IY : Bagian 3-Sisi Buruk Elena

858 65 0
                                    

"Capuccino, satu"

"Cappucino, satu"

Pelayan itu tampak terbengong, tak lama, karena setelahnya ia bersikap biasa. "Yang tadi baris paling depan anda atau nona?" Tanya pelayan itu tanpa minat.

Elena menyilangkan lengannya di depan dada, membalikkan badannya menghadap Radit bertampang dongkol di sampingnya. "Lady's first" Desisnya dengan penuh penekanan.

Radit menautkan kedua alisnya. Bukan, dia bukan ingin menanggapi perkataan wanita di hadapannya. Tetapi wajah dan suara itu, sangat familiar di mata dan telinganya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Radit sumbang.

Elena tampak menilai. "Lo..tukang ojek yang waktu itu kan?" Tanya Elena seraya menaikkan alisnya tinggi-tinggi.

Radit mengangguk, "Lo cewek yang waktu itu langsung nyosor naik di motor gue kan?"

Elena mengangguk saat pelayan di hadapan mereka berdehem pelan. "Sudah membuat keputusan siapa yang akan memesan duluan?"

Radit menoleh pada pelayan di hadapannya, "biar wanita ini yang duluan." Jawab Radit kalem.

Radit mundur satu langkah, memberikan akses Elena untuk maju berhadapan dengan pelayan untuk memesan.

Tak lama, Radit menyapu pemandangan cafe di hadapannya. Tak ada bangku yang kosong untuk ia duduki. Dengan membawa nampan beserta secangkir Cappucino di atasnya, Radit berjalan, matanya masih menerawang, sampai tatapannya jatuh pada seorang wanita yang duduk sendiri di pojok dinding.

Elena melirik sekilas tubuh tegap di hadapannya,"mau ngapain?" Tanya Elena skeptis.

Radit tak menjawab, ia justru mengambil tempat di bangku kosong yang berhadapan langsung dengan wanita yang sedang asik memainkan gadget di genggamannya.

Merasa tidak ada jawaban untuk pertanyaannya, Elena merubah raut wajahnya menjadi tak suka. "Gue gak nyuruh lo duduk di sini. Lo bisa nyari tempat lain."

Radit bersandar pada bahu kursi setelah menyeruput Capuccinonya, "Sama seperti saat lo dengan tiba-tiba naik ke motor gue, anggap aja kita impas."

Kerutan di dahi Elena bertambah satu,"Tapi gue gak sengaja."

"Tapi tetap aja, itu udah terjadi." Jawab Radit cepat.

Elena memutar bola matanya kesal. Tidak mau menambah daftar permasalahamnya, ia memilih kembali sibuk pada gadget terbaru miliknya.

"Apa gue perlu mengenalkan diri?" Tanya Radit saat terjadi keheningan yang panjang di tengah riuhnya keadaan cafe.

Lagi-lagi, Elena hanya meliriknya sekilas."Gue gak ngerti kenapa ada orang yang rela ngehabisin waktunya demi mericuhkan kegiatan hening gue." Sindirnya.

Bukannya tersulut emosi, namun Radit tampak tersenyum miring, "Apa mencoba menjalin persaudaraan termasuk kategori mericuhkan kegiatan seseorang?"

Elena mendesis, "Terserah lo."

"Lo intro duluan"

"Lo aja yang duluan."

"Tapi tadi lo bilang Lady's first?. Apa lo sekarang mau mengingkari pernyataan lo barusan?"

Kali ini Elena menatap Radit tajam, "Gue Elena. Lo boleh manggil gue Ele atau Ana."

"Lele. Gue manggil lo Lele"

Elena melotot tajam, "E-le. E-L-E"

"Tapi lele lebih unik." Radit berusaha menahan tawanya saat melihat wajah Elena merah padam. "Apa lo bilang? Unik? Apa ikan yang besar dan menjijikan itu terlihat unik di mata lo? Bahkan warnanya dan kumisnya membuat lele terlihat tua dan jelek." Ceroscos Elena dengan muka dongkolnya.

I'm Yours (Exel and Elena)Where stories live. Discover now