Avei kembali merubah wujudnya menjadi pria berambut merah panjang dengan baju hitam.

Arsy sangat terkejut, sontak ia bangkit dari tempat duduknya dan mundur beberapa langkah.

"Guru!"

"Kau duduk melamun di sini buat apa?! Kamu pikir Zein akan bahagia melihat mu malas berlatih, malas mandi dan malas melakukan apapun?!" kata Avei dengan suara marah penuh emosi.

Kesal namun tidak berani untuk membantah, Arsy hanya berdiri dengan kepala tertunduk, kedua tangan mencengkram erat kain bajunya.

"Ingat! Aku tidak suka ada murid cengeng!" Avei kembali berkata, setelah itu ia membalikkan tubuh lalu meninggalkan kamar Arsy.

Di koridor tak sengaja ia melihat Merik, pria itu seperti sedang mencari seseorang.

Avei mempercepat langkah kakinya menghampiri pria itu."Ada apa?"

"Avei, Master mencari mu. Kau dan Ryu Shi di tunggu di aula utama," jawab Merik.

Avei mengerutkan kening, tidak biasanya Shi Ying mengumpulkan orang di Aula utama, biasanya juga akan bicara terang-terangan.

"Baiklah, apakah kau tidak ikut ke sana?"

Merik menggeleng."Tidak, seperti hanya kau dan Ryu Shi saja."

"Baiklah, aku ke sana sekarang."

Avei melangkahkan kaki menuju Aula utama, di dalam Ryu Shi dan Shi Ying sudah menunggu.

Avei segera masuk dan menduduki kursi miliknya."Ada apa?"

"Aku meminta mu datang kemari untuk membahas tentang Zein," kata Shi Ying. Pria berambut putih metalik itu mengeluarkan sebuah gulungan berisi tentang informasi racun Iblis.

Avei dan Ryu Shi meraih gulungan tersebut lalu membukanya.

"Apakah Zein terkena racun Iblis?" tanya Ryu Shi sambil membaca gulungan.

"Benar," jawab Shi Ying.

"Kalau begitu aku bisa mencari penawarnya, tidak ada penyakit apapun yang tidak bisa sembuh di tangan ku."Dengan sombong Ryu Shi menjawab ucapan Shi Ying.

Ia menggeser gulungan itu pada Avei.

"Zein Zulkarnain adalah manusia pilihan Tuhan, dia memiliki energi suci. Kalian tahu bukan energi suci itu bisa digunakan untuk apa saja?" Shi Ying berkata sambil memperhatikan satu persatu dari dua sahabatnya itu.

"Artinya, kalau seseorang memiliki energi suci dan terkena racun Iblis, racun akan menyerap energi suci dalam tubuh dan menyerang pemiliknya." Ryu Shi menatap Shi Ying serius.

"Apakah Zein dalam bahaya? Apakah dia terluka parah saat ini?"

"Lebih tepatnya dia sekarat, kalau dia tidak segera mendapatkan bunga teratai seribu tahun dan masih memaksakan diri menggunakan kekuatan internalnya, maka dia tidak akan mampu bertahan untuk setahun ini," kata Shi Ying dengan tatapan mata tenang namun khawatir.

Avei menutup gulungan tersebut lalu bangkit dari tempat duduknya."Aku akan mencari bunga itu."

Shi Ying dan Ryu Shi mengangkat pandangan menatap Avei."Kemana kau akan mencari bunga itu?" tanya Shi Ying.

"Master, aku tidak tahu harus mencari kemana, tapi aku akan tetap mencarinya," jawab Avei penuh keyakinan karena ia merasa memiliki hutang nyawa pada Zein.

"Bunga itu tidak ada, bunga itu  hanya lambang."Shi Ying menatap Avei dengan tatapan memerintahkan pria itu untuk duduk kembali.

Avei kembali duduk meski dengan perasaan penuh tanda tanya.

"Teratai muncul di air tanpa lumpur, kotoran atau puing-puing. Karena itu teratai adalah simbol kesucian dalam jiwa seseorang, warna bunga teratai seribu tahun itu adalah kuning keemasan. Artinya adalah kejayaan, tumbuh dengan daun paling bawah berwarna merah, artinya adalah keberanian." Shi Ying menjelaskan makna dari Bunga Teratai seribu tahun.

"Artinya, untuk menetralisir racun Iblis itu adalah dengan menyucikan jiwa, menguatkan hati dan berani menegakkan keadilan meski pada keluarga sendiri?" timpal Ryu Shi.

"Apakah karena Zein menikah dengan Man Yue hingga terkena racun Iblis?" tanya Avei curiga.

"Tidak, kecuali Man Yue terkena senjata Iblis dan Zein menggunakan ilmu pertukaran jiwa," jawab Ryu Shi menjelaskan.

"Sekarang Zein masih tidak tahu dimana bunga teratai seribu tahun itu, kita pun tidak bisa mengatakannya karena kalau kita mengatakannya maka tidak akan pernah muncul."Shi Ying menghela nafas panjang.

"Lebih baik pikirkan cara membantunya di medan perang, jangan sampai Zein menggunakan kekuatan energi suci."Shi Ying kembali berkata.

"Baiklah, biarkan aku mengerahkan pasukan rubah spiritual untuk ke negeri Bulan," kata Avei bangkit dari tempat duduknya, ia mengeluarkan 9 ekor rubah.

Aura kegelapan menyelimuti seluruh tubuh, menciptakan rasa ketegangan dan mencekam dalam ruangan itu.

"Avei! Turunkan energi mu!" perintah Shi Ying.

"Avei, turunkan emosi. Ini bukan medan perang," kata Ryu Shi dengan suara lirih.

Perlahan Avei menyembunyikan ekornya dan menurunkan auranya, ia pun kembali duduk.

"Kau harus tenang, aku tahu Zein pernah menyelamatkan mu saat kau terluka para menggunakan energi suci miliknya, tapi kita juga harus mengatur strategi. Ingatlah, kerajaan Bulan adalah tempat manusia, tidak ada siluman di sana. Kau bisa bayangkan bagaimana reaksi mereka kalau melihat wujud mu yang asli seperti raksasa lalu mengibas ekormu ke sana kemari," kata Shi Ying mulai mengomeli Avei, terkadang ia merasa iri dengan Avei karena Avei pernah merasakan energi suci milik Zein.

"Lalu sekarang harus bagaimana? Aku khawatir kalau dia akan menggunakan energi suci untuk menyelamatkan mereka yang lemah, bangsa manusia sangat lemah tapi juga serakah. Mereka selalu ribut dengan sesamanya," kata Avei tidak sabar ingin segera menyusul ke Bulan.

"Tunggulah, aku akan mencari cara." Shi Ying menatap kedua sahabatnya tersebut.

Nirwana Menggapai Kebahagiaan Sejati Where stories live. Discover now