IY : Bagian 2-Ojek Ganteng

1.1K 68 3
                                    

Radit menghentakkan kakinya ke lantai sehingga menggema di koridor yang sangat sepi karena memang dalam suasana kerja.

Radit melengos, memutar knop pintu setengah hati sampai ia berhadapan langsung dengan lelaki yang sedang sibuk berkutat dengan laptop di depannya.

"Apa lagi sih, Ga?. Lo tau gue lagi mager banget hari ini. Tolong jangan siksa gue sehariii aja napa?. Gak kasian lo sama gue tiap hari harus mondar mandir beliin lo makan udah kayak tukang pos?. Lo gak liat nih tangan gue udah mateng?" Radit melipat lengan kemejanya seolah menunjukkan lengannya yang kemerah-merahan.

Arga terkekeh, dagunya yang sudah di tumbuhi bulu-bulu halus dan juga potongan rambutnya yang sudah amburadul membuatnya terlihat seperti orang yang terlantar berpuluh-puluh tahun di pedalaman.

"Efek ngidam kali, Dit. Lo kayak gak tau aja. Oh iya, lo kan belum nikah, ya mana tauuu"

Mengambil langkah panjang, Radit mendudukkan dirinya di kursi putar di hadapan Arga. "Yang bunting lo apa Aan? Perasaan yang ngidam lo bukan dia." Nyinyir Radit.

"Ya istri gue lah, masak iya gue. Ntar ngeluarin oroknya darimana coba ?"

Radit mendengus, memutar bola matanya kesal lalu berdiri, "yaudah, lo mau di beliin apa lagi? Awas ya kalau pesenan lo susah-susah!. Gue racunin baru tau rasa!"

"Gue lagi pengeenn.... siomay deh Dit. Gak pake kentang!" Arga mengeluarkan uang lembar seratus ribu dari dompetnya. "Kembaliannya lo ambil deh. Mumpung gue lagi kasian sama lo"

Mau tak mau, sudut bibir Radit melengkung samar , "jarang-jarang nih!. Gue pake motor satpam aja deh biar irit bensin, he he"

Belum sempat Arga berucap , Radit membalikkan badan dan berjalan tergesa, membelah keramaian di lobby perusahaannya dengan senyuman samar yang masih terukir.

Kepala Radit menoleh kesana kemari, mencari sesosok satpam yang biasanya berjaga di sekitar lingkungan perusahaan.

Tak lama, bunyi peluit terdengar. Langsung saja Radit melangkah saat satpam yang ia cari akhirnya menampakkan batang hidungnya.

"Bang, pinjem motor dong. Mau beli siomay di depan, boleh ya?"

Satpam yang semula memunggungi Radit seketika berbalik. "Jangan di habisin lagi ya bensinnya?. Tekor nih lama-lama." Sungut satpam itu kemudian merogoh saku celananya, mengeluarkan kunci motor dan menyerahkannya pada Radit dengan pasrah.

"Makasi ya , Bang!" Radit melangkah pergi, kepalanya menjulur mencari motor butut yang seminggu belakangan ini menemaninya membelah kemacetan Jakarta pada siang hari.

Tak lupa ia memakai helm hitam besar dan jaket berwarna senada bertuliskan logo yamaha di dadanya.

Radit melajukan motornya lamban-lamban. Ia tidak terlalu mahir menggunakan motor, sehingga sesekali oleng saat berusaha menyelip di antara mobil-mobil yang terkena macetnya Jakarta.

Sesampainya di dagang siomay yang ia tuju, Radit mematikan mesin motornya. Menghampiri abang dagang siomay yang terlihat sedang sibuk dengan kegiatan yang tak ia mengerti.

"Bang, siomay satu bungkus tanpa kentang"

Radit mengernyit, abang dagang siomay itu sama sekali tak menghiraukan ucapannya, ia masih saja bergelut dengan pekerjaannya melumat-lumat siomay mentah..sepertinya.

"Bang!" Ucap Radit setengah berteriak.

Abang dagang siomay itu menoleh ke arah Radit kemudian melonjak kaget. "Astagfirullah!!. Dek, buka dulu itu helmnya!"

Radit meraba kepalanya yang ternyata masih mengenakan helm lengkap dengan kacanya yang masih menutup wajahnya. "He he. Maaf-maaf bang, pantes aja gelap banget,"

I'm Yours (Exel and Elena)Место, где живут истории. Откройте их для себя