🪻Part 13🪻

32 10 43
                                    

"Lan," panggil seseorang. Morae menoleh karena suara orang itu begitu keras. Ia melihat Calix sedang berjalan mendekat. "Happy birthday, Lan," ucap Calix sambil tersenyum tipis, lalu melakukan jabat tangan seperti cowok pada umumnya.

Alis Morae tertaut hingga hampir menyatu saat melihat interaksi Calix dan Draven. Ia tidak bisa memahami situasi yang ada di sana. Banyak pertanyaan terlintas di benaknya. Namun, ia teringat dengan dugaannya tentang identitas Elan. Jika dugaannya benar, maka pertanyaan-pertanyaan di benaknya sudah terjawab. "Jadi, Elan itu beneran lo, Draven?" tanya Morae untuk memastikan. 

"Betul! Kalau lo nggak tahu, nama lengkap gue Draven Radetya Caelan. Jadi, Caelan to Elan," jawab Draven enteng.

"Lo tahu sejak kapan, Lix?" tanya Morae pada Calix. Yang ia tahu, Calix dan Ethan sangat akrab. Jika Calix tahu sejak awal kalau Draven bukanlah si miskin yang gila uang, maka Calix menyembunyikan hal itu dari Ethan. Ini artinya Calix berkhianat, bukan?

"Gue nggak pernah lost contact sama Elan," sahut Calix. Saat masih TK, Calix sangat menyukai pertemanannya dengan Draven sehingga mereka berdua saling menghubungi satu sama lain walaupun Draven pindah ke Swiss. Walau tidak selalu berhubungan, tetapi mereka bisa mempertahankan pertemanan mereka tanpa ada orang yang mengetahui hal itu.

"Eryx juga?" tanya Morae lagi. Sebenarnya masih banyak pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Dia nggak tahu itu," jawab Calix.

Morae menatap dua orang di depannya itu seolah-olah tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ini berarti Calix menyembunyikan identitas Draven dari semua orang, bahkan kembarannya sendiri. Morae ingin tahu maksud mereka menyembunyikan hal itu, tetapi ia sadar kalau ia bukan siapa-siapa. Mungkin mereka memiliki alasan tersendiri.

"Baiklah, kita langsung saja mulai acara ulang tahun tuan muda kami yang ke-18. Beri tepuk tangan yang meriah untuk Elan!" Suara MC yang mengumumkan dimulainya acara ulang tahun Draven membuat semua orang tertuju pada satu titik. Ruangan menjadi gelap dan sebuah cahaya lampu menyorot Draven. Semua tertuju padanya ketika cowok itu berjalan sambil tersenyum manis pada semua orang.

"Pesona pewaris tunggal emang nggak main-main."

"Beruntung banget kita bisa diundang, padahal kita nggak kenal sama dia."

"Iya, bener. Kita beruntung banget bisa dateng ke sini."

"Siapa yang bakal jadi cinderella malam ini?"

Begitulah bisikan para gadis yang terpesona ketika melihat Draven. Dengan identitas sebagai Elan yang merupakan pewaris tunggal perusahaan besar, Draven bisa meraih hati banyak gadis tanpa harus melakukan banyak usaha. Namun, berbeda dengan identitas sebagai Draven yang miskin dan gila uang, tidak ada satu pun orang yang mau berteman dengannya tanpa merendahkannya.

Acara dimulai dengan bernyanyi, memotong kue, membagikan kue, lalu akan berlanjut dengan pesta dansa. Semua rangkaian acara sudah disusun dengan sempurna dan bisa dipastikan kalau acara ulang tahun ini akan selesai dengan sempurna juga. Pesta kali ini akan ada sebuah kejutan yang mungkin membuat semua orang terkejut. Draven akan mengungkap identitasnya di hadapan semua orang.

"Mor, kenapa sendiri?" tanya Draven pada Morae yang sedang duduk sendiri sambil memakan sebuah kue. Gadis itu terlihat tidak bersemangat dan juga agak gelisah. Apalagi ketika Draven mendekatinya dan terdengar bisikan-bisikan yang membicarakan dirinya.

"Lo kenapa sih ngasih baju warna ini ke gue?" tanya Morae yang terdengar kesal.

Draven tertawa kecil, lalu mengulurkan tangannya untuk mengelap krim yang menempel di ujung bibir Morae. "Biar couple sama gue," kata Draven.

Fatum MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang