06. Rencana

5.6K 1.1K 111
                                    

"Jaemin?!" Mata Ryujin melotot ke arah yang lebih tua, sedangkan si rambut pirang membalas Ryujin dengan menjulurkan lidah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaemin?!" Mata Ryujin melotot ke arah yang lebih tua, sedangkan si rambut pirang membalas Ryujin dengan menjulurkan lidah.

"Ribut aja terus." Sindir Jeno dari sofa, si sulung sedang membaca majalah yang baru tadi pagi datang ke apartemen.

"Jaemin tuh gangguin aku mulu." Adu Ryujin, dia ikut duduk di samping Jeno sambil memangku tangan kesal, sedangkan Jaemin berlari ke balkon.

Lalu mereka bertiga diam tak bersuara.

"Abis gue bete." Kata Jaemin dari balkon. Wajar mereka merasa bosan, selama satu minggu tinggal di apartemen Rosé yang bisa mereka lakukan hanya menonton televisi atau membaca buku apapun milik Rosé.

Sebenarnya kehidupan saat orang tuanya muda tidak jauh berbeda dengan kehidupan mereka di masa depan. Perbedaannya hanya pada teknologi yang semakin canggih.

"Bosen banget." Ryujin menyenderkan kepalanya pada bahu Jeno. "Acara apaan deh ini gak kreatif." Tangan si bungsu tidak henti memencet remote.

"Ya Tuhan!" Pekik Jeno mengejutkan Jaemin dan Ryujin bersamaan. Hingga keduanya menoleh pada si sulung penuh pertanyaan.

"Kenapa bang Jeno?" Tanya Ryujin hati-hati.

Jeno menoleh ke arah Ryujin lalu menatap adiknya dalam. "Bang Jeno jangan liatin aku gitu. Takut.."

"Sorry sorry gak maksud." Ucap Jeno merasa bersalah.

"Kenapa sih gak jelas banget?" Jaemin dari balkon bertanya pada si sulung. Kemudian Jaemin memutuskan untuk masuk ke dalam dan duduk di sofa tunggal yang ada.

"Kenapa deh liatin guenya gitu banget?" Tanya Jaemin ketika kedua saudaranya memerhatikan pemuda 17 tahun itu dengan intens.

"Bang Jeno, tadi kenapa? Bikin aku kepo aja." Ryujin mengalungkan tangannya lagi pada lengan Jeno, si bungsu juga tak sungkan bermanja ria pada kakak sulungnya. Termasuk memamerkan kemanjaannya pada Jaemin.

"Manja banget." Respon Jaemin, dia berdecih tak suka melihat kedekatan Jeno dan Ryujin. Bukan. Jaemin tidak cemburu atau iri, memang pada dasarnya saja remaja itu tak suka melihat hubungan yang harmonis antara kedua kakak-beradik itu.

Ryujin dengan posisi nyamannya tidak mau menanggapi Jaemin.

"Gue ada yang mau didiskusiin sama kalian." Kata Jeno kemudian, Ryujin yang mendengar itu langsung memposisikan duduknya menjadi tegak.

"Apa?" Jaemin mencondongkan tubuhnya ke arah Jeno tanda bahwa dia siap mendengarkan.

"Jin, tolong bawa diary itu ya!" Pinta Jeno.

Ryujin mengangguk cepat, tanpa mengeluh si bungsu berlari ke arah kamar yang dia tempati.

Di dalam kamar, Ryujin mengambil tas yang dia bawa dari rumah. Setelah itu dia kembali ke ruang tengah menemui kedua kakaknya.

49 Hari ke Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang