My second life

465 51 8
                                    

Story ini terinspirasi dari webtoon The tyrans wants to be good. Jadi bayangin cerita tentang kerajaan eropa jaman dulu.

~~
Di sebuah kamar bernuansa biru laut, terbaring seorang putra duke bernama Jisung. Putra bungsu  yang terbaring pingsan setelah terjatuh ke dalam danau di dekat kediamannya. Sudah 2 hari dia tak sadarkan diri, sang pelayan dengan setia menemaninya. Sampai akhirnya Jisung terbangun, dan sang pelayan langsung memanggil namanya. Jisung melihat wajah pelayannya yang terlihat lebih muda dari kali teakhir dia melihatnya. Jisung terkejut saat dia yang harusnya sudah berusia 35 tahun, kini kembali ke usia 17 tahun. Dia melihat pergelangan tangannya, tak ada luka. Padahal dia berusaha bunuh diri dengan mengiris nadinya. Hal terakhir yang dia ingat adalah mimpi tentang sang ibu yang sudah tiada saat melahirkannya. Kata yang di ucapkan sang ibu adalah dia meminta Jisung untuk kembali dan memperbaiki hidupnya. Apa dia kembali dari kematian dan mengulangi hidupnya lagi.

Tak lama terdengar suara pintu di dobrak, sang kakak Chan datang dan terlihat khawatir. Nafasnya juga terengah, sepertinya dia habis berlari.

"Jisung, syukurlah kau sudah sadar."

Jisung sangat terkejut karena bisa kembali bertemu dengan sang kakak yang meninggal di tusuk bandit saat mencoba melindunginya. Mereka dalam perjalanan ke luar kota saat mereka di sergap bandit. Dan Chan tewas saat mencoba melindunginya. Jisung tak bisa menahan tangisnya, dia memeluk erat sang kakak dan menangis sesenggukan.

"Tak apa, sekarang kau sudah baik-baik saja. Lain kali jangan pergi ke danau sendirian. Kau kan tak bisa berenang."

Chan mengira Jisung menangis karena nyaris tewas karena tenggelam, tanpa tahu yang sebenarnya. Tak apa dia salah paham, yang terpenting orang yang paling menyayanginya masih hidup.

"Aku akan panggilkan ayah."

"Tidak. Jangan lakukan itu. Aku hanya butuh kakak."

"Baiklah, kakak akan disini bersamamu."

Ayah, kata yang asing baginya. Sosok dingin yang membencinya. Karena saat melahirkan Jisung sang ibu tiada, dan Jisung tak pernah mendapat kasih sayang dari ayahnya. Dia tak pernah dianggap sama sekali, bagi sang ayah Jisung tak ada artinya. Jadi tak ada gunanya kepala keluarga Han itu tahu keadaannya.

Jisung sudah membaik, kini dia memutuskan untuk tak akan mencoba menarik perhatian sang ayah lagi seperti kehidupan lalunya. Dia akan menjalani hidupnya apa adanya, setidaknya masih ada para pelayan dan sang kakak yang masih menyayanginya. Jisung sedang berjalan di dalam mansion saat tak sengaja melihat sebuah piano yang berada di ujung ruangan. Seingatnya piano itu tak ada. Jisung mendekati piano besar berwarna putih itu dan duduk di sana. Perlahan jari-jarinya mulai memainkan sebuah lagu klasik. Jisung terlihat menikmati permainannya tanpa menyadari sepasang mata yang memperhatikan permainannya. Sang ayah diam di kejauhan sambil memperhatikannya. Hal itu mengingatkannya pada mantan istrinya yang sudah tiada. Ji an , juga pintar memainkan piano. Dan kenapa dia baru menyadari jika Jisung begitu mirip dengan sang istri. Matanya, bibirnya, bahkan pipinya, terlihat seperti sang istri versi pria.Dia sadar dirinya membenci sang putra tanpa alasan, dan membuat Jisung takut pada dirinya.

Jisung menyelesaikan permainannya, dan menyadari kehadiran sang ayah. Jisung terlihat takut dan menghindari tatapan sang ayah. Dia takut sang ayah akan memarahi dirinya. Jisung segera bangkit dari duduknya, dia menunduk pada sang ayah sebelum pergi dengan langkah cepat meninggalkan sang ayah.
Tuan duke hanya terdiam di tempat dengan tangan yang terangkat ke udara. Tadinya dia hendak memanggil Jisung, tapi tatapan takut putra bungsunya itu membuatnya mengurungkan niatnya. Setakut itukah sang putra padanya? Meskipun dia tak pernah berbuat kasar, tapi sifat dinginnya membuat Jisung ketakutan. Padahal Jisung tak punya salah apapun, tapi dengan egoisnya dia menyalahkan semuanya padanya. Sayangnya ada hal yang tak diketahui duke. Jika di masa lalu saat Chan tewas terbunuh karena menolong Jisung, dengan tega duke mencambuknya dan mengurungnya selama beberapa minggu. Hal itulah yang membuat Jisung takut padanya.

Jisung masuk ke dalam kamarnya dan duduk di atas kursi, jantungnya masih berdetak dengan kencang karena pertemuannya dengan sang ayah tadi. Untung saja tadi dia tidak dimarahi. Jisung sebenarnya ingin merasakan kasih sayang sang ayah, tapi rasa takutnya mengalahkannya. Dan sang ayahpun tak mungkin melakukannya.
Apalagi mengingat apa yang pernah terjadi dimasa lalu.

~~
Datang surat dari istana, dimana keluarga Han diundang dalam sebuah pesta. Jisung juga ikut diundang, dan mau tak mau dia harus datang. Jisung teringat pada seseorang di masa lalunya, seseorang yang membuat hatinya berdebar. Lee Minho, pangeran kedua kerajaan. Salah satu pria paling tampan di seluruh negeri. Sayangnya sejak dulu cintanya untuk sang pangeran bertepuk sebelah tangan. Dan Jisung tak bisa melakukan apapun untuk merubah perasaan Minho. Dikehidupan kali ini, Jisung ingin berusaha menghindar dari Minho. Dia tak mau terluka lagi seperti dulu, dia ingin melanjutkan hidupnya tanpa merasakan sakit lagi seperti dulu. Semoga saja saat tiba di kerajaan nanti, dia tak akan bertemu dengan Minho. Karena hatinya bisa kembali goyah jika nanti bertemu dengan Minho.

Chan mengajak sang adik membeli baju untuk pergi ke istana nanti. Sebenarnya dia malas untuk pergi, dia bisa memakai baju yang ada kan diantara puluhan pakaiannya didalam lemari. Tapi sang kakak menolak dan terpaksa Jisung pergi bersamanya. Jisung diminta memakai beberapa pakaian oleh Chan, tapi belum ada satupun yang disukai sang kakak. Jisung sudah lelah terus berganti pakaian, sampai dia memakai pakaian terakhir berwarna coklat keemasan, barulah sang kakak menyukai pakaiannya. Chan juga membawa Jisung kesebuah toko kue dan makan kue di sana. Chan sangat tahu sang adik begitu menyukai makanan manis. Wajah lelahnya kini terlihat kembali ceria. Chan tersenyum melihat Jisung yang begitu lahap memakan kuenya, sampai kedua pipinya menggembung.

~~

Malam sebelum pergi ke istana, Jisung menyiapkan barang yang akan dia bawa. Dia berharap semua akan baik-baik saja saat dia tiba di istana nanti. Jika boleh memilih, Jisung tak ingin pergi. Tapi apa boleh buat ini perintah kaisar. Dan Jisung tak bisa menolaknya. Jisung hanya berharap dia tak akan satu kereta kuda dengan sang ayah. Karena pasti akan terasa tak nyaman.

Besoknya, Jisung berangkat bersama sang kakak Chan. Sedangkan sang ayah akan menyusul nanti siang dengan kereta kuda yang lain. Waktu yang dibutuhkan menuju istana hampir 3 hari, dan mereka harus menginap di perjalanan. Jisung berharap tak ada apapun di perjalanan nanti. Dan jika mereka di sergap bandit lagi diperjalanan seperti dimasa lalu. Dia akan melindungi sang kakak. Dia tak akan membiarkan sang kakak tewas seperti saat itu. Dia akan mencegah kematiannya, meskipun itu artinya dia harus menukarnya dengan nyawanya sendiri.

Tbc.

Maaf baru bisa up, aku sakit seminggu lebih jadi gak bisa bikin story...

Kumpulan oneshoot MinSungWhere stories live. Discover now