𝗕𝗮𝗯 𝟳 : Wawa🍂

127 10 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

Masa lalu memang tidak akan kembali. Tapi, masa lalu bisa dikenang kembali. ❝

~Kalam Rindu 2~

🕊️

"Kamu sudah gila?!" Laki-laki itu setengah berteriak mendengar permintaan konyol dari gadis di hadapannya.

"Apa kamu nggak mikirin bagaimana perasaan keluargamu?"

Tak ada jawaban, gadis itu masih tetap diam menunduk. Tak berselang lama gadis itu mendongak dengan mata yang sudah penuh dengan air mata.

"Aku mohon bantu aku. Sekali ini aja, aku mohon!" ucapnya seraya menangkupkan kedua tangannya. Bahkan sekarang dia hendak bersujud di kaki laki-laki itu.

Laki-laki itu mengacak rambutnya frustrasi. Segera mengangkat pundak perempuan itu untuk kembali berdiri.

Embusan napas panjang terdengar dari bibirnya. "Pemalsuan data seperti ini enggak semudah itu. Banyak resiko yang akan terjadi," ucapnya memberi pengertian kepada gadis itu. Mengingat permintaan gadis itu begitu berat baginya.

"Aku tahu," jawabnya dengan lesu.

"Tapi ... aku nggak tahu lagi harus kayak gimana," ucapnya kembali merasa begitu pilu.

"Aku mohon bantu aku," ucapnya lagi.

"Biarkan aku pergi dan membuka lembaran baru."

Laki-laki itu diam sejenak. Mencoba berpikir apa yang akan dirinya lakukan. Tidak tega melihat perempuan itu menangis sesenggukan, laki-laki itupun mengangguk.

"Baiklah, aku akan bantu kamu."

•••••

"Assalamualaikum warahmatullaah...."

Wawa baru saja menyelesaikan salam terakhir shalat dhuha, kemudian dilanjutkan dengan berdoa. Setelahnya ia bangkit dan melipat kembali mukena serta sajadahnya.

Hal ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari. Bahkan jika tidak sedang berhalangan, ia pun istiqamah menjalankan puasa senin kamis.

Dirinya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul tujuh lebih lima belas menit. Dia menepuk keningnya. Seharusnya jam segini dia sudah pergi ke dhalem untuk membantu mbak-mbak abdi ndalem memasak, karena hari ini adalah hari pertunangan Yumna.

KALAM RINDU 2 "Untuk Albizar"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang