Bab 4 - Bertemu janda

913 144 11
                                    

14 Maret 2024.

Happy reading guys.

Happy reading guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Sepasang mata tajam itu mengamati sekelilingnya dengan seksama. Desa itu benar-benar sebuah desa tradisional yang indah dan masih asri. Terletak di kaki gunung dengan udara sejuk, Wang Yibo mengambil nafas dalam dam mengeluarkannya perlahan. Menikmati bagaimana oksigen bersih tanpa polusi memenuhi rongga paru-parunya.

Sebenarnya, pemuda tampan itu kini menjadi pusat perhatian para penduduk desa. Mungkin karena wajahnya yang terlihat asing bagi mereka, setidaknya Wang Yibo bisa menghela nafas lega karena tidak ada satupun dari mereka yang terlihat mengenalinya.

"Yibo, kau berasal dari mana?". Tanya pak Yifan, kepala desa berkepala plontos yang menolak dipanggil tuan oleh Yibo. Mereka berjalan bersama menuju rumah miliknya.

"Beijing". Jawab Wang Yibo, pak Yifan mengernyit mendengarnya.

"Lho, bukannya Qiren bilang kau itu merantau ke Beijing?". Tanya pak Yifan lagi dengan nada heran, pia paruh baya dengan kepala licin itu menatap pemuda di sampingnya.

Wang Yibo gelagapan. "Ma- maksudku. Aku berasal dari Louyang dan merantau ke Beijing". Ujarnya, hampir saja ia menyia-nyiakan kebohongan yang dibuat pak Qiren untuknya, beruntung pria paruh baya di sampingnya mengangguk percaya begitu saja dengan apa yang ia katakan.

"Oh, Louyang. Itu kota kuno, aku pernah ke sana hahahaha". Pak Yifan tertawa lepas sampai matanya menyipit.

Wang Yibo ikut tertawa canggung karenanya, sejujurnya ia bingung karena pria itu gampang sekali tertawa untuk sebuah hal yang tidak lucu sedikitpun.

'Se-retjeh itukah humornya?'.

"Bagaimana menurutmu tentang desa ini?". Tanya pak Yifan lagi, Wang Yibo tidak langsung menjawab. Matanya kembali memindai view pemukiman sederhana warga desa.

Rumah-rumah tradisional yang berjejer rapi, beberapa toko yang menjual dagangan yang berbeda, serta para anak kecil yang bermain kejar-kejaran dengan kincir angin kecil di tangan mereka di sela-sela penduduk desa lainnya yang hilir mudik.

Satu kata yang mewakili perasaan pemuda itu ketika melihatnya–

"Damai".

Pak Yifan tersenyum tipis mendengar jawaban dari pemuda jangkung berkulit putih itu.

"Kau benar, damai". Ujarnya lirih.

.
.
.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ineffable - Indescribable [YiZhan]Where stories live. Discover now