XXVI

66 29 2
                                    


Alunan lembut bel rumah memecah keheningan, mengundang Hanna untuk bergerak perlahan, menuruni anak tangga satu per satu, menuju pintu depan. Sementara itu, Anka, sibuk memasak di dapur, memberi kesempatan pada Hanna untuk menyambut tamu yang datang.

"Ma, biar Hanna yang buka pintu," ucap Hanna, setelah mencapai ujung tangga terbawah. Anka mengangguk, menyahut, "Mungkin itu ayah."

Hanna, dengan langkah ringan, mendekati pintu dan membukanya. Benar saja, Anhar telah tiba, tepat pukul 18.39. Hanna, dengan senyum cerah, menyambut kepulangan ayahnya.

"Nana, sudah sehat? Tidak pusing lagi?" tanya Anhar, seraya merangkul Hanna dan berjalan menuju dapur, menemui Anka.

Fyi, Nana adalah panggilan sayang Arhan untuk anak semata wayangnya.

Hanna menggeleng, "Sudah lebih baik, berkat bubur buatan ayah."

Anhar tertawa, menyambut kehangatan keluarganya. Di dapur, Anka menyambut Arhan dengan pelukan hangat. Hanna, menyaksikan kemesraan orang tuanya, hanya tersenyum penuh bangga.

Banggalah kalau ga karena aku, sekarang mungkin kami gaakan berkumpul saat ini.

"Ayah, sebaiknya mandi terlebih dahulu, lalu laksanakan salat Magrib, baru kemudian makan," ucap Anka, yang segera dituruti.

Tiga puluh menit berlalu, kini Hanna dan kedua orang tuanya menikmati hidangan di ruang makan. Hanya terdengar dentingan alat makan yang saling beradu, sebab Anhar mengajarkan kepada anaknya untuk fokus saat menyantap makanan tanpa suara.

"Hanna sudah selesai. Nanti, biar Hanna yang mencuci piringnya, ya?" Hanna menawarkan diri kepada kedua orang di hadapannya.

Mereka tersenyum, menyadari betapa rajinnya Hanna. Anka menganggukkan kepala.

"Sayang, novel yang kamu cari ada di kamar ayah," ucap Anhar.

"Ya ampun, Hanna membeli novel lagi?" tanya Anka dengan nada terkejut, mengingat Hanna baru saja membeli banyak novel sebelum kecelakaan.

Hanna terkekeh melihat reaksi Anka. "Yang kemarin sudah Hanna baca, Bu," sahut Hanna.

"Kamu membacanya dengan cepat sekali. Baiklah, ayo Mama bantu mencuci piringnya, setelah itu, beristirahatlah," ucap Anka, mengangkat satu per satu piring kotor menuju wastafel tempat mencuci.

Thank you for reading.
Maaf kalau ada kesalahan, karena jujurly aku lupa sama nama Ayah Hanna Arhan atau Anhar 😭

 Waktu Hidup : AkNaWhere stories live. Discover now