Bab 3 - Tiba di sebuah desa

813 124 2
                                    

14 maret 2024.

Happy reading guys.

Happy reading guys

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


.
.
.

Pemuda tampan berkulit putih itu melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya.

Pukul 04.00

Wang Yibo kembali menguap untuk kesekian kalinya. Sekitar lima belas menit yang lalu pak Qiren membangunkannya, pria paruh baya itu mengatakan akan mengantarkan dirinya ke desa Wangxian.

Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat waktu yang tertera di jam tangan miliknya. Masih terlalu malam! Bahkan matahari pun belum muncul.

"Jarak ke desa itu sangat jauh nak, letaknya pelosok sekali karena akses jalanan yang kurang memadai. Jadi kita harus berangkat saat subuh, sebelum jam kerjaku dimulai". Itulah yang diucapkan pak Qiren ketika Wang Yibo bertanya mengenai alasannya.

Dan benar saja, akses jalannya sangat buruk.

Saat ini pemuda yang berstatus sebagai pembalap juara dunia itu tengah dibonceng oleh pria paruh baya berjenggot lebat.

Pak Qiren terlihat kesusahan menahan stang sepeda motor tua yang ia gunakan untung mengantar Yibo. Jalan setapak itu berbatu terjal dan sedikit licin akibat hujan gerimis yang akhir-akhir ini mengguyur daratan Tiongkok.

"Apa kau baik-baik saja pak?!". Tanya Wang Yibo dengan sedikit keras karena keduanya menggenakan helm.

"Tenang saja nak, aku sudah berkali-kali melewati jalan ini. Pegangan yang erat!". Jawab pak Qiren dengan nada yang sama.

Sepeda motor yang mereka naiki terguncang akibat roda depannya menginjak batu yang licin, refleks Wang Yibo memegang pinggiran besi di belakang.

"Pak!". Wang Yibo menjerit kaget, pria paruh baya itu tertawa keras.

"Hahaha, maafkan aku nak. Kabutnya lebat aku tidak bisa melihat dengan jelas". Ujar pak Qiren.

Semakin jauh, jalannya semakin terjal saja. Karena kabut yang masih tebal sedangkan lampu dari sepeda motor tua itu menyala remang-remang, pegangan pak Qiren pada stang sepeda motor menjadi tidak stabil dan kuda besi tua yang dinaiki kedua pria berbeda usia itu menjadi tidak terkendali.

BRUUKK!!

"Aw.. ssshhhs....".

"Astaga nak, maafkan aku".

Wang Yibo meringis, celana jeans-nya sobek dan lututnya berdarah. Keduanya berakhir terjatuh menyapa bebatuan terjal.

"Tidak apa-apa pak". Ujar Wang Yibo sembari berdiri kemudian membantu pak Qiren untuk berdiri juga.

Pemuda itu tiba-tiba menduduki jok depan, mengambil kendal. "Biar aku saja yang menyetir pak, tolong pimpin jalannya". Pak Qiren mengangguk.

.
.
.

Ineffable - Indescribable [YiZhan]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora