31. Kecewa

70 16 0
                                    

  " Lo mau kemana Ming? Mingyu!" Bambam memanggil Mingyu yang berjalan tak tentu arah entah mau kemana, " Lo katanya mau belajar woi? Mingyu woi!" Bambam berkata frustasi, hal ini terjadi lagi, hal yang paling tidak diinginkan oleh semua orang yang mengenal seluk beluk Mingyu, latar belakang cowok jangkung yang suka menjadi bahan bullyan karena kesabarannya yang seluas samudera itu.

" Bilang aja sama Eunha Mal, bilang aja gapapa, bilang aja ketimbang dia salah paham..." Bambam akhirnya berkata lirih, walau cowok itu suka mengatai Mingyu, walau cowok itu hobi membully Mingyu, walau ia merasa Mingyu sok ganteng, Mingyu adalah temannya, sahabatnya, orang yang harus ia lindungi selain keluarganya.

" Bapak gue gabakalan membiarkan hal itu terjadi, Bam." Mingyu berhenti berjalan, berbalik badan, " Semua yang udah gue tata rapi memang akhirnya bakalan hancur, bam."

" Ming..." Bambam menatap Mingyu iba, belum juga selesai semua drama itu, Eunha muncul secara tiba-tiba didepan Mingyu, bertepatan dengan hal itu, ponsel Bambam berdering, menandakan panggilan dari Jaehyun.

" Ya Allah ini gimana dah?" Bambam stres, ia antara ingin menjawab panggilan dari Jaehyun atau harus menghalangi pertemuan antara Mingyu dan Eunha? " Gue kudu gimana anjir?" Bambam frustasi, ia hanya membiarkan ponselnya berdering dan malah menonton adegan didepan sana.

" Mingyu..." Eunha memanggil Mingyu dengan nada suara yang lemas, Mingyu tidak merespon dan membiarkan Eunha berjalan mendekat kearahnya, namun hal pertama yang Mingyu sadari adalah, Eunha menjaga jarak darinya.

" Kenapa, na?" Mingyu akhirnya merespon kalem, Eunha menggigiti bibir bawahnya sendiri. " Itu... lo... Lo ga kaya gitu kan?" Eunha mencicit, " Lo ga... lo bukan kaya yang dibilang Kak Wonwoo kan? Iya kan?"

Mingyu malah tersenyum mendengarnya, cowok itu terkekeh dan menunduk pelan, membuat Eunha terkejut tentu saja. Bukan, ini bukan reaksi yang dia mau dari Mingyu. " Lo nanya kaya gitu sama gue, itu artinya lo percaya kan sama apa yang dia bilang?"

" Bukan gitu!" Eunha memekik, " Gue nanya karena gue ga percaya!"

" Terus kenapa lo nanya? Lo ragu? Ada dua kemungkinan lo nanya sama gue, lo ragu, dan lo percaya." Mingyu menjawab dengan emosi yang kentara, " Gue tanya sama lo, apa muka gue kaya pembunuh?"

Eunha terdiam, tidak berani menjawab dan menundukkan kepala. " Lo... lo bikin gue takut Gyu... Dan reaksi lo ini, bikin gue makin takut sama lo.."

" Bah," Mingyu tersenyum miring, " Sejak awal, gue selalu percaya sama lo buat ga nanya, tapi memang pada akhirnya, gue salah ya na?" Mingyu menghela napas pelan, " Gue memang bunuh ibu gue. Gue bunuh ibu kandung gue, Kak Wonwoo bener, gue yang sakit mental selama ini, gue selalu sembunyi." Itu adalah nada dan ungkapan yang paling tidak pernah Eunha ekpetasikan akan keluar dari mulut seorang Mingyu Askara.

" Sekarang, lo tau kan kenapa lo gabisa suka sama gue?"

Eunha tidak ingin mendengarnya, dia sangat tidak ingin mendengarnya. Jadi, Eunha melangkah pergi dari sana, mengusap air matanya yang sudah mengalir dari tadi mendengar penuturan yang paling tidak ia impikan selama ini. Eunha menangis sesenggukan sepanjang jalan, menyesali segalanya, menyesali perasaannya, menyesali perbuatannya.

Sementara itu, dibelakang sana, Mingyu termenung. Cowok jangkung itu berbalik badan, menatap Bambam yang kini juga tengah mematung menatapnya.

" Bambam!" Jaehyun tiba-tiba saja datang, berlari, mengejutkan mereka berdua. Jaehyun berhenti berlari ketika melihat apa yang ada dihadapannya, ia melihat Eunha yang berlari menjauhi Mingyu dan Mingyu berdiri didepan Bambam dan dirinya, dengan ekspresi paling melas yang pernah ia lihat sebelumnya.

" Malika..." Jaehyun spontan memanggil, Mingyu menunjukan ekspresi sok tegar walau matanya memerah.

" Sekarang gue kudu gimana, Bam, Jep....?"

~~~~~~~~~~

Penilaian sumatif akhir tahun biasanya tidak seperti ini. Kelas Eunha biasanya tidak sesunyi ini tanpa pertengkaran antara Eunha dan Yugyeom, suara cempreng Rose yang mengeluh akan segala hal, dan suara penuh kesengsaraan Yuju yang harus selalu melerai pertengkaran semuanya. Atau Eunha yang debat bersama Mina membahas Mingyu, saling menyindir, hari itu segalanya tidak sama.

Eunha lebih banyak diam dan mengabaikan semua orang, Rose seperti mencoba menjelaskan sesuatu kepada Eunha tetapi Eunha tidak mau mendengarnya, atau Yuju yang kebingungan dengan apa yang terjadi padahal ia ingin menceritakan sesuatu kepada teman-temannya.

" Minnie lo udah belajar yang ini?" Yuju bertanya kepada Minnie yang sedang membuka buku paketnya, " Belum, gue ga belajar apa-apa, ga sempat." Minnie nampak stres, " Itu dua temen lo kenapa kok ga ngobrol?"

" Ga tau dah, pusing." Yuju geleng-geleng kepala, " Yaudah makasih ya Minnie gue balik dulu kekursi."

" Ju," Minnie memanggil lagi, Yuju berbalik badan dan menunjukan ekspresi bingung. " Kenapa?"

" Kayanya lo bertiga lagi dilanda masalah ya?" Minnie menunjukan raut wajah iba, " Gue... gue gabisa berbuat apa-apa buat kalian, tapi semangat ya? Pasti ada jalan keluarnya..."

Yuju shock dengernya, tidak menyangka Minnie serespect itu dengan dia dan teman-temannya. " Eh, makasih loh Minnie udah nyemangatin kita," Yuju jadi salah tingkah sendiri, Minnie hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. " Semangat ujian Ujuyyy, sepi kalo kalian ga teriak-teriak hehehehehe.."

" Hahahaha, semangat ujian juga Minnieeee!!"

Yuju kembali mendudukan dirinya kekursi, sedikit memikirkan perkataan Minnie. Memangnya sejak kapan ya kita jadi kaya gini? Kalo difikir-fikir, masalah mereka semakin memburuk belakangan ini dan hal itu mempengaruhi pertemanan mereka semua. Bahkan Lisa juga jarang berinteraksi dengan mereka belakangan ini, lebih sibuk dengan teman-teman barunya.

Yuju jadi mellow mendadak, semenjak ia mengungkapkan perasaannya pada Deka dan kembali kekelas seusai menangis berjam-jam dikamar mandi kemarin, perilaku kedua temannya langsung berubah drastis.

" Na, gue mau ngomong sama lo..." Rose nampak berusaha berbicara kepada Eunha, tetapi Eunha malah menggelengkan kepalanya. " Ga, gue udah tau kok. Jadi ini alesan lo jadi pendiem kemarin kan?" Eunha menjawab judes, " Lo tega banget nyembunyiin hal kaya gitu dari gue."

" Bukan gitu! Salah na!" Rose setengah memekik, membuat atensi semua orang beralih kepadanya. " Woi diem lo mawar! Gue lagi belajar!" Ini suara Bangchan si ketua kelas. " Iya maaf!" Rose tumben kalem, Bangchan sampai cengo melihatnya. " Pokoknya mah, lo jangan percaya sama Kak Wonwoo, percaya sama gue."

" Gue ga percaya sama Kak Wonwoo." Eunha menjawab pendek, " Gue percaya sama Mingyu."

Rose berhasil terdiam dibuatnya, memang benar apa yang Deka katakan padanya. " Gue gamau percaya sama hal itu, tapi gue juga ragu sama dia. Gue serba bingung, dia bilang itu bener, tapi lo semua bilang kalo itu salah." Eunha menghela napas, " Sebenernya dia itu kenapa?"

" Na, ribet, na." Rose menggigit bibir bawahnya, " Yang salah ayahnya."

Eunha mengernyit, " Maksudnya gimana?"

Rose bingung sendiri, apa yang harus dia katakan? " Na, gue.... gue gatau kalo apa yang gue bilang ini bakalan merugikan Mingyu atau Kak Wonwoo sekaligus, tapi ... kalo lo tahu hal ini, itu artinya... kekerasan keluarga maka bakalan makin berlanjut."

" Maksudnya?" Eunha tambah tidak mengerti, " Lo tahu, bahkan Dokyeom ngasih tau hal ini sama gue dengan mewanti-wanti biar Kak Wonwoo ga harus sampe tahu tentang pengetahuan gue. Lo harus tahu, ini semua rumitnya nauduzubillah pusing gue."

" Maksudnya gimana anjir Ros?" Eunha habis juga kesabarannya, waktu Rose mau bicara, Pak Jinhyuk malah datang. " Semua tas taruh kedepan, yang ada diatas meja hanya berupa alat tulis untuk mengerjakan soal."

Rose misuh, dia melihat kearah Eunha dengan tatapan serius.

" Ntar gue kasih tau, gue janji."

---


Semakin dekat ke ending, gaez

Rekayasa [Eunha x Mingyu]Where stories live. Discover now