09

37 3 4
                                    

Hono menatap kearah meja dimana Karin berada. Dimana Karin tengah memakan bentonya. Terlihat ia yang belum terbiasa memakai sumpit menggunakan tangan kiri membuatnya sedikit kesusahan. Beberapa kali makannya tidak bisa ia sumpit, beberapa kali Karin menghela nafas. Hono mendorong bangkunya kebelakang. Berdiri, lalu berjalan menghampiri meja Karin.

" Butuh bantuan? " Karin mendongakkan wajah, menatap Hono.

" Tidak aku bisa- ''

Hono merebut sumpit Karin dan juga mengambil alih bento Karin.

" Buku mulutmu ''

Karin memalingkan wajahnya, menolak suapan dari Hono.

" Hei tanganku pegal nih ''

Guuuu....

Suara perut Karin yang keroncongan membuat Hono menahan kekehannya. Karin begitu tanpak malu karena suara perutnya pasti di dengar oleh Hono.

" Kau ingin terus begitu sampai waktu istirahat selesai? Kasihan perutmu minta di isi ''

Karin terdengar mendengus, mau tak mau ia akhirnya menerima suapan dari Hono.

Melihat pipi Karin yang memerah membuat Hono tidak bisa menahan kekehannya.

" Ada apa? " Heran Karin

" Tidak, buka mulutmu lagi ''

Suapan demi suapan diterima Karin dari Hono hingga bento itu habis. Hono membantu Karin membereskan bekas bento Karin.

" Arigatou '' Ucap Karin pelan

" Iya kenapa? " Hono mendengarnya, tapi ia hanya berpura-pura. Karena suara Karin terdengar begitu ragu pelan dan dia mungkin malu.

" Tidak ada siaran ulang ''

Hono lagi-lagi hanya bisa terkekeh.

" Sifatmu mirip dengan Rei ''

" Tsundere sekali ''

" Ngomong-ngomong soal Rei... ''

Hono memperbaiki posisi duduknya.

" Maafin dia ya... ''

" Rei itu sebenarnya baik kok.. ''

" Dia selalu peduli dengan teman-temannya ''

" Aku bukan temannya '' Sela Karin

Hono menggaruk pipinya yang tak gatal.

Karin berdiri dari duduknya.

" Kau mau kemana? "

Karin hanya menatap Hono tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Karin berlalu meninggalkan Hono.

Karin melewati taman sekolah. Ia melihat Rei berada di dekat pohon yang biasanya di tempati oleh dirinya.

Beberapa kali kepalan tangan Rei meninju pohon tersebut. Karin menautkan alisnya, heran akan tingkah Rei. Ingin mengabaikan, namun langkahnya malah mengambil jalan mendekati dimana Rei berada.

" Apa kamu pikir akan menang melawan pohon itu ''

Rei yang menyadari ada orang lain lantas menolehkan wajahnya. Memicingkan mata kepada Karin.

" Kamu terlihat frustasi ''

Rei berdiri berhadapan dengan Karin.

" Kenapa? Kenapa kamu menatapku seperti itu? " Heran Karin

Rei hanya menghela nafas, tanpa mengatakan apapun ia berlalu begitu saja dari hadapan Karin.

" Anak itu sangat menyebalkan, dia belum meminta maaf dengan benar padaku '' Karin menatap punggung Rei dengan kesal

春夏秋冬 ShunkashuutouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang