21. Sosok Ayah untuk Anak

600 108 37
                                    

Rasanya aneh ketika melihat pemandangan di ruang makan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya aneh ketika melihat pemandangan di ruang makan ini. Jaehyun tidak terbiasa melihat orang lain selain Soojung di sana. Kehadiran Jongin malam itu sedikit menggelitik perutnya. Penampangan keluarga utuh yang selalu ada di benaknya saat sekolah dasar.

Jaehyun kecil tak pernah absen meminta presensi seorang ayah ada ibunya. Melihat bagaimana teman sekelas Jaehyun dijemput saat pulang sekolah membuatnya cemburu. Kenapa semua orang punya orang tua lengkap sedangkan dirinya tidak? Tidak terhitung berapa banyak Jaehyun merengek ingin punya ayah pada Soojung.

Saat itu dirinya masih kecil, tidak mau mengerti situasi. Jaehyun ingin seorang ayah maka ibunya harus mencari sosok ayah. Sampai dirinya melihat bagaimana Soojung bersimbuh di kakinya memohon maaf karena tak bisa membawa seorang ayah ke hadapan bocah itu. Jaehyun mulai mengerti dan berhenti meminta pada Soojung.

Tahun demi tahun berganti, Jaehyun tumbuh menjadi anak yang patuh. Bayangan sang ibu menangis membuatnya merasa bersalah yang sangat dalam. Padahal selama ini kehadiran Jung Soojung seharusnya sudah cukup, hanya iri melihat orang lain dengan ayahnya langsung membuat Jaehyun lupa diri.

Namun, saat kelulusan sekolah dasar Jaehyun bertemu dengan teman-teman ibunya untuk merayakan kelulusan, yang di sana dirinya mulai mengenal Kim Jongin juga keluarga Park Chanyeol. Di sana pula Jaehyun pertama kali bertemu dengan Park Chaeyoung.

Kim Jongin, setelah pertemuan itu dia selalu menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Jaehyun. Pria itu banyak mengajarkan hal baru pada Jaehyun, bermain basket, pergi memancing, berkemah, bahkan sampai dibawa jauh ke puncak gunung. Hal yang membuatnya berhenti merasa cukup. Tapi saat itu Jaehyun sudah lebih dewasa sehingga dia mampu mengubur keinginannya yang kembali muncul bersamaan dengan hadirnya sosok Jongin.

Jaehyun mulai sadar, sosok Jongin datang bukan hanya untuk menjadi temannya. Ada maksud lain yang dia bawa. Jaehyun sama sekali tidak keberatan dengan maksud itu, tapi Soojung selalu menganggap lain. Yang membuat tujuan itu tidak pernah tercapai sebelumnya.

Pemuda itu melangkah pelan, tak ingin kehadirannya mengganggu Soojung dan Jongin yang mengobrol sembari menata meja makan.

"Ck, begini nih kalau jadi nyamuk, datang aja gak ada yang sadar," celetuknya pura-pura ngambek, padahal hatinya sedang meletup-letup senang. Tentu saja, senyum lebar Soojung saat menimpali candaan Jongin menjadi jawabannya.

"Hai, selamat malam, sayang," sambut Soojung, wanita itu melebarkan tangannya hendak menyambut peluk dari sang anak.

Jaehyun tersenyum sampai dekik di pipinya muncul. "Ada acara apa nih sampai repot hias meja makan?" Jaehyun memeluk Soojung, tak lupa mencium pipinya.

"Duduk, ada yang mau kami bicarakan," ujar Soojung, mendorong Jaehyun dan mengarahkannya duduk di kursi makan. Jongin dengan sigap menarik kursi agar Jaehyun dapat duduk.

Pemuda Jung itu mengangkat alisnya, tak lama dia mulai mengerti.

Beberapa waktu kemudian, semua sudah lengkap duduk di tempatnya masing-masing. Jongin duduk di samping Soojung, sementara Jaehyun duduk di depan mereka.

49 Hari ke Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang