4. Luxury Home

13 2 0
                                    

*Kalau nemu kalimat typo kasih tau lewat komen ya #Authorjugamanusia , vote juga kalau lu suka cerita ini

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Eugene."  Gadis berambut pita merah di belakangnya menghampiri bocah itu sedang membuat patung salju di seberang rumah.

"Lama ya nunggunya?" Ia membantu temannya mengambil sepotong kayu kering di bawah pohon untuk memasang kedua tangan boneka salju.

"Aku baru ada di sini sebelum kamu keluar," Eugene menancap sebuah wortel di wajah bulat putih. Jadilah, patung gembul putih lucu berdiri kokoh tepat menghadap rumah bertingkat dua.

Kedua bocah senang membuat boneka salju setelah dua kali gagal membuat patung khas berbentuk bulat. Tiba-tiba Jean memukul kepala Eugene menggunakan bola salju sebagai tanda memulai perang bola putih, Eugene membalas memukul pipi gadis itu dengan bola salju yang sudah disembunyikan dibalik punggung.

Terjadilah perang lempar salju saling membalas senyum mengejek berujung kejar-kejaran meninggalkan patung salju sendirian. Seseorang berpakaian terusan hitam abu-abu mengintip kedua bocah berlari dari jendela atas. Tatapan matanya menunjukkan kebencian terhadap salah satu bocah laki-laki.


***

"Besok aku cuti kerja."

Lizzie menaikan alis diiringi matanya menatap Jean, "Kenapa?"

"Mau kembali gabung ke tim Galvin lagi." Pinta Jean.

Tangan Lizzie mennghentikan merajut topi, "Kamu...mau kembali lagi?"

Jean menyibak helai rambut dan menggantungkan ke belakang telinga, "Carvin memaksaku untuk menggantikan perannya jadi pemburu, tapi aku masih ragu." Jean menunduk kepala dengan kedua tangannya meletakkan ke bawah perut. "Aku takut traumanya terulang lagi."

Wanita tua meletakkan topi rajut ke meja, dia beranjak dari sofa dan pindah ke samping Jean. 

" Kembali apa tidak itu tergantung keputusanmu asalkan nenek ingin melihatmu kuat dan tangguh seperti ibumu."


***

Jean berhadapan dengan dirinya di depan cermin, menyeka sisa-sisa air di mulut dan membiarkan rambut lepek dibasahi air saat mandi. Dia mencari letak kemiripan sosok ibu yang selalu ditanya-tanyakan, seperti apa sosok wanita yang melahirkan buah hati. Jean keluar kamar mandi menuju ke kamar untuk bersiap tidur, mematikan lampu, dan menyalakan lampu tidur di samping ranjang. Kemudian menyibak setengah gorden agar cahaya lampu jalan ikut mengusir kegelapan di kamarnya, sepasang dua kucing saling berdebat dengan suara 'meong' di tengah jalan.

Max tidak terima wilayahnya dirampas kucing berbulu oranye membalas amarah dengan teriakan melengking memecah keheningan di malam hari. Jean bergegas turun ke bawah lalu keluar dari rumah, ia sadar kalau jendela rumah lupa ditutup sehingga membuat kucing Ragdoll itu keluar untuk mengusir makhluk berbulu merah kekuningan yang kembali merebut kebun rumah sebagai markas.

"Sudahlah berantemnya." Baru membuka pagar setinggi perut Jean, dua kapas berbulu mulai saling membanting tubh ke jalan trotoar hingga bulu-bulu halus melayang dari tubuhnya.

Jean panik menghampiri Max terus mencakar wajah kucing oranye sampai berdarah, lalu Max mengejar musuh terbesar itu ke sepanjang jalan trotoar arah utara.

"Max!" Jean mengejar hewan berbulu meskipun nafas tersengal-sengal akibat kantuknya semakin berat seiring udara dingin melemahkan fisik gadis berpiyama pink muda.

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: May 14 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

Blood : Dearest And DarknessKde žijí příběhy. Začni objevovat