Chapter 23: Girl Who is Obsessed

108 82 79
                                    

⚠️⚠️⚠️
1. Cerita ini hanya karangan atau fiksi dari penulis
2. Banyak typo bertebaran
3. Don't copy this story‼️

ANNYEONGGGGGG👋🏻
Bagaimana kabarnya hari ini?
Terimakasih karena telah memberikan support di chapter sebelumnya🙏🏻 aku sangat menghargainya💗

Pluviophile hari ini sudah chapter 23 yeayy‼️Mari lanjut membaca...

Jangan lupa support cerita ini dengan vote dan komen sebanyak-banyaknya. Semoga cerita ini tidak membosankan, jika ada yang ingin menyampaikan saran, kritikan, kesan, dan pesan dikolom komentar yaa😊

"Berhentilah mengingikan sesuatu yang bukan menjadi hak mu, memaksakan kehendak untuk memilikinya hanya akan menyiksa dirimu dan membuatmu perlahan-lahan kehilangan akal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berhentilah mengingikan sesuatu yang bukan menjadi hak mu, memaksakan kehendak untuk memilikinya hanya akan menyiksa dirimu dan membuatmu perlahan-lahan kehilangan akal. Ikhlaskan semua yang tidak ditakdirkan untukmu."

-Bellias

⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘

"Kalian berdua, apa jangan-jangan...." Sena sengaja menghentikan ucapannya, melihat reaksi kedua kakaknya seperti habis kepergok mencuri, mengundang kecurigaan Sena dan Gavin. Gavin merupakan tipikal orang yang tidak terlalu peduli dengan sekitar, namun kali ini pria itu nampak begitu penasaran, walaupun sikapnya terlihat cuek tapi tidak dengan hati dan sorot matanya.

"Kalian kenapa begitu tegang? Apa ada sesuatu yang kalian sembunyikan dariku?" Sena bertanya, dia memicingkan matanya memberikan kesan mengintimidasi, namun masih terlihat lucu.

Spontan Dion menggelengkan kepalanya cepat, "Tidak ada yang disembunyikan. Soal bibirku ini... aaaa itu karena... karena kakak dipukul oleh preman yang menyerang Karvan," ucap Dion berbohong.

Sena sedikit tak percaya dengan ucapan Dion, jika memang terkena pukulan, bukankah seharusnya bagian pipi atau sudut bibirnya yang terluka? Dion pasti menyembunyikan sesuatu darinya, namun Sena tak mau ambil pusing yang terpenting kedua kakaknya ini baik-baik saja. Sena lantas mendekati Dion, memegang kedua sisi pipi kakaknya itu untuk melihat lebih jelas lagi luka tersebut, "Awww pasti sakitkan kak? Apa sudah diobati? Sampai bengkak begini, bibir kakak jadi membesar kayak bebek," ringis Sena melihat betapa perihnya luka tersebut, dia bahkan masih sempat menaruh candaan pada kalimat ucapannya.

Mendengar penuturan Sena membuat Zerlyn tertawa kecil, sedangkan Dion merasa kesal dengan adiknya ini, berani sekali Sena mengatainya seperti bebek, wajah tampan begini, "Akh.. sudah lepaskan, bukannya membuat luka ini sembuh, kamu malah semakin membuatnya parah."

Sena cengegesan melihat sang kakak yang kesal karena dikatai seperti bebek olehnya, "Aku hanya mengatakan sesuai faktanya, kalau kakak tidak percaya tanya saja kak Zerlyn," ucap Sena, dia tidak merasa bersalah sedikit pun setelah mengikutsertakan Zerlyn dalam perdebatan dirinya dengan Dion.

Dion mengalihkan pandangannya menatap Zerlyn untuk meminta penjelasan, apakah bibirnya sebengkak itu sampai menyerupai bebek?

Menerima tatapan meminta penjelasan dari Dion membuat Zerlyn diam membisu, bibir Dion tak sebengkak itu sampai menyerupai bebek, hanya saja Zerlyn bingung untuk menyampaikannya setelah melihat Sena yang memberikan isyarat untuk mendukungnya mengerjai Dion.

Pluviophile||The Reason I Like Rain? [ON GOING]Where stories live. Discover now