Bab 8 - Menjadi papa

769 115 1
                                    

21 Maret 2024

Happy reading guys.

Happy reading guys

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Satu desa mengenal Wang Yibo sebagai ayah dari Xiao Liang. Dan itu semua ulah si  kecil Xiao Liang yang dengan bangga berkata kepada setiap orang yang ia temui bahwa pemuda tampan itu adalah papa-nya.

Dan itu membuat Xiao Zhan resah!

Sungguh. Mempunyai seorang anak yang dianugerahi otak cerdas sebenarnya bisa saja menjadi bencana. Pria cantik yang berstatus sebagai seorang janda itu khawatir akan si pemuda yang diklaim putranya dengan seenak jidat, takut akan risih dan keberatan.

Akan tetapi yang ia khawatirkan tidaklah terjadi, dan percuma saja Xiao Zhan mengkhawatirkan hal yang jelas-jelas tidak akan terjadi. Toh, malah ternyata si pemuda itu senang-senang saja dan sepertinya sangat menikmati peran menjadi ayah dadakan.

"Terimakasih atas kerja kerasnya".

Wang Yibo menoleh, menghentikan kegiatan mencangkulnya ketika indra pendengarnya menangkap sebuah suara lembut yang mengalun dengan merdu di telinganya.

"Zhan ge, kenapa di sini?". Tanya Wang Yibo kepada si pemilik suara yang ternyata itu adalah Xiao Zhan.

Wang Yibo memanggil pria cantik itu dengan sebutan 'gege', karena pria cantik itu lebih tua darinya.

Xiao Zhan tersenyum, samar-samar rona merah terlihat di pipinya karena melihat penampilan Yibo saat ini yang hanya mengenakan celana tanpa atasan, dengan kepala yang terikat sehelai kain mempertontonkan dahi mulusnya serta badannya yang terlatih. Kulit putih itu terlihat mengkilap di bawah sinar matahari karena keringat yang membasahinya.

Pria cantik yang lebih tua menghampiri si pemuda lalu duduk di matras yang tergelar tidak jauh dari tempat si pemuda berdiri.

"Aku mengantarkan makan siang untukmu". Jawab Xiao Zhan sembari mengeluarkan apa saja dari dalam keranjang yang ia bawa. "Kemari, makan dan beristirahatlah dulu".

Wang Yibo menurut, menancapkan cangkul  yang sedari tadi ia pegang ke gundukan tanah di sampingnya kemudian berjalan menghampiri Xiao Zhan.

Xiao Zhan mengulurkan handuk kecil kepada pemuda itu serta sebotol air bersih. Wang Yibo menerimanya, kemudian menggunakan air di botol itu untuk mencuci muka setra kedua tangannya dan mengelapnya menggunakan handuk kecil.

"A-Liang tidak ikut?". Tanya Wang Yibo ketiak menyadari ketidak hadiran si kecil Xiao Liang yang beberapa hari terakhir ini selalu bersamanya.

Xiao Zhan tersenyum geli mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut pemuda tampan itu. "Sepertinya kau sangat menikmati peranmu sebagai seorang papa ya Yibo".

Suapan tangan Yibo terhenti, pemuda itu gelagapan. "A- ah, a- aku... hanya... ".

"Terimakasih". Ujar Xiao Zhan tulus, kali ini Yibo benar-benar menghentikan suapannya.

"Untuk?". Tanya si pemuda yang lebih muda.

"Untuk menajdi papa-nya A-Liang, sejujurnya aku khawatir kau akan risih dan keberatan". Jawab Xiao Zhan, Wang Yibo tersenyum.

"Aku tidak risih dan keberatan sama sekali, aku menyukai anak kecil. Gege tenang saja". Ujar pemuda itu sembari tersenyum.

"Tapi, aku takut A-Liang terbiasa Yibo". Timpal Xiao Zhan dengan nada khawatir terdengar dengan jelas, hanya dengan sekali dengar saja Yibo mengerti apa maksud perkataannya.

"Ge, aku tidak keberatan kalau menjadi papa sungguhannya A-Liang".

Wang Yibo mengucapkan kalimatnya seraya tersenyum tampan, Xiao Zhan mau tidak mau merona hebat karenanya. Siang itu, di tengah ladang dengan angin sepoi-sepoi yang menerbangkan kelopak dandelion, Wang Yibo secara tidak langsung melamar Xiao Zhan, si janda kembang dari desa Wangxian.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Oh nak Yibo? baru pulang dari ladang?". Tanya salah seorang penduduk desa yang menjaga toko kelontong, Wang Yibo tersenyum sambil mengangguk menanggapinya.

"Iya bu, sudah sore jadi saya pulang". Jawab Yibo, penduduk desa itu tersenyum.

"Papa-nya A-Liang benar-benar rajin ya, tidak salah Zhanzhan memilihmu". Ujar penduduk desa itu semabri tertawa pelan, Wang Yibo merona mendengarnya.

Meskipun sudah berkali-kali mendengar sebutan itu dari para penduduk desa, Wang Yibo tetap merona dibuatnya. Pemuda itu jadi membayangkan kehidupan bahagia bersama keluarga kecilnya, dirinya, Xiao Zhan dan putra mereka, mungkin akan ia akan menambah beberapa adik untuk putra mereka.

Namun, khayalan tentang keluarga membuat pemuda berusia dua puluh satu tahun itu tiba-tiba teringat akan keluarganya di Beijing, senyuman yang tadinya menghiasi wajah tampan itu kini luntur tergantikan oleh wajah datar yang terkesan dingin.

Apa sang ayah mengkhawatirkannya?

Apa sang ayah mencarinya?

Lalu bagaimana dengan kabar sang ibu?

Apa ibunya baik-baik saja?

Wang Yibo menghela nafas panjang sembari mengistirahatkan tubuhnya di kursi kayu, jika bukan karena kehendak sang ayah dirinya tidak akan kabur dan berada di tempat terpencil ini, akan tetapi ia tidak menyesal berada di sini karena ia dapat bertemu dengan Xiao Zhan, sosok pujaan hatinya.

Sepertinya sang juara dunia tengah tergila-gila oleh janda kembang beranak satu.

Sepertinya sang juara dunia tengah tergila-gila oleh janda kembang beranak satu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

TBC

Selamat menunaikan ibadah puasa 😁

Tetap semangat guys, juga sehat-sehat terus ya kalian 🥰✨

Terimakasih banyak sudah mampir di ceritaku.

#kapalselamantikaram

Ban,2024.

Ineffable - Indescribable [YiZhan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang