𝗕𝗮𝗯 𝟵 : Dari Masa Lalu🍂

147 11 2
                                    

Assalamualaikum...
Sebelumnya aku mau mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin. Selamat hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah🙏🙏🙏
Gimana nih lebarannya? Hari raya ke-6 sudah pada mabok opor belum? Apakah sudah pada pulang mudik? Semoga apapun aktivitasnya selalu diberikan kelancaran, ya. Aamiin☺️

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

❝ Bahkan ketika kamu bersembunyi, takdir akan menemukanmu. Bahkan ketika kamu berlari, takdir akan meraihmu.❝

Kalam Rindu 2–

🕊️

Wawa mengerjapkan matanya. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Kerongkongannya tercekat seolah dihantam sebalok kayu hingga terasa pita suaranya tak dapat berfungsi. Netranya berpendar mengobservasi satu sosok yang tidak dia sangka akan bertemu kembali.

Bibirnya berulang kali mengucap istighfar dibalik cadar, mencoba menenangkan diri setelah baru saja bertemu kembali dengan dia. Seseorang dari masa lalunya, yang pernah menjadi orang paling berharga dalam hidupnya.

"Bagaimana menurutmu Nak, apa kamu mau menerima pinangan dari Albizar?"

Suara itu menyadarkan Wawa dari lamunannya. Wawa pun menoleh menatap Yumna yang kini nampak tersenyum malu. Kini gadis itu menoleh menatap Wawa, seolah bertanya kepadanya. Wawa pun mengangguk pelan, membuat Yumna akhirnya tersenyum lebar.

"Insha Allah, atas izin dan restu Abah dan Umma, saya menerima pinangan dari Gus Albizar."

Semua orang terlihat senang dengan jawaban yang Yumna katakan. Namun, ada yang aneh disana. Laki-laki yang baru saja melamar Yumna kini malah diam menatap Wawa dengan dalam. Ada yang aneh ketika melihat gadis bercadar itu. Albizar seperti pernah bertemu, tapi di mana.

Tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Seperti ada magnet yang menahan dan mengunci tatapan keduanya. Baik Albizar maupun Wawa tidak ada yang ingin mengalihkan pandangannya.

Sadar apa yang dirinya lakukan, Wawa segera menunduk dan kembali beristighfar. Dirinya memilih untuk diam seolah tak terjadi apa-apa. Padahal jika boleh jujur sekarang hatinya jelas sedang tidak baik-baik saja. Jantungnya berdetak tidak sesuai dengan ritme biasanya. Dia mencengkeram erat gamisnya sambil memejamkan mata. Sepertinya dia sudah tak sanggup lagi.

"Yum, aku ke toilet bentar, ya." Yumna menatap Wawa dengan alis bertaut, tangannya meraih lengan Wawa.

"Jangan lama-lama, ya, Mbak."

Wawa mengangguk, setelah Yumna melepaskan pegangan tangannya perempuan itu cepat-cepat pergi dari sana.

Wawa segera masuk ke dalam toilet dan menguncinya. Dia mengembuskan napas dalam, melihat pantulan wajahnya yang terbalut cadar berwarna hitam di depan cermin. Buliran air keluar dari celah matanya tanpa permisi. Namun, dengan sigap dia menghalaunya.

KALAM RINDU 2 "Untuk Albizar"Where stories live. Discover now